Perkenalkan, “El Hombre de Las Mil Caras”. Itu adalah film bajigur asal Spanyol. Berkisah tentang seseorang yang mempecundangi seluruh negeri. Si penipu ulung. Tokoh utamanya biasa dipanggil Paco. Keahliannya: mengotak-atik fakta untuk mengarahkan persepsi orang dalam merespon suatu peristiwa dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran.
Kalau di film-film detektif, kita menjumpai bagaimana tokoh utama beraksi merekonstruksi peristiwa yang sudah lewat melalui penelusuran jejak-jejak yang ditinggalkan atas suatu kejadian, maka logika dalam film ini mencoba melampauinya. Dari latar belakang suatu kejadian, si tokoh utama menyusun sedemikian rupa skenario cerita yang nantinya akan diperankan oleh rekannya. Dengan tujuan mengelabui korban. Mereka yang seolah merasa sudah memegang kartu as dalam sebuah permainan, ternyata tak lebih dari tipuan belaka.
Dalam film itu dikisahkan, suatu hari, kantor Paco kedatangan seorang komisaris polisi, seorang petinggi yang dihormati dan digadang-gadang bakal jadi menteri dalam negeri. Tetapi tidak semudah itu. Sebagaimana yang berlaku di dunia politik, masalah kemudian muncul. Ia dipojokkan oleh lawan politiknya akibat penyelewengan jabatan. Padahal menurut pengakuan si komisaris, yang melakukan tindakan kotor semacam itu bukan hanya dirinya saja. “Saya hanya melakukan apa yang juga mereka lakukan,” katanya.
Karena posisinya yang terpojok itulah sang komisaris tersebut mendatangi “agen jasa penipu” bernama Paco. Untuk memecahkan persoalan, Paco menawarkan jasanya dengan harga tinggi. Satu juta dolar. Tapi uang yang dimiliki komisaris ternyata jauh lebih banyak. Jumlahnya “cukup untuk melumpuhkan keuangan pemerintah seketika” dan uang itu berada di Swiss. Kesepakatan pun dibuat. Paco harus bekerja untuk mengamankan akun bank milik si komisaris, dan sekaligus menyelamatkan sang komisaris.
Dengan keahliannya menipu, Paco kemudian memboyong si komisaris itu ke Paris. Ia bersama istrinya disembunyikan di sana. Tapi di luar dugaan, karena gorengan media – tidak hanya media nasional, tapi juga media-media internasional, alhasil komisaris itu menjadi manusia yang paling dicari di seluruh dunia. Intelijen dikerahkan untuk melacak kemana perginya si pejabat itu. Semua orang mencarinya. Dan karena tidak tahan melihat pemberitaan di media, komisaris itu pun mengundang salah-satu media untuk menemui dirinya di tempat persembunyian.
Di hadapan seorang jurnalis, ia menceritakan segala kebusukan di lingkungan kerjanya. Setelah wawacara, bukannya masalah selesai, malah semakin bertambah rumit. Dirinya menjadi semakin dicari, dalam keadaan hidup ataupun mati. Sudah tentu akibat pengakuannya di media itu jumlah musuhnya menjadi berlipat. Kini tidak hanya pemerintah saja yang mencarinya, tapi juga lawan-lawan politik, yang berniat menutupi kejahatan dengan menunggangi isu yang menimpa komisaris untuk menarik simpati publik.
Sebetulnya jauh hari hal itu sudah diperkirakan oleh Paco. Si komisaris itu disarankan jangan banyak bertingkah dulu karena perhatian seluruh negeri sedang tertuju kepadanya. Tapi dia ngeyel. Ya sudah.. akhirnya Paco angkat tangan. Ia lalu menawarkan komisaris itu untuk bekerjasama dengan agen pengaman internasional. Dan komisaris yang tengah menjadi buronan itu tak bisa berbuat banyak kecuali menyetujui usulan Paco. Sampai di sini, cerita film itu terlihat baik-baik saja. Malah semakin seru. Karena penonton disuguhi cerita bahwa di luar agen jasa penipu itu, ternyata ada juga agen jasa yang lingkup kerjanya lintas-negara.
Kedudukan Paco di sini bisa dilihat bak jelmaan sutradara itu sendiri, yang bisa sekehendak hati membawa jalan cerita kesana-kemari dan diyakini oleh banyak orang. Bahkan rekan kerja Paco sampai merasa dikelabui oleh dirinya. Pembawaan Paco sangat stabil, tenang dan meyakinkan. Berkebalikan dengan kondisi psikis si komisaris yang stress karena menjadi buron paling dicari. Dan dengan ketenangannya itulah, semua orang lantas menjadi percaya sepenuhnya kepada Paco. Saking percayanya, ketika si buron itu sudah terdesak dan akun bank miliknya terancam akan diakses oleh pemerintah, ia menyerahkan sepenuhnya simpanan uang yang “cukup untuk menggoyang keuangan pemerintah” itu kepada Paco.
Mendekati akhir cerita, ketika pemerintah dan agen intelijen sudah dipecundangi mentah-mentah oleh skenario persembunyian, Paco lalu menyarankan agar si komisaris menyerahkan diri. Untuk meyakinkannya, Paco mengatur sedemikian rupa supaya peristiwa yang akan terjadi bukanlah sebuah penangkapan. Dengan menyerahkan diri itulah, melalui penjelasan alasan-alasan logis, misalnya hukuman yang diterimanya akan lebih ringan daripada bila “ditangkap” dan yang lebih penting kesan di mata publik juga “tidak akan jelek-jelek amat”, Paco memberi tahu bahwa itulah satu-satunya jalan yang paling mungkin dilakukan untuk mengakhiri semua ini.
Pada akhir cerita, lawan politik mendapat kabar dari seorang whistle blower bahwa komisaris itu akan pulang untuk menyerahkan diri kepada pemerintah. Tentu ia tidak akan melewatkan begitu saja kesempatan tersebut. Karena itulah cara untuk mengibarkan namanya di mata publik, dan siapa tahu menjadi tangga untuk menapaki kursi tertinggi di pemerintahan.
Sesuai waktu yang telah ditentukan, lawan politik tersebut mengerahkan aparat dan media untuk meliput aksi heroik penangkapan buron yang paling dicari setibanya ia menginjakkan kaki di bandara. Tanpa menunggu waktu lama, nama lawan politik itu langsung melejit. Ia mengadakan jumpa pers dan menceritakan kronologi dari drama penangkapan buronan paling dicari. Dan sesuai skenario yang telah dirancang oleh Paco, dalam waktu singkat, terbukalah kedok kebohongan. Muncul desas-desus bahwa peristiwa itu sebetulnya bukan penangkapan, melainkan penyerahan diri. Media lalu menggoreng habis aksi politisasi penangkapan yang dilakukan oleh lawan politik si buron, dan berakhirlah karirnya di dunia politik.
Si komisaris itu, ia lalu dijatuhi hukuman penjara selama tiga puluh tahun. Di luar perkiraannya, ia telah ditipu oleh Paco yang mengatakan bahwa ia hanya akan dipenjara selama tiga tahun. Lawan politik tertipu, komisaris tertipu, rekan-rekan kerja Paco tertipu, dan uang dalam jumlah yang bisa menggoyang keuangan pemerintah itu mendarat mulus ke tangan Paco. Sejak saat itu Paco lalu menghilang. Bahkan sempat dikabarkan meninggal. Rekan-rekannya satu-persatu mati dibunuh secara misterius. Dan yang tertinggal hanya seorang saja, yakni rekan terdekatnya, yang menceritakan kisah ini. Film itu berakhir dengan menarik, yang tak akan saya bocorkan di sini.
Melalui jalan cerita yang mampu menerobos wilayah gelap dunia politik (yang barangkali memang jamak terjadi di seluruh dunia?), film yang dirilis tahun 2016 itu langsung menyabet belasan penghargaan. Dari sutradara terbaik, aktor terbaik, belasan penghargaan sampai puluhan nominasi, termasuk di festival film Miami yang dilangsungkan beberapa bulan lalu.