Gemerlap Korea Selatan kini telah menyaingi Amerika Serikat dalam segi hiburan. Serial produksi Korea Selatan, Squid Game, bahkan memecahkan rekor pada tahun ini, dengan 1,65 miliar jam penayangan dalam 4 pekan pertamanya rilis. Tak lain adalah Blackpink, berhasil menembus pasar Amerika Serikat pada 2019 lalu, dengan kehadirannya pada konser tahunan Amerika Serikat yakni Coachella. 2 karya produksi tersebut hanya secuil prestasi Korsel, masih ada segudang prestasi lagi yang membuat budaya Asia yang satu ini menginvasi seluruh dunia.
Mengguritanya budaya Korsel ke seluruh dunia tak semata membesarkan nama artis serta agensinya. Melainkan mendorong Korsel dari segi perkonomian. Dilansir Kompas pada 2019 setidaknya penjualan merchandise K-Pop di seluruh dunia mencapai 52,5 milyar KRW atau setara dengan 45,6 juta USD.
Jumlah penggemar K-Pop tidak bisa diremehkan, per Juni 2021 setidaknya terdapat 268 ribu penggemar BTS yang tergabung dalam akun ARMY Team Indonesia. Angka ini hanya berasal dari 1 idol grup. Belum lagi penggemar idol besar macam Blackpink, EXO, Twice, dan lainnya. Belum juga perhitungan fans yang berasal dari serial atau film produksi Korsel yang mendunia seperti Parasite, Squid Game, dan lainnya.
Industri film Korsel memberikan andil yang cukup besar pada perkembangan ekonominya. Penayangan film maupun series tidak sedikit yang memuat kebudayaan Korsel. Sepanjang film penonton ditunjukkan dengan kuliner, rumah, baju, serta keindahan alam Korsel. Hal ini turut memperkenalkan Korsel kepada penonton. Membuat penonton takjub dan merasa ingin tahu lebih banyak terkait budaya Korsel.
Besarnya Korean Wave mampu membuat dunia mengenal Korsel dengan lebih dekat.
Yang awalnya hanya membeli merchandise K-Pop atau melihat budaya Korsel dari film saja, para penggemar turut ingin mencoba kulinernya. Serta melirik barang-barang buatan Korsel lainnya, seperti kosmetik, fashion, elektronik, dan sebagainya. Korean Wave juga berhasil mem-branding Korsel sebagai kota wisata bagi pelancong dari seluruh dunia.
Besarnya industri kreatif Korsel merupakan buah dari investasi pemerintah Korsel yang cukup masif sejak tahun 1998. Industri kreatif digadang-gadang mampu menyelamatkan Korsel dari krisis ekonomi dunia saat itu. DW Indonesia pun mengatakan bahwa kesuksesan investasi Korsel di industri kreatif tak sekadar dalam urusan ekonomi. Kini investasi tersebut berbuah manis pada banyak sektor, khususnya manufaktur dan teknologi.
Beranjak ke Jepang yang sama-sama memiliki kekuatan di industri kreatifnya turut menjadian film sebagai alat penopang perekonomian. Film Jepang yang memiliki fans sangat besar adalah anime. Sejak 2016 silam Jepang membuka tur kepada wisatawan mancanegara untuk mendatangi daerah-daerah yang menjadi latar di film anime. Hal ini merupakan ujung pula dari rasa penasaran penonton akan budaya Jepang yang terus muncul di sepanjang film anime diputar. Meskipun tidak sebesar Korea Selatan, Jepang tetap mampu memperkenalkan budayanya ke seluruh dunia melalui film.
Negara adidaya Amerika Serikat, yang merupakan pasar terbesar perekonomian dunia saat ini, tak lepas pula dari peran kekuatan budaya. Sebut saja Avenger, sebuah film superhero yang memiliki fans dari seluruh dunia. Penjualan merchandise Avenger saja mencapai lebih dari Rp10 triliun per 2019 setelah Endgame tayang.
Ekspansi budaya merupakan suatu alat yang cukup ampuh untuk memperkenalkan suatu negara ke penjuru dunia. Budaya menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi masyarakat mancanegara. Mayoritas masyarakat tidak peduli mengenai berapa harga dolar saat ini, bagaimana pemerintah Indonesia bersiaga untuk Tapering Off, atau pertanyaan lain yang hanya bisa dijawab oleh Sri Mulyani.
Mayoritas masyarakat mengenal Amerika dari besarnya nama Amerika di industri hiburan. Masyarakat lebih akrab dengan nama Taylor Swift ketimbang The Fed. Banyak obsesi yang muncul dari besarnya nama Avengers. Atau style baju keren yang kerap diasosiasikan dengan “budaya barat” yang merujuk ke Amerika Serikat. Begitulah Amerika dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Menjadi kiblat bagi kebudayaan hari ini.
Ekspansi budaya bukan bualan belaka. Terbukti negara yang berhasil melakukan ekspansi budaya dapat meraup keuntungan dari sektor lain, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Menumbuhkan kekuatan budaya membutuhkan support dari banyak pihak. Produksi film, musik, serta jenis hiburan lain relatif membutuhkan dana yang besar. Industri hiburan tidak dapat berdiri sendiri, keterbatasan sumber daya adalah sebabnya. Tak heran jika banyak sineas Indonesia ngotot minta dana produksi film cepat turun dari pemerintah.
Indonesia memiliki potensi untuk berdaya dari sisi industri kreatif, utamanya industri hiburan. Pada tahun 2021, di tengah pandemi yang membatasi gerak para pekerja kreatif, terdapat 4 film Indonesia yang berhasil meraup penghargaan di kancah internasional. Begitupun di industri musik, beberapa musisi sudah bertengger di Times Square, New York, sebagai artis pilihan Spotify, platform musik terbesar di dunia.
Kemajuan industri kreatif menitikberatkan pada kreativitas, skill, dan pengembangan sumber daya manusia. Namun meski begitu, industri kreatif tentu membutuhkan investor untuk proses produksinya. Indonesia dapat memulai ekspansi budaya sesegera mungkin dengan dukungan penuh dari pemerintah. Layaknya Korea Selatan yang menggelontorkan investasi cukup besar untuk mendorong produksi film dan musiknya.