Di era digital ini, menumbuhkan edukasi mentalitas finansial seharusnya menjadi salah satu aspek penting yang terus diupayakan, terutama bagi generasi muda. Edukasi finansial yang dimaksud oleh penulis bukan hanya sekadar memahami perhitungan keuangan atau laba rugi, tetapi lebih kepada membangun mentalitas generasi muda agar memiliki pemahaman yang sehat tentang keuangan sejak usia dini.
Pada tahun 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk pertama kalinya bekerja sama dengan badan statistik pemerintah dalam melakukan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) guna mengetahui tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap edukasi dan inklusi finansial. Hasil survei menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,4%, sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 75,2%.
Meskipun data statistik menunjukkan tingkat literasi keuangan yang cukup baik, faktanya Indonesia masih dikategorikan sebagai negara dengan mayoritas masyarakat kelas menengah ke bawah, yaitu sebesar 69,05%. Hal ini menandakan bahwa meskipun pengetahuan tentang keuangan cukup memadai, banyak generasi muda yang masih terjebak dalam pola pikir keuangan yang tidak sehat.
Kondisi Edukasi Finansial dalam Lingkup Pendidikan
Robert Kiyosaki, seorang pengusaha dan penulis buku tentang edukasi finansial, menyatakan bahwa salah satu kesalahan terbesar dalam sistem pendidikan adalah tidak mengajarkan anak-anak bagaimana menghasilkan dan mengelola keuangan dengan baik. Akibatnya, banyak generasi muda yang mudah terperangkap dalam “jebakan tikus” keuangan saat mereka mulai bekerja dan mandiri secara finansial.
Edukasi finansial dalam sistem pendidikan masih kurang mendapat perhatian. Padahal, menanamkan mentalitas keuangan yang sehat sejak usia dini dapat memberikan manfaat jangka panjang. Pendidikan tidak hanya sebatas teori atau perhitungan matematis tentang finansial, tetapi juga harus mencakup aspek penguatan mental dan pola pikir yang sehat terhadap keuangan.
Sayangnya, pembelajaran mengenai mentalitas finansial yang sehat masih sangat minim, tidak hanya di tingkat sekolah dasar dan menengah, tetapi bahkan di perguruan tinggi pun topik ini masih dianggap tabu. Padahal, masalah finansial adalah tantangan yang akan sering dihadapi oleh generasi muda di masa depan. Tidak jarang seseorang dengan prestasi akademik yang sangat baik tetap terjerat dalam permasalahan keuangan, seperti utang, pinjaman online (pinjol), atau bahkan judi online.
Mengapa Edukasi Mentalitas Finansial yang Sehat Penting bagi Generasi Muda?
Banyak kasus masyarakat yang terjebak dalam jeratan utang, pinjaman online, dan judi daring. Salah satu akar permasalahannya adalah kurangnya edukasi tentang mentalitas finansial yang sehat sejak dini. Saat ini, kurikulum pendidikan di Indonesia belum menyediakan materi khusus yang mengajarkan kesadaran dan keterampilan finansial yang sehat kepada peserta didik, baik di tingkat sekolah dasar maupun perguruan tinggi.
Sebagai langkah awal, Presiden Prabowo telah mengambil kebijakan untuk memberantas judi online. Keputusan ini didasarkan pada data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang mengungkapkan bahwa sekitar 3,3 hingga 4 juta penduduk Indonesia terlibat dalam aktivitas judi online, dengan mayoritas berusia antara 30 hingga 50 tahun.
Jika pemerintah dan dunia pendidikan tidak mulai menyadari pentingnya edukasi finansial yang komprehensif, maka permasalahan ini akan terus berlanjut dan menjadi bom waktu bagi mentalitas keuangan generasi mendatang. Generasi muda yang seharusnya menjadi pilar pembangunan bangsa akan menghadapi kesulitan finansial akibat kurangnya bekal edukasi keuangan yang sehat sejak dini.
Dampak dari kurangnya edukasi finansial ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga terhadap pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Solusi untuk Meningkatkan Edukasi Finansial dalam Dunia Pendidikan dan Pemerintahan
Peningkatan edukasi finansial perlu dilakukan secara mendalam dan tepat sasaran agar dapat memberikan manfaat nyata bagi generasi muda. Pemerintah dan institusi pendidikan harus bekerja sama untuk merancang kurikulum yang tidak hanya berfokus pada teori keuangan, tetapi juga membentuk mentalitas finansial yang sehat sejak dini.
Salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan adalah memasukkan edukasi tentang mentalitas finansial yang sehat sebagai mata pelajaran di sekolah, khususnya di perguruan tinggi. Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat memahami pentingnya mengelola keuangan secara bijak serta mampu menciptakan inovasi dan kontribusi positif bagi negara tanpa harus terjebak dalam permasalahan finansial yang merugikan.