Kamis, April 25, 2024

Dilema Pendidikan Sebagai Formalitas atau Keharusan

ojaan22
ojaan22
Mahasiswa PENS, D3K PLN 2016, pelajar yang ingin berkonstribusi nyata membela kebutuhan rakyat.

Setiap 2 Mei 2019 bangsa Indonesia memperingati hari Pendidikan Nasional. Berbicara tentang hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) tentu membawa kita kembali kepada masa-masa dimana para pahlawan dan para pendiri bangsa memperjuangkan kesetaraan dan keadilan dalam dunia pendidikan.

Hal yang paling melekat apabila kita membahas tentang Pendidikan adalah tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Beliaulah orang yang merintis adanya Taman Siswa kala itu.

Taman Siswa adalah tempat yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara untuk tempat supaya pribumi kala itu mendapatkan pembelajaran dalam dunia pendidikan dengan semestinya. Karena begitu besar jasa beliau dalam memperjuangkan pendidikan pada saat itu, maka hari kelahiran beliau diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Selain itu bagian dari semboyan yang beliau cipatkan “Tut Wuri Handayani”  menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional.

Karena masih dalam momentum Hari Pendidikan Nasional, tidak ada salahnya apabila kita bertanya. Bagaimana kondisi dunia pendidikan Indonesia saat ini ?. apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh para Founding Fathers kita ?. setidaknya dua pertanyaan tersebut menjadi refleksi bagi kita semua untuk mencoba membuka mata bagaimana tentang kondisi pendidikan nasional saat ini.

Kondisi pendidikan nasional saat ini

Masih ingatkan kita dengan peristiwa yang sempat viral di media sosial beberapa waktu kemarin. Dimana dalam sebuah video memperilhatkan seorang siswa yang terekam sedang merokok dan mencoba untuk menantang gurunya yang bernama Nur Khalim selaku guru di SMP PGRI Wringinanom, Gresik.

Atau ada peristiwa beberapa siswa SMP di Cilincing yang terlihat melakukan adegan menyawer gurunya sendiri. Beberapa peristiwa tersebut tentunya hanya sebagian kecil kasus yang terjadi dalam proses belajar- mengajar di Indonesia.

Peristiwa tersebut seharusnya dapat menyadarkan kita bahwa kondisi pendidikan kita saat ini sedang tidak baik- baik saja. Keadaan tersebut diperparah dengan sangat pesatnya arus globalisasi yang membawa budaya- budaya barat dan kurang bisa diterima oleh masyarakat ketimuran seperti Indonesia.

Kita tahu jika pemerintah melalui Dinas Pendidikan nya berusaha sangat keras untuk membuat sebuah instrument yang tepat untuk sistem pendidikan kita saat ini, kita ambil saja contoh, jika pemerintah mewajibkan kita untuk belajar 9 tahun. Ya, 6 tahun pendidikan kita dapatkan dibangku Sekolah Dasar (SD), 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 3 tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dengan adanya peraturan tersebut tentu pemerintah berharap besar supaya insan- insan bangsa dan calon penerus bangsa setidaknya merasakan dan memperoleh pendidikan yang lumayan. Akan tetapi pertanyaannya apakah dengan mewajibkan calon generasi penerus bangsa belajar 9 tahun sudah menjawab kebutuhan pasar dan bangsa ?

Tentu saja tidak, kebijakan ini masih jauh dari kata sesuai. Alih- alih untuk memanfaatkan waktu supaya siswa fokus dengan pendidikan pemerintah juga sempat mengeluarkan aturan Full Day School.

Dengan kebijakan kali ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan siswa mampu mengembangkan minat serta bakatnya. Ini masih sebatas contoh kebijakan- kebijakan yang diambil untuk siswa. Lantas bagaimana pemerintah mempersiapkan dikalangan mahasiswa ?. Tentu saja  pemerintah juga berusaha membuat beberapa kebijakan yang dapat membuat mahasiswa nantinya dapat sesuai dengan kebutuhan pasar.

Lantas, apa akar permasalahannya?

Menurut saya ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan kita saat ini. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang tidak konsisten.
  • Kiblat dari pendidikan seakan berasal dari Jawa dan terkesan Sentralistik. Hal tersebut tentu berdampak kepada penerapan dilapangannya. apabila tidak sesuai dikondisi lapangannya tentu berdampak kepada kualitas peserta didiknya.
  • Peran serta masyarakat masih kurang dalam pengelolaan pendidikan.
  • Peran era globalisasi yang begitu besar. Membawa kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran tentu juga mengambil andil kepada hasil.
  • Perkembangan teknologi tidak diiringi dengan kualitas pendidikan yang baik. Alhasil siswa cenderung terbawa kepada dampak negatif dari adanya teknologi yang semakin maju.

Apa yang harus kita lakukan

Dengan melihat berbagai peristiwa yang sudah terjadi saat ini, hal yang harus kita lakukan untuk menyikapi kondisi saat ini adalah dengan melibatkan diri kita kedalam dunia pendidikan sendiri.

Kita tahu generasi saat ini katanya adalah generasi millennials, generasi yang maunya instan, cepat tanpa melakukan proses yang lama. Generasi saat ini katanya adalah generasi yang tidak bisa hidup jika tidak dekat dengan teknologi. Dengan dua gambaran diatas banyak hal harus kita mulai benahi kembali supaya sistem pendidikan kita lebih baik lagi. Diantaranya perbaikan yang perlu kita lakukan adalah :

  • Menambah anggaran pendidikan nasional
  • Membenahi kurikulum yang sesuai dengan kondisi saat ini
  • Melibatkan teknologi dalam dunia pendidikan supaya nantinya siswa tahu penyikapan yang sesuai terkait kemajuan teknologi
  • Menekankan pendidikan Agama dan Moral
  • Memperbaiki kesejahteraan tenaga pendidik

Solusi diatas tentu belum mampu menjawab semua permasalahan yang ada saat ini. Setidaknya kita memiliki gambaran dengan adanya solusi diatas. Dengan adanya momentum Hari Pendidikan Nasional besar harapan akan ada perubahan yang nyata dari semua pihak tentang pentingnya pendidikan.

Pihak yang dimaksud adalah pemerintah, tenaga pendidik, dan peserta didik. Terlebih lagi dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional kali ini Kemendikbud turut menangkat isu teknologi pendidikan yang disampaikan dalam serangkaian acara di Kantor Kemendikbud, Jakarta.

Mengutip dari pernyataan Ki Hajar Dewantara “Anak- anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.”

ojaan22
ojaan22
Mahasiswa PENS, D3K PLN 2016, pelajar yang ingin berkonstribusi nyata membela kebutuhan rakyat.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.