Akhir-akhir ini generasi milenial dihebohkan oleh kartu pra kerja yang akan diluncurkan oleh pemerintah. Kartu pra kerja merupakan kartu yang diperuntukkan kepada lulusan SMA/SMK maupun politeknik/perguruan tinggi sebagai bentuk pelatihan sebelum terjun ke dunia industri. Intinya kartu pra kerja merupakan sebuah ID Card yang berfungsi sebagai training sebelum terjun ke dunia kerja.
Sebagaimana kita tahu bahwa era sekarang merupakan era revolusi industri 4.0. Disatu sisi ini menjadi sebuah kemudahan dimana segalanya akan terkoneksi dengan sebuah system yang disebut dengan internet.
Di sisi lain ini merupakan sebuah ancaman bagi generasi milenial untuk menjaga eksistensi diri menghadapi teknologi yang semakin canggih, apalagi dengan munculnya Artificial Intelegence (Kecerdasan buatan) yang semakin mengancam eksistensi manusia.
Dunia persaingan dalam lapangan pekerjaan tidak hanya melibatkan manusia semata namun juga mesin dan robot. Dalam upaya menanggulangi hal tersebut pemerintah melakukan launching program kartu pra kerja yang disinyalir mampu meningkatkan daya saing generasi mllenial.
Dalam segi ekonomi, hal ini merupakan sebuah dampak kemajuan teknologi yang tak terhindarkan. Sesuai dengan prinsip ekonomi ketujuh yakni pemerintah dapat ikut andil dalam meningkatkan faktor produksi. Faktor produksi dimaksud bisa berupa capital (modal) ataupun labor (tenaga kerja).
Menurut teori ekonomi klasik kebijakan pemerintah sangat menentukan arah ekonomi suatu bangsa kedepannya. Dalam menanggulangi pengangguran yang disinyalir tidak disebabkan menipisnya lapangan pekerjaan namun lebih disebabkan skill generasi milenial yang kurang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri sebagai penyedia lapangan kerja.
Dengan demikian kartu pra kerja dinilai realistis jika dikaji dengan sebuah ilmu ekonomi, dengan cara meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui training yang telah dipersiapkan oleh pemerintah nantinya. Diharapkan kedepannya ketersediaan lowongan pekerjaan bisa sesuai dengan skill yang dimiliki oleh generasi milenial sehingga aktivitas industri bisa berlangsung secara efisien
Pertanyaannya, apakah hal ini dinilai efektif? Sebuah pertanyaan yang memili berbagai jawaban dari berbagai sudut pandang. Jika dinilai dari segi peningkatan mutu kualitas sumber daya manusia (SDM) memang sangat perlu, namun di era yang serba mudah, serba digital, serba keterbukaan informasi global, apakah hal ini tidak terkesan memanjakan SDM dalam hal ini generasi milenial?
Bukankah seharusnya generasi milenial memiliki sebuah inisiatif untuk belajar secara mandiri mengingat segala kemudahan yang diberikan oleh sebuah teknologi yang disebut internet?
Hal ini menjadi lecutan bagi generasi milenial untuk sadar dan bangkit. Masa depan bangsa ada di tangan kalian. Generasi yang baik tidak harus menunggu pemberian dari negara, namun justru bersedia memberikan yang terbaik bagi negara. Dengan adanya kartu pra kerja mungkin akan menimbulkan jiwa malas generasi milenial dan menganggap bahwa itu semua adalah tanggungjawab sebuah negara kepada warga negaranya.
Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan dengan baik oleh generasi milenial. Banyak hal positif yang bisa diambil dengan kemajuan teknologi berbasis internet di era revolusi industri 4.0 tidak hanya semata memanfaatkan teknologi untuk hal yang kurang bermanfaat seperti terlalu candu bermain games atau sekedar online di media social dengan mengunggah berbagai foto dengan bermacam-macam gaya.
Peran pemerintah sudah sangat baik dengan menyediakan fasilitas kartu pra kerja, namun jangan sampai generasi milenial terlena bahkan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ada baiknya mulai saat ini generasi milenial di Indonesia mampu menyerap energi positif dari kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0.
Generasi milenial sebagai generasi penerus diharapkan mampu bersaing dengan berbagai kecerdasan buatan yang hari demi hari mulai mengikis beberapa perkerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia.
Sekarang bergantung kepada kalian wahai generasi milenial di era revolusi industri 4.0 saat ini, apakah menyerah dijajah dengan kemajuan teknologi ? Ataukah sebaliknya mampu mengendalikan teknologi?