Selasa, Juni 10, 2025

Dies Natalis Ke-73 Tahun PPI Curug, Pilar SDM Vokasi Penerbangan Indonesia di Kementerian Perhubungan

Ryeska Fajar Kusuma, S.Psi., M.T.
Ryeska Fajar Kusuma, S.Psi., M.T.
Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia dan Magister Teknik dari Universitas Gadjah Mada. Individu yang memiliki minat pada pendidikan dan perilaku transportasi. Telah berpengalaman lebih dari 20 tahun di bidang SDM Aparatur Pemerintah terutama pada isu pengembangan kompetensi, kelembagaan, tata laksana lembaga pemerintah, dan reformasi birokrasi. Aktivitas saat ini sebagai ASN di Kementerian Perhubungan, pengajar pelatihan leadership and management skill bagi pelaut, aktif dalam organisasi profesi (PP HIMPSI, APSIMAR, dan APPnI), serta penikmat alam terbuka.
- Advertisement -

TANGERANG – Saat konektivitas menjadi faktor vital dalam mewujudkan pembangunan nasional dan integrasi ekonomi global, sektor penerbangan menjadi bagian tulang punggung transportasi modern yang kokoh. Sesuai dengan konteks geografis Indonesia yang terdiri atas lebih dari 17.000 pulau, sektor penerbangan bukan hanya penting, melainkan vital. Namun demikian, pertumbuhan industri penerbangan tidak akan pernah bisa menjaga keberlanjutannta tanpa ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang profesional, terstandar, dan siap kerja.

Dalam usianya yang mencapai 73 tahun, Politeknik Penerbangan Indonesia Curug (PPI Curug) telah matang memainkan peran yang sentral dalam menyiapkan SDM vokasi penerbangan yang memenui kebutuhan tersebut. Institusi pendidikan tinggi ini bukan hanya mencetak lulusan, tetapi juga menghasilkan profesional dengan lisensi dan sertifikasi yang diakui secara nasional dan internasional. Oleh karena itu, eksistensi dan kinerja PPI Curug sebagai perguruan tinggi vokasi di bawah Kementerian Perhubungan bukan hanya soal efisiensi birokrasi, tetapi menyangkut masa depan transportasi udara Indonesia yang terus berkembang dalam persaingan industri penerbangan global.

Lembaga Vokasi Strategis yang Lahir dari Sejarah Panjang

Eksistensi PPI Curug hingga saat ini berakar dari perjalanan sejarah panjang dan merupakan warisan berharga dari mimpi, strategi, dan perjuangan Bapak Bangsa Indonesia. Bermula sebagai Akademi Penerbangan Indonesia (API) yang didirikan pada tahun 1952 di Kemayoran, Jakarta, lembaga ini kemudian dipindahkan ke Curug, Tangerang, guna memenuhi kebutuhan lahan yang lebih luas untuk pelatihan dan pengembangan fasilitas penerbangan. Saat itu API merupakan sekolah penerbangan terbesar di Asia Tenggara dan menjadi tempat untuk mendidik penerbang, navigator, teknisi, dan petugas operasi penerbangan.

Dengan melihat waktu pendiriannya tersebut, PPI Curug dapat dikatakan lebih tua dibandingkan dengan institusi pendidikan yang didirikan oleh lembaga pemerintah. Beberapa yang mungkin perlu disebut disini seperti Akademi Militer (1957), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (1956), Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (1955), Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (1953), dan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (1963).

Seiring perkembangannya, API berubah mana beberapa kali hingga pada 2019 bertansformasi menjadi Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Transformasi ini mengukuhkan posisi sejati PPI Curug sebagai institusi vokasi yang berorientasi pada keterampilan sesuai kebuhan industri yang dibidanginya.

Sebagai bagian dari Badan Pengembangan SDM Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan, PPI Curug mengemban mandat dari negara untuk menyiapkan tenaga kerja sektor transportasi udara yang tidak hanya unggul dalam teori, tetapi juga siap beroperasi di lapangan dengan kompetensi yang nyata.

Sertifikasi Nasional dan Internasional: Bukti Mutu dan Kepercayaan Global

Berbeda dengan perguruan tinggi secara umum ataupun dengan perguruan tinggi vokasi penerbangan lain di Indonesia, PPI Curug memiliki keunggulan unik sebagai satu-satunya perguruan tinggi vokasi penerbangan di Indonesia yang terakreditasi secara internasional oleh ICAO TrainAir Plus dan ICAO Aviation Security Training Center (ASTC). Akreditasi ini menandakan bahwa sistem pelatihan, kurikulum, dan pengujian kompetensi di PPI Curug sudah sesuai dengan tuntutan dan standarisasi global. Hal ini sangat penting mengingat penerbangan merupakan sektor yang bersifat lintas batas dan tunduk pada regulasi internasional, sehingga pemenuhan standar tersebut menjadi faktor penting yang selalu menjadi salah satu fokus utama dalam setiap layanan pendidikan dan pelatihan di PPI Curug.

PPI Curug juga memiliki akreditasi nasional dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam berbagai bentuk seperti: (1) Part 139 Airport Certification, (2) Part 141 Pilot School Certification, (3) Part 142 Approved Training Organization, (4) Part 143 Approved Air Navigation Organization, (5) Part 145 Approved Maintenance Organization, dan (5) Part 147 Aircraft Maintenance and Training Organization. Dengan kombinasi akreditasi nasional tersebut, lulusan PPI Curug tidak hanya membawa gelar akademik sesuai dengan jenjang pendidikan diplomanya, tetapi juga Sertifikat Kompetensi (Serkom) dari BNSP dan lisensi profesi yang menjadi persyaratan legal untuk bekerja di sektor penerbangan, baik sebagai pilot, teknisi, ATC, maupun personal keselamatan penerbangan yang diakui secara global.

- Advertisement -

Program Studi yang Menjawab Kebutuhan Okupasi Aviasi Global

PPI Curug saat ini menyelenggarakan 10 program studi vokasi yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan teknis dan profesional di dunia kerja penerbangan. Program studi dimaksud yaitu:

  • Program Studi Sarjana Terapan/Diploma IV Penerbang
  • Program Studi Sarjana Terapan/Diploma IV Teknik Pesawat Udara
  • Program Studi Sarjana Terapan/Diploma IV Tenik Navigasi Udara
  • Program Studi Sarjana Terapan/Diploma IV Teknik Listrik Bandara
  • Program Studi Sarjana Terapan/Diploma IV Lalu Lintas Udara
  • Program Studi Diploma III Teknik Mekanikal Bandar Udara
  • Program Studi Diploma III Teknik Bangunan dan Landasan
  • Program Studi Diploma III Penerbangan Aeronautika
  • Program Studi Diploma III Pertolongan Kecelakaan Pesawat
  • Program Studi Diploma III Operasi Bandar Udara

Masing-masing program studi didukung oleh fasilitas unggulan seperti bandara latihan yang dikelola oleh UPBU Budiarto Curug, puluhan pesawat latih canggih (Piper Warrior, Piper Archer, Piper Seneca, Beechcraft Baron, Helicopter Bell 206), flight simulator pesawat latih Redbird, flight simulator pesawat komersial Boeing dan Airbus, laboratorium radar 3D, simulasi tower ATC 360°, laboratorium teknik, mock-up pesawat Boeing 747 dengan sistem pembakaran otomatis, kolam HUET, dan hangar perawatan pesawat udara. Fasilitas pada PPI Curug tidak dapat ditemukan di lembaga pendidikan tinggi umum, bahkan tidak ada perguruan tinggi vokasi sejenis yang kelengkapan dan kecanggihan fasilitasnya menyamai dengan apa yang dimiliki oleh PPI Curug.

Lebih dari itu, setiap program studi disusun berdasarkan CBTA (Competency-Based Training and Assessment) dan standar ICAO Annex. Hal tersebut guna menjamin bahwa pelatihan yang diberikan bukan hanya relevan secara nasional, tetapi juga diakui secara internasional.

Kritikalitas untuk tetap di Bawah Kementerian Perhubungan

Berbeda dari perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, PPI Curug merupakan lembaga pendidikan teknis sektoral yang terintegrasi langsung dengan otoritas penerbangan sipil. Pendidikan dan pelatihan di PPI Curug tidak hanya mencetak lulusan sesuai dengan jenjang pendidikan tinggi, tetapi menyiapkan mereka agar bisa langsung masuk ke sistem operasional penerbangan yang sangat teknis, berbasis lisensi, dan regulatif.

PPI Curug sebagai perguruan tinggi vokasi di bawah Kementerian Perhubungan merupakan bentuk keselarasan dalam ekosistem pendidikan dan pelatihan aviasi nasional. Koordinasi yang sangat erat dan melekat dengan stakeholder penenerbangan nasional dan global, seperti ICAO, IATA, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, BPSDMP, AirNav, Angkasa Pura, dan maskapai tidak boleh terganggu. Selain itu, fleksibilitas dalam menyesuaikan kurikulum sesuai pemutakhiran yang ditetapkan ICAO juga sangat penting sebagai bagian dari agilitas perguruan tinggi vokasi ini agar tetap relevan, responsif, dan berbasis pada kebutuhan industri, serta tuntutan regulasi.

Sebagai contoh, Program Studi Lalu Lintas Udara di PPI Curug merupakan satu-satunya Program Studi Sarjana Terapan ATC di Indonesia yang dirancang berdasarkan ICAO Annex 1 dan 11, dan bukan sekedar pendidikan umum. Jika pendidikan ini tidak lagi berada di bawah kementerian teknis, maka sinkronisasi dengan kebutuhan personel ATC nasional bisa mengalami kendala yang sebetulnya tidak perlu.

Perbandingan dengan Institusi Sejenis di ASEAN

Dalam konteks regional ASEAN, lembaga seperti Civil Aviation Training Center (CATC) di Thailand dan Philippine State Collage of Aeronautics (PhilSCA) memiliki kondisi yang relatif sebanding dengan PPI Curug. CATC Thailand berada di bawah otoritas penerbangan sipil negara itu yaitu Thailand Civil Aviation Authority, bukan Kementerian Pendidikan. Hal yang sama berlaku di Filipina, dimana PhilSCA meski berbasis pendidikan akadmik, seluruh lisensi dan pelatihan ATC-nya berada di bawah pengawasan Civil Aviation Authority of the Philipines (CAAP). Artinya, negara-negara tersebut pun menjaga pendidikan teknis aviasi tetap berada di bawah kementerian atau otoritas teknis, bukan kementerian yang menangani pendidikan secara umum.
Bahkan, apabila kita bandingkan lebih lanjut, pada PPI Curug terdapat kelebihan yang tidak dimiliki institusi-institusi tersebut. Kelebihan yang dimaksud terletak pada integrasi penuh antara pelatihan teknis, fasilitas pembelajaran, dan strandar internasional ICAO. Selain itu, PPI Curug telah meluluskan ribuan alumni yang tidak hanya terserap di sektor nasional, tetapi juga bekerja di maskapai, lembaga navigasi, dan penyelenggara bandar udara di Asia Tengah, Timur Tengah, bahkan Eropa. Kondisi ini menunjukkan daya saing global luluan PPI Curug yang sangat tinggi.

Menjawab Masa Depan: SDM Aviasi untuk Indonesia Emas 2024

Menuju visi Indonesia Emas 2045, pembangunan infrastruktur tidak akan berjalan tanpa pembangunan SDM teknis yang unggul. Di sektor udara, tantangan ke depan meliputi transformasi digital navigasi udara, adopsi smart airport, hingga pengelolaan lalu lintas udara berbasis satelit. Semua ini membutuhkan tenaga ahli yang tidak hanya paham teori, tetapi sudah dilatih dalam sistem terstandar seperti yang diselenggarakan di PPI Curug.

PPI Curug saat ini sudah menyiapkan transformasi pelatihan berbasis digital, termasuk laboratorium sistem komunikasi satelit, integrasi radar, hingga penerapan Supervisory Control and Data Acquisitions (SCADA) pada fasilitas kelistrikan bandara. Selain itu, kolaborasi dengan industri semakin diperkuat dengan kehadiran tenaga pengajar dari industri aviasi, seperti GMF AeroAsia, AirNav, dan Angkasa Pura sebagai pengajar praktisi.

Harmoni dalam Dedikasi: Kampus Terintegrasi, Masa Depan Transportasi

Dalam momentum Dies Natalis ke-73 yang jatuh pada 1 Juni 2025, PPI Curug mengangkat tema: “Harmoni dalam Dedikasi: Kampus Terintegrasi, Masa Depan Transportasi.” Tema ini mencerminkan semangat kolaboratif yang dikembangkan PPI Curug dalam semakin membangun sinergi antardisiplin di sektor penerbangan.

Kampus terintegrasi bukan berbicara sekedar integrasi infrastruktur fisik kampus, melainkan sistem pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang saling mendukung. Melalui semangat dan program intergasi kampus ini, taruna/taruni PPI Curug sejak dalam pendidikan dididik untuk tidak hanya kompeten pada bidang utama yang sesuai dengan program studi masing-masing, tetapi juga dididik untuk memahami bahkan memiliki lisensi di luar program studinya tersebut. Implementasinya yaitu bahwa seorang taruna penerbang tidak hanya belajar cara yang benar untuk menerbangkan pesawat, tetapi juga minimal memiliki pemahaman mendasar mengenai cara kerja sebagai seorang ATC, teknisi bandara, atau bahkan petugas ground handling. Demikian pula bagi taruna dari program studi PKP tidak hanya ahli dalam mengoperasikan peralatan pemadam, tetapi juga mengetahui komponen-komponen pesawat dan kondisi di dalam kokpit dan kabin yang krusial dalam membantu penyelamatan nyawa dan properti ketika terjadi kecelakaan dan kebakaran peswat udara.

Kampus terintegrasi juga berbicara tentang peningkatan kontribusi sektor lain yang dapat menunjang kehidupan kampus agar semakin aktif dan dinamis. Kerja sama dengan institusi militer, pemerintahan daerah, pendidikan dalam dan luar negeri, lembaga tenaga kerja migran, industri pertambangan, kesehatan, keamanan, konstruksi, media, bahasa asing, dan sebagainya merupakan beberapa bagian yang menjadi jalur kerja sama PPI Curug berikutnya. Berbagai kerja sama dilakukan tidak hanya untuk menyerap lulusan dari PPI Curug, tetapi untuk mewujudkan link and match antara program kerja kampus dengan kebutuhan di industri-industri tersebut.

“PPI Curug menyadari bahwa tidak mungkin membangun secara parsial, diperlukan integrasi menyeluruh antar ilmu yang kuat, penguasaan teknologi modern, dan pembentukan karakter melalui budaya penerbangan yang kokoh,” ujar Capt. Megi H. Helmiadi, Direktur PPI Curug, saat menyampaikan sambutan Dies Natalis PPI Curug ke-73 (2/6).

Kesimpulan

Menuju 100 tahun Indonesia merdeka, pembangunan SDM menjadi pilar utama. Di sektor penerbangan, PPI Curug telah dan akan terus menjadi pusat keunggulan SDM penerbangan yang profesional, bersertifikasi, dan relevan dengan industri. Keputusan para Bapak Bangsa, untuk mewujudkan dan menjaga keberadaan PPI Curug di bawah Kementerian Perhubungan hingga saat ini berusia 73 tahun merupakan keputusan strategis untuk membentuk dan melindungi masa depan aviasi Indonesia agar tetap bersaing di regional dan internasional.

Dengan segala keunikan dan kekhususannya, PPI Curug bukan sekedar lembaga pendidikan, tetapi bagian dari kedaulatan udara dan sistem keselamatan penerbangan nasional. Pendidikan di PPI Curug tidak bisa dipisahkan dari kebijakan udara Indonesia karena setiap taruna yang lulus dari PPI Curug akan langsung bersentuhan dengan keselamatan jutaan penumpang pesawat setiap harinya. Memperkuat PPI Curug sebagai PTKL di bawah Kementerian Perhubungan dalam hal kelembagaan, alokasi dan fleksibilitas sistem pengelolaan keuangan, dan kurikulum merupakan beberapa langkah strategis yang diperlukan untuk memastikan bahwa SDM aviasi Indonesia tetap unggul, berstandar, dan siap menjawab tantangan masa depan transportasi.

Ryeska Fajar Kusuma, S.Psi., M.T.
Ryeska Fajar Kusuma, S.Psi., M.T.
Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia dan Magister Teknik dari Universitas Gadjah Mada. Individu yang memiliki minat pada pendidikan dan perilaku transportasi. Telah berpengalaman lebih dari 20 tahun di bidang SDM Aparatur Pemerintah terutama pada isu pengembangan kompetensi, kelembagaan, tata laksana lembaga pemerintah, dan reformasi birokrasi. Aktivitas saat ini sebagai ASN di Kementerian Perhubungan, pengajar pelatihan leadership and management skill bagi pelaut, aktif dalam organisasi profesi (PP HIMPSI, APSIMAR, dan APPnI), serta penikmat alam terbuka.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.