Di tengah kesibukan hidup yang serba cepat dan dunia yang terus berkembang,kisah tentang anak-anak Trimah menitipkan sang ibu ke sebuah panti khusus lansia di Malang, Jawa Timur menjadi viral dan perbincangan masyarakat.
Sebelumnya diberitakan, Trimah seorang ibu asal Magelang, Jawa Tengah dititipkan di panti jompo di Malang oleh anak-anaknya, lantaran mereka sudah tak sanggup merawat sang ibu. Pengelola panti Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang tempat Trimah dititipkan, mengatakan bahwa keputusan itu dibuat lantaran anak-anak Trimah memiliki kesibukan masing-masing (lipsus.kompas.com).
Surat pernyataan tersebut diunggah oleh Arief Camra yang merupakan Ketua Yayasan Griya Lansia Husnul Khatimah di akun Facebooknya pada 27 Oktober lalu. Dalam surat itu disebutkan alasan warga menitipkan orang tuanya ke tempat tersebut (Kompas.com).
“Kami bersepakat menyerahkan perawatan orang tua kami kepada Griya Lansia Husnul Khatimah Malang dikarenakan kesibukan kami masing-masing,” demikian bunyi surat itu.
“Apabila orang tua kami meninggal dunia maka kami menyerahkan proses pemakaman orang tua kami kepada Griya Lansia Husnul Khatimah,” isi surat tersebut (Kompas.com).
Air mata yang menetes dari mata Trimah saat pertama kali meninggalkan rumahnya menggambarkan betapa beratnya perasaan seorang ibu yang harus merelakan anak-anaknya untuk hidup tanpa kehadirannya di tengah-tengah keluarga. Perasaan kehilangan, kesepian, dan ketidakpastian menyelimuti hatinya.
Bagi banyak lansia seperti Trimah, panti jompo mungkin bukanlah tempat yang diinginkan. Mereka telah menghabiskan banyak tahun dalam keluarga mereka, mengasuh dan merawat anak-anak mereka dengan cinta tanpa syarat. Kini, ketika mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang sama, mereka justru harus menghadapi kenyataan pahit untuk tinggal jauh dari orang-orang yang mereka cintai.
Suara Trimah seketika bergetar dan melemah ketika mengucapkan asa di dalam hatinya.”Mudah-mudahan saja dia (anak-anaknya) masih ingat punya orang tua,” tutur Trimah saat ditemui di Griya Lansia Husnul Khotimah, Senin (1/11/2021 Kompas.com)
Di sisi lain, panti jompo di Malang, tempat Trimah tinggal, menyediakan fasilitas kesehatan, perhatian medis, serta kegiatan sosial yang dapat membantu mengurangi rasa sepi yang dirasakan oleh para lansia. Namun, meskipun fasilitas tersebut cukup memadai, banyak lansia yang merasa kehilangan ikatan emosional yang tak tergantikan oleh layanan medis atau aktivitas sosial. Panti jompo menjadi tempat tinggal fisik, tetapi tidak selalu bisa menggantikan peran keluarga yang penuh kasih sayang.
Namun, apakah ini berarti kita harus menerima kenyataan bahwa panti jompo adalah pilihan terbaik bagi orang tua lansia? Tentu saja tidak. Setiap keluarga perlu menemukan solusi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Meskipun panti jompo menawarkan kenyamanan fisik dan kemudahan akses kesehatan, tetap saja, kasih sayang dan perhatian keluarga tetap merupakan hal yang tak tergantikan. Keterlibatan keluarga dalam kehidupan lansia, baik melalui kunjungan rutin atau bentuk perhatian lainnya, adalah hal yang esensial untuk menjaga kesejahteraan emosional mereka.
Filosofi Jawa sangat menekankan pentingnya “ngurmati” (menghormati) dan “ngayomi” (melindungi) orang tua, yang tercermin dalam prinsip “sraddha” dan “bakti” (pengabdian). Dalam budaya Jawa, ibu adalah sumber kehidupan dan kesejahteraan spiritual (Al-atsari 2007).
Proses kehidupan yang dimulai dari rahim ibu diibaratkan sebagai anugerah yang harus dihormati sepanjang hayat. Oleh karena itu, saat ibu ditinggalkan di panti jompo, ini bisa dianggap sebagai pengingkaran terhadap prinsip bakti yang mendalam dalam filosofi Jawa. Sebuah pengorbanan hidup ibu yang dulu memberikan segalanya untuk anak-anaknya kini tergantikan oleh kesendirian dan kerentanan yang sering dihadapi penghuni panti jompo.
Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat juga perlu lebih peka terhadap kondisi lansia yang tinggal di panti jompo. Program-program sosial yang mendukung peningkatan kualitas hidup lansia. Kesehatan mental dan fisik lansia harus menjadi prioritas bersama, karena mereka juga memiliki hak untuk merasa dihargai dan dicintai.
Biasanya lansia menggalami kesepian pada kelompok lansia, pada tahap ini lansia akan mengalami banyak perubahan dalam hidupnya mulai dari perubahan aspek psikologis, fisik hingga perubahan kehidupan sosial. Serangkaian perubahan ini di kemudian hari dapat menyebabkan lahirnya masalah baru, seperti masalah penurunan kesehatan fisik, penurunan fungsi kognitif, mengalami post power syndrome hingga masalah kesepian yang diakibatkan kehilangan orang-orang yang dicintai (Henning-Smith et al., 2018).
Kesepian merupakan pengalaman subjektif dimana ketika individu merasakan perasaan sedih, sepi dan tidak menyenangkan meskipun sedang berada di tengah keramaian, kesepian sendiri terjadi karena adanya kegagalan individu menjalin kelekatan maupun hubungan emosional dengan orang disekitarnya (Ong & Wethington, 2016).
Melihat fenomena ini, masih banyak stigma dari masyarakat bahwa kondisi kesepian pada lansia merupakan suatu kondisi yang wajar dan umum dialami, padahal hasil penelitian menyebutkan rasa kesepian yang terus diabaikan dapat berdampak pada masalah psikologis yang lebih serius seperti depresi, sementara depresi sendiri menjadi salah satu masalah mental yang menyebabkan 90% penderitanya mengakhiri hidup melalui cara bunuh diri (Erzen & Çikrikci, 2018; Yusuf, 2015).
Fisik lansia yang telah menurun sehingga menyebabkan minimnya keterlibatan lansia secara aktif ketika mengikuti sesi terapi, temuan ini sebagaimana penelitian dari Nuratna, (2018) yang mengalami beberapa kesulitan melakukan konseling melibatkan lansia, sebab kondisi mudah merasa bosan, merasa ngantuk dan rendahnya daya tangkap dalam memahami proses konseling, kondisi ini turut dipengaruhi karena menurunnya fungsi di berbagai aspek pada lansia.
“Diujung usia ditinggalkan Perjalanan Seorang Ibu ke Panti Jompo” bukan hanya sekadar simbol kesedihan, tetapi juga sebuah refleksi atas perubahan zaman dan bagaimana nilai-nilai luhur Jawa dapat terus diupayakan untuk dipertahankan dalam kondisi sosial yang terus berkembang. Untuk itu, penting bagi kita untuk memikirkan kembali makna bakti dan penghormatan kepada orang tua, serta bagaimana kita bisa memberikan yang terbaik bagi mereka, meskipun dalam situasi yang serba terbatas.