Rabu, Oktober 16, 2024

Dari Healing Sampai Holiday

Iis Indrawati
Iis Indrawati
Lahir di Lamonggi 26 februari 2001

“Dikit-dikit healing, dikit-dikit holiday”.

Sekutip perbincangan yang ku dengar dari sekumpulan anak muda di depanku. Hampir di mana-dimana healing disebut, baik dari kalangan anak muda, usia lanjut, sampai anak SD. Tidak terkecuali di perkumpulan teman-temanku yang juga sering mengatakan bahwa mereka butuh healing. Dari si yang berlebihan sampai ke yang berkekurangan, semuanya butuh healing dan holiday. Begitu besarkah masalah yang sedang mereka hadapi? Entahlah.

Beberapa orang yang saya kenal, mengatakan healing adalah cara mereka untuk beristirahat sejenak dari berbagai persoalan yang mereka alami.“ Healing itu, bagai oase di padang pasir”, katanya. Lama-lama saya sendiri yang bingung, kok orang-orang pada bisa ya bilang healing. Lah, saya malah mikir kalau healing terus, “kapan masalahnya selesai?”. Bukannya masalah harus diselesaikan dulu, terus setelah itu baru deh liburan atas nama ‘Healing’.

Terkadang saya mumet sendiri, kalau lagi scroll sosmed yang isinya rata-rata lagi liburan, terus captionnya ‘healing my self’. Saya paham kenapa orang butuh holiday dan healing, yang jadi persoalannya adalah orang sering sekali mengatakan mereka lagi depresi, stres lah, dan butuh tempat untuk berdiam diri guna menenangkan pikiran, tapi mereka tidak tahu caranya bagaimana. Gimana pikiran gak grasak-grusuk kalau penyebabnya saja belum diatasi. gimana mau sembuh kalau lukanya saja gak diobati. Luka yang tidak diobati akan makin parah dan bisa saja menjalar kemana-mana. Itulah pentingnya untuk tahu dulu penyebabnya terus cari solusinya.

Saya jadinya berpikir bahwa mudahnya orang saat ini mengatakan healing itu berkorelasi erat dengan kesehatan mental yang sudah merajalela dimana-mana. Sejak beberapa tahun kebelakang, orang sudah mulai awareness sama yang namanya mental health. Dulu, orang yang berkelakuan aneh, cenderung dikira gila dan pada akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa sebagai pasien gangguan jiwa (gila).

Lebih parahnya lagi kalau dikira kerasukan setan, yang kemudian diobati ke dukun atau di ruqyah. Bukannya tidak percaya bahwa manusia bisa dirasuki setan ataupun bisa mengalami gangguan jiwa (gila). Saya hanya prihatin kalau suatu persoalan atau permasalahan ditangani dengan hal yang lain yang tidak semestinya. Kan jatuh-jatuhnya yang gatal disini, lah yang digaruk disana, yang gatal punggung yang digaruk perut. Ada-ada saja memang, tapi itulah realita yang ada saat ini. Meskipun sebagian orang udah pada sadar,tetap saja yang sebagiannya lagi tidak bisa dimunafikan akan ketidak sadarannya.

Saya senang orang-orang mulai peduli dengan yang namanya mental health. Hanya saja masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai juga. Hari-hari ini, orang mudah sekali untuk self diagnose, seakan-akan kesehatan mental itu sesuatu yang bisa dideteksi oleh diri sendiri.

Ada banyak yang kemudian mengklaim dirinya memiliki mental illnes seperti depresi dan sebagainya. Dikira segampang itu identifikasi orang-orang yang memiliki mental illnes. Para psikiater dan psikolog bukanlah peramal yang bisa memperhitungkan masa depan dengan modal menerawang saja, mereka perlu menuntut ilmu bertahun-tahun untuk diakui dan dianggap mampu berkompeten di bidangnya. Lucu juga kalau kita menjadi peramal untuk diri kita sendiri. Perlahan-lahan pekerjaan peramal akan hilang digantikan oleh semua orang.

Balik lagi sama persoalaan healing. Sampai saat ini orang-orang masih beranggapan bahwa cara untuk menenangkan pikiran dari segala kerumitan hidupnya adalah dengan holiday ke suatu tempat yang jauh dari sumber masalahnya. Saya bisa memaklumi bahwa tiap orang butuh waktunya untuk dirinya sendiri.

Hanya saja orang yang butuh healing akhirnya melupakan bahwa hidupnya akan terus bermasalah kalau permasalahannya tidak diatasi atau dihadapi. Mengutip dari perkataan seseorang yang mengatakan bahwa “ masalah itu bukan untuk dihindari, sebaliknya masalah itu untuk dihadapi”. Saya sering sekali mendengar perkataan tersebut, dulunya hanya angin lewat tetapi melihat realita saat ini, orang-orang termasuk saya perlu mempraktikkan perkataan tersebut.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan holiday dan healing. Hanya saja kita perlu untuk mengidentifikasi sebenarnya yang kita butuhkan itu apa. Orang-orang seringkali tergesa-gesa menentukan bagaimana ia kedepannya. Alih-alih mempertimbangkan baik-buruknya, bermanfaat-tidak bermanfaatnya, orang-orang cenderung untuk mengikuti sesuatu dengan pemikiran yang kurang matang.

Iis Indrawati
Iis Indrawati
Lahir di Lamonggi 26 februari 2001
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.