Selasa, April 23, 2024

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Sektor Bisnis di Indonesia

Marcela Carorina
Marcela Carorina
Mahasiswi Ekonomi Pembangunan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sejak COVID-19 memasuki wilayah Indonesia pada Maret 2020, pemerintah mencanangkan regulasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) alih-alih menerapkan lockdown. PSBB itu sendiri berlangsung selama empat belas hari dan di antara empat belas hari tersebut, Pemprov akan memantau dan mengevaluasi perkembangan dari keadaan kota. Pemantauan dilakukan berdasarkan kurva kasus positif COVID-19.

Akibat dari penerapan regulasi tersebut, banyak perusahaan yang terdesak untuk segera mencari strategi agar keberlangsungan perusahaan tetap terwujud. Sayangnya, kasus positif COVID-19 di berbagai daerah masih mengalami peningkatan, bahkan setelah PSBB. Hal ini menyebabkan pemerintah memutuskan berkali-kali memperpanjang masa PSBB ataupun merubah PSBB transisi menjadi PSBB diperketat.

PSBB berdampak besar bagi banyak perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan milik negara. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh direktur AITO, Summer (2020), perusahaan-perusahaan yang dulunya memiliki suasana sibuk kini berada dalam kesulitan karena adanya pandemi. Terdapat lima efek utama pandemi COVID-19 bagi perusahaan di Indonesia.

Efek pertama dari pandemi ini adalah beralihnya sistem finansial perusahaan ke zero-based budgeting. Kedua adalah adanya Pemutusan Hubungan Karyawan (PHK) besar-besaran di berbagai perusahaan. Efek ketiga adalah kekacauan produksi yang dialami berbagai perusahaan. Efek keempat adalah penurunan produktivitas perusahaan. Dampak terakhir adalah runtuhnya perusahaan akibat kebangkrutan yang disebabkan ketidakmampuan perusahaan untuk bertahan di tengah pandemi.

Peralihan sistem finansial perusahaan ke zero-based budgeting adalah salah satu efek dari pandemi COVID-19 pada sector bisnis. Ahmad (2007) menjelaskan bahwa zero-based budgeting mendorong industri atau perusahaan untuk menyesuaikan seluruh anggarannya dari bawah ke atas setiap tahun. Selain itu, Broughton (2017) menyatakan bahwa taktik ini membantu kepala bagian keuangan dari sebuah perusahaan untuk memangkas pengeluaran. Taktik zero-based budgeting juga mempersiapkan tantangan jangka panjang dalam perjalanan bisnis dan bidang pengeluaran lainnya.

Sejak pemerintah menerapkan PSBB, banyak perusahaan, terutama perusahaan di bidang aviasi, transportasi, dan perhotelan, yang harus memangkas pengeluarannya. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan sebanyak sebelum situasi pandemi, karena pemerintah melarang masyarakat untuk bepergian. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak perlu menggunakan jasa transportasi umum, perhotelan, dan aviasi. Penurunan perekonomian memaksa staf keuangan di sebuah perusahaan untuk memeriksa kembali informasi detail pengeluaran perusahaan agar bisa bertahan selama pandemi ini.

Efek kedua dari pandemi COVID-19 bagi perusahaan adalah PHK besar-besaran. Biasanya, perusahaan yang baik akan mencapai titik impas sepanjang tahun. Sayangnya, beberapa perusahaan tidak dapat menjalankan bisnis secara normal karena PSBB yang terus diperpanjang.

Pengusaha terpaksa melakukan PHK sebagai reaksi atas ketidakpastian ekonomi yang mereka hadapi akibat pandemi ini. Hal ini berhubungan dengan teori bahwa PHK adalah “alat manajemen paling populer untuk memotong biaya dan merestrukturisasi organisasi.” (The Conversation, 2020) Meskipun perusahaan-perusahaan tersebut telah berupaya memangkas biaya, mereka masih kesulitan untuk bertahan atau bahkan mencapai titik impas. Karena itu, perusahaan terpaksa merumahkan karyawannya.

Hal ketiga yang harus dihadapi perusahaan akibat pandemi COVID-19 adalah kekacauan produksi perusahaan. Kekacauan ini merupakan dampak dari perubahan alur dan sistem produksi yang mendadak dalam kurun waktu satu hingga dua bulan, bahkan enam bulan. Selama pandemi, banyak perusahaan memilih untuk mencanangkan sistem kerja dari rumah atau yang lebih dikenal sebagai work from home. Perusahaan yang tidak dapat beradaptasi dengan transformasi digital cenderung lebih beresiko menghadapi kekacauan produksi. Banyak perubahan yang harus dihadapi perusahaan, salah satunya mengatur produknya secara digital.

Dampak lainnya adalah penurunan produktivitas perusahaan. Hal ini paling berpengaruh pada industri penerbangan, industri makanan dan minuman, dan bisnis perhotelan. Menurut sebuah artikel yang diposting di The Jakarta Post (2020), semua maskapai penerbangan harus menghapus sekitar 50 persen dari rute penerbangan yang telah direncanakan. Sama halnya dengan restoran yang memilih untuk menutup sementara operasionalnya. Penyebab utama dari penurunan produktivitas perusahaan ialah adanya regulasi yang ditetapkan pemerintah untuk mencegah peningkatan kasus COVID-19. Tak hanya karena regulasi, banyak warga yang juga ragu keluar rumah karena takut tertular COVID-19.

Dampak lain dari pandemi ini adalah keruntuhan perusahaan sebagai efek dari kebangkrutan. Kasus COVID-19 di Indonesia masih terus meningkat hingga saat ini. Awalnya, pemerintah sudah mengubah PSBB menjadi PSBB transisi. Dalam keadaan PSBB transisi, perusahaan dapat menjalankan usahanya dengan beberapa syarat dan ketentuan dari pemerintah. Namun karena kasus yang kembali meningkat di beberapa daerah, terutama Jakarta yang merupakan pusat perekonomian di Indonesia, mereka terpaksa menerapkan PSBB kembali. Peraturan ini menyebabkan banyak perusahaan yang awalnya sudah terombang-ambing menjadi makin terpuruk dan tidak mampu bertahan lebih lama.

Secara keseluruhan, pandemi ini membawa dampak yang sangat besar terutama di sektor bisnis. Dampak besar tersebut tentunya bersifat negatif. Banyak perusahaan mengalami kerugian besar. Mereka melakukan yang terbaik untuk bertahan hidup. Dampak utama yang harus dihadapi perusahaan adalah beralihnya system finansial perusahaan menjadi zero based budgeting agar perusahaan dapat mencapai titik impas, PHK perusahaan besar, kekacauan produksi perusahaan, penurunan produktivitas perusahaan dan dampak terakhir adalah runtuhnya perusahaan. Berbagai dampak negatif menunjukkan perjuangan yang dilakukan sektor bisnis untuk dapat bertahan selama pandemi COVID-19.

Sumber:

Travel Industry Fears Covid-19 Crisis Will Cause More Holiday Companies to Collapse. (2020, September 10). Retrieved from The Guardian: https://www.google.com/amp/s/amp. theguardian.com/travel/2020/sep/10/travel-industry-fears-covid-19-crisis-will-cause-more-holiday-comapnies-to-collapse

Companies Turn to Zero-Based Budgeting. (2020, June 17) Retrieved from The Wallstreet Journal: https://www.google.com/amp/s/www.wsj.com/amp/articles/companies-turn-to-zero-based-budgeting-to-cut-costs-during-the-pandemic-11592431029.

Ahmad, A. (2007). Zero-Base Budgeting: Employees Perceptions and Attitudes in Brunei Public Sector Organization. JKAU: Econ & Adm, (21), 1. 3-14.

How and Why Companies Lay Off Employees Affects Future Success. (2020, June 8).Retrieved from The Conversation:https://www.google.com/amp/s/theconversation.com//amp/how-and-why-companies-lay-off-employees-affects-future-success-136356.

COVID-19 Impacts Across Indonesia’s Business Sectors: A Recap. (2020, March 30) Retrieved from The Jakarta Post: https://www.google.com/amp/s/www.thejakartapost.com /amp/news/2020/03/30/covid-19-impacts-across-indonesias-business-sectors-a-recap.html

Marcela Carorina
Marcela Carorina
Mahasiswi Ekonomi Pembangunan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.