Rabu, Oktober 16, 2024

Covid-19, Sekolah, dan Bencana Generasi

muhammad ridha
muhammad ridha
Dosen Teknologi Pendidikan UIN Antasari Banjarmasin; Alumni Program Magister Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang; Ketua Yayasan Titik Fokus Karya. Penulis dapat dihubungi via email ridha@uin-antasari.ac.id

Kasus penyebaran pandemi Covid-19 masih sangat tinggi, baik secara global, maupun nasional. Beragam usaha terus diupayakan untuk mencegah, mengobati dan meminimalisasi dampak yang ditimbulkan.

Meskipun demikian, dampak yang ditimbulkan masih signifikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa sekitar 94 persen atau sekitar 1,58 milyar peserta didik di 200 negara di dunia, mulai dari jenjang pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi terkena dampak pandemi covid-19. Kondisi ekonomi orang tua yang semakin sulit serta terbatasnya akses untuk dapat melanjutkan pembelajaran jarak jauh dari rumah diprediksi akan semakin memperparah dampak yang ditimbulkan.

Di Indonesia sendiri, pemerintah sepakat agar untuk sementara waktu kegiatan pembelajaran sepenuhnya akan dilaksanakan secara daring, kecuali daerah-daerah tertentu yang telah memenuhi kriteria aman dan bebas dari penyebaran. Beragam bantuan berupa beasiswa, keringanan pembayaran biaya pendidikan hingga subsidi kuota internet diberikan untuk meringankan.

Meskipun demikian, itu semua belum sepenuhnya menjadi solusi. Terbatasnya akses internet dan ketersediaan perangkat gawai atau komputer yang bisa digunakan untuk mengikuti pembelajaran secara daring masih menjadi masalah. Ada banyak kasus dimana pendidik terpaksa harus mendatangi rumah peserta didiknya satu per satu agar mereka bisa belajar. Ada juga yang hanya memberikan penugasan-penugasan mingguan atau bulanan.

Banyak pihak mengkhawatirkan pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 ini. Hal itu wajar karena, selain promblematika yang dihadapi peserta didik sebagaimana disebutkan di atas, kompetensi dan pengalaman mayoritas pendidik untuk membelajarkan secara daring dan mengelola lingkungan pembelajaran daring juga sangat terbatas. Bahkan, kualitas pembelajaran daring ini nantinya akan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara jelas mengungkapkan bahwa penutupan sekolah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan pendidikan adalah langkah yang baik, namun kebijakan menutup sekolah dan melaksanakan pembelajaran  secara daring itu juga berpotensi menyia-nyiakan bakat dan minat yang dimiliki peserta didik untuk berkembang.

Ikhtiar agar potensi yang dimiliki peserta didik dapat berkembang optimal dikhawatirkan tidak dapat berjalan secara maksimal. Oleh karena itu, membuka kembali sekolah merupakan salah satu poin yang paling direkomendasikan oleh PBB.

Sekolah adalah wadah sekaligus lingkungan yang dirancang khusus untuk digunakan sebagai tempat belajar dan membelajarkan.  Pada masa pandemi covid-19 ini, menutup sekolah untuk sementara waktu dinilai lebih banyak mendatangkan manfaat dibandingkan mudharatnya.

Sebagai wadah dan lingkungan yang dirancang khusus, sekolah memang memiliki banyak keunggulan bagi perkembangan potensi peserta didik, utamanya karena keberadaan pendidik sebagai orang yang memfasilitasi belajar, mendampingi belajar, dan menjadi kawan dalam pembelajaran.

Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan, mengungkapkan gagasan dan meminta bantuan pembelajaran secara langsung kepada pendidik. Bahkan, seringkali pendidik dianggap sebagai kawan akrab bagi peserta didik.

Meskipun demikian, sekolah dan pembelajaran adalah dua hal berbeda. Ditutupnya sekolah untuk sementara waktu tidak bisa disamakan dengan menghentikan atau mengurangi kualitas pembelajaran. Sekolah dan ruang kelas hanya salah satu wadah yang baik untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran juga dapat dilaksanakan di tempat lain.

Aktivitas pembelajaran secara langsung di sekolah memberikan pengalaman dan kesan yang menarik bagi peserta didik. Lingkungan sekolah dinilai sebagai lingkungan yang sangat kondusif bagi perkembangan potensi peserta didik, baik pengetahuan, keterampilan bahkan karakter. Oleh karena itu, mengganti sementara pembelajaran di sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh dari rumah secara daring menimbulkan kekhawatiran.

Kekhawatiran pada pelaksanaan pembelajaran daring itu utamanya berkaitan substansi capaian pembelajaran, yaitu kompetensi. Era kompetisi global dewasa ini mengharuskan setiap indvidu untuk memiliki kompensi yang unggul dan berdaya saing. Bahkan, tuntutan untuk mampu mengembangkan kompetensi yang dimiliki serta mengaplikasikannya pada beragam situasi dan kondisi yang beragam juga sangat tinggi.

Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring memang memiliki keterbatasan dibandingkan pembelajaran langsung tatap muka secara tradisional di sekolah. Meskipun demikian, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran daring juga memiliki banyak keunggulan.

Menurut hemat penulis, kualitas capaian pembelajaran yang diharapkan itu tidak sepenuhnya ditentukan oleh bentuk pembelajaran, entah tatap muka tradisional di kelas atau dilakukan secara daring.  Faktor yang paling menentukan kualitas capaian berupa kompetensi itu adalah kesempatan dan pengalaman.

Pertama, kesempatan peserta didik untuk berinteraksi, baik berinteraksi dengan pendidik, dengan sesama peserta didik, maupun dengan materi pembelajaran. M. David Merrill (2013) dalam The First Principle of Instruction menegaskan bahwa pembelajaran tidak sama dengan sekedar menyampaikan materi pembelajaran.

Menurutnya, pembelajaran juga harus memastikan adanya interaksi. Interaksi pembelajaran itu merupakan jaminan bahwa peserta didik memang mendapatkan kesempatan untuk aktif memahami materi pembelajaran yang diberikan, mendapatkan kesempatan untuk mengkonfirmasi materi yang telah dipahaminya, menanyakan kembali bagian tertentu yang belum dipahaminya, mendapatkan kesempatan untuk menyimak, mempraktikkan dan menunjukkan keterampilan yang telah dikuasainya.

Kedua, pengalaman peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya. Kesempatan yang didapatkan peserta didik untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai kegiatan seperti menyimak, memahami, mempraktikkan, mendiskusikan, menanyakan dan mengkreasikan itu secara tidak langsung memberikannya pengalaman dan gambaran untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya serta mengaplikasikannya pada situasi dan kondisi yang berbeda.

Oleh karena itu, meskipun pembelajaran dilaksanakan secara daring, selama peserta didik mendapatkan kesempatan luas, pengalaman yang kaya, dan pendampingan yang intensif, potensi yang dimilikinya akan tetap dapat berkembang secara optimal.

muhammad ridha
muhammad ridha
Dosen Teknologi Pendidikan UIN Antasari Banjarmasin; Alumni Program Magister Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang; Ketua Yayasan Titik Fokus Karya. Penulis dapat dihubungi via email ridha@uin-antasari.ac.id
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.