Sabtu, November 2, 2024

Corona dan Nasionalisme Kita

Deviani
Deviani
Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
- Advertisement -

Berbagai penyakit menular pada manusia yang bersumber dari hewan telah banyak mewabah di dunia, mulai dari pandemi influenza, ebola, flu burung, sars, mers dan sekarang yang sedang dihadapi oleh sebagian negara di dunia adalah virus covid- 19 atau yang lebih dikenal dengan virus corona.

Virus ini menyebabkan kematian pada manusia yang terjangkit, dan angka kematiannya tidak sedikit jumlahnya di setiap negara yang tertular. Hal inilah yang pada saat ini menjadi sorotan publik, dan menjadi objek berbagai studi untuk mengkaji segala aspek yang berkaitan dengan wabah tersebut yang diharapkan nantinya akan diperoleh suatu sistem atau obat yang dapat memberantas, mengobati dan menanggulanginya.

Kemunculan dari wabah corona tidak dapat diprediksi dan dapat membawa dampak yang sangat menakutkan bagi dunia. Dari awal virus corona hadir di Indonesia, sekitar akhir bulan Februari hingga saat ini virus corona telah memakan banyak nyawa. Di Cina negara yang menjadi tempat asal virus corona tersebut telah merenggut 3.000-an nyawa, begitu juga dengan negara-negara lain pendahulu Indonesia seperti, Italia, Spanyol, Mesir dan yang lainnya.

Virus yang sedang ramai dibicarakan, yang telah menyerang hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia ini membuat nasionalisme dari setiap warga negara dipertanyakan. Di Indonesia virus corona bukan semata soal kesehatan masyarakat yang dapat dikatakan membuat gagap dan gugup pemerintah. Namun, juga menunjukkan tidak adanya koordinasi yang utuh di internal pemerintah, serta melemahnya nilai-nilai nasionalisme yang seharusnya menguat dalam kondisi seperti saat ini.

Persoalan ini ditandai dengan masih banyaknya Warga Negara Asing (WNA) terutama dari negara yang positif terserang corona masih bebas keluar masuk ke Indonesia. Selain itu masyarakat di Indonesia sendiripun, masih saja nekat untuk melakukan perjalanan ke luar negeri pada saat sudah ada larangan bepergian.

Tidak lama setelah virus ini memakan korban di Indonesia, pemerintah telah membuat kebijakan untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah dari rumah untuk upaya pemberhentian penyebaran virus corona ini. Namun, yang terjadi malah masyarakatnya masih tidak begitu peduli dengan keadaan tersebut. Sebagian dari mereka masih pergi berlibur, bertamasya dengan keluarga dan masih mengadakan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan keramaian.

Nasionalisme tidak cuma lahir saat bangsa ini terancam kelangsungannya, nasionalisme tidak hanya hadir saat kekayaan alam kita diserobot, produk-produk negeri diklaim bangsa lain, keragaman dikoyak-koyak oleh kelompok-kelompok tertentu, namun pada kondisi yang sedang menimpa dunia termasuk di dalamnya negara Indonesia saat ini, nasionalisme sangat diharapkan kehadirannya pada setiap diri rakyatnya.

Covid-19 (Corona Virus)

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Virus ini menular dari manusia ke manusia, ia dapat menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. (Alodokter, 2020)

Infeksi dari virus yang disebut dengan Covid-19 pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan beberapa negara, termasuk Indonesia. Virus corona sudah dinyatakan sebagai pandemic global, sebab ia telah menyebar di 155 negara. Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona atau Covid-19 tersebut.

Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan manusia terinveksi virus ini, yaitu: menghindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (physical distancing) Menggunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alcohol setelah beraktivitas di luar rumah atau tempat umum.

- Advertisement -

Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sikap yang sangat penting untuk dikembangkan dalam berbangsa dan bernegara. Negara yang rakyatnya menjunjung tinggi rasa nasionalisme akan menjadi bangsa yang kuat. Sikap nasionalisme sangat penting ditanamkan, karena nilai ini akan terus terpakai dalam setiap kondisi.

Badri Yatim membagi nasionalisme dalam dua pengertian yakni, paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.

Nasionalisme adalah kecintaan alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.

Proses terbentuknya nasionalisme tidaklah semudah dan secepat yang diinginkan. Tidak mesti suatu masyarakat yang berhasil membentuk suatu negara itu dapat bersatu dalam suatu nasionalitas. Nasionalisme juga menjadi arena ekspresi sosial dan budaya masyarakat yang demokratis. Nasionalisme merupakan sebuah ideologi politik yang mampu menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Negara dan Jiwa-Jiwa Nasionalisme Warga Negara dalam Menghadapi Virus Corona
Sebagaimana dengan pembahasan yang telah diuraikan sedikit di atas, bahwa virus corona ini mempunyai akibat yang sangat serius, hingga menyebabkan kematian yang banyak dalam hitungan jam. Negara-negara yang terjangkit virus ini telah kehilangan ribuan nyawa warga negaranya.

Cina telah dapat mengontrol situasi dan mereka berhasil dalam mengatasinya. Sejumlah catatan keberhasilan negara-negara di dunia dalam mengatasi Covid-19, seperti Cina membuktikan dahsyatnya kekuatan nasionalisme dalam suatu negara, adanya kehendak yang dimiliki oleh rakyatnya untuk bersatu sebagai sebuah negara. Hal ini terlihat pada keputusan pemerintahnya untuk mengunci Wuhan, sebanyak 60 juta orang di Hubei, provinsi tempat Wuhan berada, dikarantina dan dikenakan larangan perjalanan.

Hari kedua lockdown, sebuah rumah sakit baru khusus untuk penanganan Corona dibangun di Wuhan, dengan kapasitas seribu dipan yang didesain khusus untuk pasien Covid-19. Karena penyebaran virus yang amat cepat, rumah sakit khusus kedua dibangun dengan 1.600 dipan. Kebijakan Cina tersebut diapresiasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebab usaha Cina ini dianggap telah menyelamatkan ribuan orang dari infeksi.

Per Maret 2020, terdapat 24 kasus positif Corona. Angka tersebut turun drastis dibandingkan dengan dua bulan pertama penyebaran Covid-19. Jumlah kasus infeksi Corona di Cina sebanyak 81.020 kasus dengan 3.217 kematian dan 67.843 orang sembuh.

Selain Cina, negara Jepang, Singapura dan Hongkong juga berhasil menangani penyebaran virus ini. Pemerintahannya cepat dalam mengambil kebijakan untuk membatasi pergerakan warga negaranya. Di Singapura di 243 kasus, belum ada laporan yang meninggal dan 100 orang dinyatakan sembuh.

Singapura berhasil mencegah penularan karena pendekatan yang dilakukan semua aspek pemerintahannya. Seperti halnya di Singapura, pemerintah Hong Kong dengan cepat berusaha menemukan kasus corona yang ada di wilayah mereka. Salah satunya adalah melakukan pelacakan terhadap siapa saja yang sudah berhubungan dengan mereka yang dinyatakan positif tertular Covid-19. Bagi mereka yang tertular juga diberlakukan isolasi dan karantina.

Sikap dan keputusan yang telah diambil dan dilakukan oleh pemerintahan masing-masing negara tersebut adalah perwujudan dari sikap nasionalisme yang pernah dikemukakan oleh Ernest Renan yang mendefinisikan nasionalisme sebagai kehendak bersama yang dimiliki oleh segolongan/beberapa golongan bangsa (nation) menjadi sebuah negara (state).

Namun, di Indonesia, kehendak bersama nampak belum menjadi sebuah kekuatan dalam menghadapi wabah Covid – 19. Justru yang dominan adalah politisasi Covid – 19 antar golongan pendukung di masyarakat. Sesama lembaga pemerintahan saja saling menyalahkan dan lempar-lempar tanggung jawab.

Seperti banyaknya anggota legislatif yang menilai penanganan corona di Indonesia ini lemah. Kebijakan antar kepala daerah tidak sejalan dan tidak satu suara dengan pemerintah pusat. Harusnya anggota legislatif juga ikut langsung dalam membantu pemerintah, dan mencari solusi bersama-sama, bukan malah lempar-lempar kesalahan. Kebanyakan dari mereka, seperti politisi malah memanfaatkan momen ini untuk saling menjatuhkan.

Semua pihak juga tidak dapat mendukung setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat. Seperti himbauan untuk masyarakat agar tetap berdiam dahulu dirumah selama beberapa minggu. Namun, masih banyak sekali warga negara yang tidak memperdulikannya dengan berbagai alasan.

Bukan hanya warga negara, pejabatnya pun seperti anggota legislatif masih ada yang bepergian, berlibur ke luar negeri dengan keluarganya ditengah himbauan pemerintah untuk social/physical distancing.

Kita tidak dapat serta merta menyalahkan pemerintah atas hal yang telah menimpa negeri ini. Terlepas dari berhasil atau tidaknya, cepat atau lambatnya respon pemerintah dalam menangani virus ini, akan tetapi pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi penyebaran virus tersebut.

Namun, jika warga negaranya tidak mendukung setiap kebijakan yang telah dicanangkan oleh pemerintah seperti, larangan keluar rumah, tidak berkumpul di keramaian masih tidak begitu dihiraukan oleh warga negara, permasalahan ini tidak akan dapat berakhir. Di sinilah jiwa-jiwa nasionalisme setiap warga negara dipertanyakan kembali.

Di era yang serba modern ini, serba terbuka juga membuat paham nasionalisme terkikis oleh paham globalisasi. Globalisasi ini membuat nasionalisme warga negara sedikit demi sedikit memudar dan diganti dengan paham globalisme yang mendewakan uang dan kesenangan.

Nasionalisme merupakan sebuah paham yang mana muncul tatkala kita diharuskan untuk memilih pada diri kita akan status kebangsaan. Hal ini terlihat dari kelangkaan dan melambungnya harga masker, handsanitizer, dan multivitamin.

Tantangan bagi nasionalisme lahir seiring dengan semakin modernnya kehidupan manusia di mana jarak bukan lagi suatu halangan, dimana media telekomunikasi telah menyatukan semua lapisan masyarakat menjadi suatu global village.

Dalam hal ini, globalisasi telah menjadi ujung tombak dalam mengikis paham nasionalisme. Globalisasi telah menimbulkan problem terhadap eksistensi negara dan bangsa. Kemajuan teknologi yang membuat era sekarang menjadi era serba digital membuat masyarakat tidak dapat menyaring berita-berita dan informasi terkait virus corona ini.

Sebagian masyarakat yang tidak dapat bertanggung jawab dengan teknologi yang ia miliki menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan isu-isu yang tidak benar. Hal ini hanya akan menambah kepanikan dikalangan masyarakat. Di sini dapat terlihat pula bahwa jiwa nasionalisme dari warga negaranya sangat kurang.

Memudarnya semangat nasionalisme sedikit demi sedikit akan menyebabkan merosotnya peran negara. Di tengah maraknya juga globalisme dengan segala atributnya, berupa modernisasi, keterbukaan, kemudahan dan kemajuan teknologi, merupakan sebuah tantangan bagi eksistensi nasionalisme itu sendiri.

Peran kapital asing semakin besar dan ketergantungan negara terhadap pihak asing semakin menyudutkan peran negara di mata warga negara. Era teknologi komunikasi dengan mewabahnya internet (world wide web) semakin melegitimasi bahwa dunia semakin sempit.

Orang bebas berinteraksi satu sama lain tanpa ada sekat. Tanpa dorongan yang kuat dari dalam dan kesadaran warga negara akan pentingnya nasionalisme maka lambat laun orang akan semakin individualistis tanpa ada keinginan untuk menjalin keterikatan satu sama lain.

Sejak adanya kebebasan media, berita-berita yang kebenarannya tidak dapat dibuktikanpun mudah sekali tersebar. Pada kasus corona ini dapat terlihat dari jumlah orang yang terjangkit, penyebab virus, korban-korban virus dapat diketahui oleh orang banyak dalam waktu singkat.

Jika seluruh elemen tinggi negara dan warga negara berfungsi dengan baik, kondisi ini mungkin dapat teratasi seperti negara-negara yang dapat berhasil mengatasi virus corona tersebut.

Kita tidak hanya harus mengandalkan pemerintah pusat saja dalam mengatasi virus tersebut, DPR harus juga menjalankan fungsi pengawasan, dan mendorong eksekutif bekerja lebih giat dalam melindungi segenap rakyat Indonesia. Pada saat yang sama juga, yudikatif harus bertindak tegas, terutama kepada mereka yang secara sengaja mengerdilkan nalar publik dengan membela ketidakbenaran secara terbuka.

Deviani
Deviani
Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.