Jumat, Mei 3, 2024

Child Free, Dulu Tabu, Kini Jadi Pilihan dan Dibicarakan

Zafira Fatimah Azzahra
Zafira Fatimah Azzahra
Seorang gemini yang saat ini sedang mendalami geografi pada bangku perkuliahan di salah satu Universitas Kota Malang. Selalu berusaha menghasilkan karya tulis ang dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi semua orang

Sebuah video singkat berdurasi dua menit empat puluh dua detik itu diposting oleh kanal Youtube Narasi Newsroom di bulan Agustus tahun 2021. Dengan judul yang sama, video tersebut berhasil menarik atensi dari berbagai macam masyarakat Indonesia. Istilah yang mulai muncul di akhir abad 20 ini dikenal sebagai pilihan bagi seorang pasangan untuk tidak memiliki anak dalam kehidupan pernikahan mereka.

Di Indonesia sendiri istilah child free mulai hangat diperbincangkan ketika seorang influencer bernama Gita Savitri Devi atau yang lebih dikenal dengan Gitasav memutuskan untuk Child free by choice. Berbagai macam polemik akhirnya bermunculan terkait pernyataan dalam sebuah video yang diunggah oleh Gitasav dan suaminya mengapa mereka memilih Child Free dalam kehidupan pernikahan mereka sebuah pilihan  yang dianggap tabu bagi mayoritas masyarakat Indonesia.

Saya sendiri sangat mengagumi seorang Gita Savitri dengan kemampuan berpikir kritis nya. Seseorang yang mampu menuangkan apa yang ada di dalam pikiran nya melalui lisan dan tulisan. Tentu nya, topik Child Free ini pun turut menarik perhatian saya pribadi sebagaimana masyarakat pada umumnya. Sejak ramai diperbincangkan, saya banyak mencari tahu mengenai apa sebenarnya yang mendasari munculnya istilah Child Free ini. Pada kesempatan ini saya akan mencoba untuk berbagi pendapat saya melalui berbagai macam sudut pandang  paradigma sosial yang ada pada masyarakat.

Sebuah perasaan takut dimana orang tua tidak dapat memberikan hak seorang anak secara benar menjadi alasan terbesar mengapa orang-orang memilih Child free. Sebagian yang lain beranggapan bahwa populasi manusia di bumi ini sudah terlalu banyak. Bagi kaum feminis mungkin mempunyai anggapan sendiri bahwa tubuh seorang wanita merupakan milik nya sendiri, tidak ada yang dapat memaksakan kehendak pada tubuh nya termasuk hamil dan melahirkan seorang anak.

Saya melihat Child Free ini merupakan sebuah gagasan yang siapapun dapat memilihnya dengan sukarela tanpa paksaan. Apabila dilihat melalui sudut pandang paradigma fakta sosial, Child free ini mungkin atau bahkan sudah ada pada sebagian orang sebelum mereka tahu adanya istilah Child free itu sendiri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan banyak anak banyak rezeki masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia. Akan tetapi, ada juga orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan yang ada pada pernikahan mereka bukanlah hanya terfokus pada memiliki seorang anak saja. Mereka merasa cukup untuk hidup berdua tanpa adanya kehadiran buah hati. Sebuah corak pemikiran yang sangat berbeda dengan konstruksi masyarakat Indonesia.

Saya bertanya-tanya, bagaimana seseorang yang tinggal di Indonesia yang kental akan budaya timur nya dapat memilih Child Free sebagai salah satu keputusan besar dalam hidupnya. Saya menemukan jawabannya ketika melihat persoalan ini melalui sudut pandang paradigm perilaku sosial. Saya memahami bahwa akan selalu  terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitar. Seperti Gitasav yang sudah lama menetap di Jerman, terdapat faktor lingkungan yang dapat memengaruhi pola berpikir seseorang akan sebuah culture di lingkungan setempat.

Sebuah efek yang mungkin tidak dapat dirasakan secara langsung, akan tetapi dengan meningkatnya intensitas seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan nya akan membentuk pola adaptasi baru. Banyak orang beranggapan bahwa Gitasav mengemukakan  pemikiran nya  mengenai Child Free disebuah unggahan video merupakan hal yang salah. Seorang influencer akan membawa sebuah dampak pada  orang-orang yang mendengarkan apa yang dikatakan oleh nya.

Saya memahami, bahwa seorang Gitasav tidak mungkin apabila membuat sebuah video mengenai Child Free secara asal hanya untuk menarik atensi masyarakat. Apabila kita melihat melalui sudut pandang paradigma definisi sosial, seorang Gitasav mampu menciptakan sebuah realitas sosial tersendiri. Gitasav telah memperhitungkan dampak dan respon apa yang tentunya dia dapatkan dengan mengunggah video tersebut.

Saya sendiri melihat bahwa Child Free merupakan pilihan bagi setiap pasangan yang ada dan semua berhak memilih. Child Free merupakan sebuah keputusan besar yang harus dengan benar dirembukkan antar 2 keluarga, karena hakikat nya pernikahan tidak hanya tentang penyatuan 2 orang manusia, namun 2 keluarga dengan latar belakang berbeda

Zafira Fatimah Azzahra
Zafira Fatimah Azzahra
Seorang gemini yang saat ini sedang mendalami geografi pada bangku perkuliahan di salah satu Universitas Kota Malang. Selalu berusaha menghasilkan karya tulis ang dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi semua orang
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.