Sabtu, April 27, 2024

Cak Imin dan Balihonya

Wahyu Eko Prasetyo
Wahyu Eko Prasetyo
Esais.Bermukim di Jember.

Di sebuah pagi yang gerimis, di sebuah warung kopi Bu Supinah, sekumpulan anak muda tiba-tiba menyeletuk “Cak Imin, mendeklarasikan diri jadi Cawapres”. Kemudian hujan pun turun deras.

Muhaimin Iskandar, lahir dan besar di kalangan bangsa Kiai. Bahkan, ia merupakan keponakan Alm. K.H Abdurrahman Wahid –Gus Dur. Sudah tak bisa di tawar lagi bahwasannya Cak Imin kental dengan aroma NU.

Nama Muhaimin melejit seiring dirinyaberseteru dengan Gus Dur dalam persoalan PKB. Cak Imin dkk, memenangkan perseteruan PKB di pengadilan. Banyak pihak bilang bahwa hal itu memang settingan Gus Dur. Tapi, tak sedikit pula yang bicara hal itu terjadi apa adanya.

Dalam beberapa hari ini, mata kita melihat baliho-baliho Cak Imin bertebaran mulai dari pinggir jalan, lampu merah dll. Cak Imin dengan pedenya mendeklarasikan diri sebagai calon wakil presiden 2019.

Saat melintas di jejalanan, mungkin Anda banyak menemukan baliho-baliho bergambar Cak Imin, pakai kopiah hitam, pakai jas hijau bertuliskan “Panglima Santri.

Cawapres Kita. Tak hanya gelar panglima santri, Cak Imin juga punya gelar “Panglima Tani”. Entah, pernah belajar di mana Cak Imin untuk urusan bertani. Bukan Muhaimin Iskandar jika tak membuat kita geleng-geleng kepala.

Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ini semakin banyak medeklarasikan diri sebagai Cawapres idaman. Belum lagi yang hari-hari ini Cak Imin dengungkan. Sebuah konsep Sudurisme. Konsep yang menggabungkan antara Soekarnoisme dan Gus Durisme.

Berdirinya Join (Jokowi-Muhaimin), Cinta (Cak Imin Untuk Indonesia) dan hal-hal yang serupa hanya sebuah jurus. Jurus jitu ala Cak Imin. Lagu lama, vokalis baru. Sebuah gerakan kampanye politik yang pernah di lakukan cak Imin sebelum-sebelumnya.

Lihatlah pada Rhoma Irama, yang pernah digendong kemana mana oleh PKB tapi toh di tinggal juga. Lihatlah pada Ahmad Dhani, yang mengalami nasib miris nun hampir sama dengan si raja dangdut. Plus Pak Mahfud MD, dalam pertarungan Pilpres 2014 juga pernah merasakan jurus mabuk ala Cak Imin.

Untuk urusan yang satu ini hanya Pak Mahfud yang bisa menjelaskannya. Toh, suka atau tidak, dengan menggandeng nama-nama di atas PKB di untungkan dalam urusan “perolehan suara”.

Ngebetnya Cak Imin menuju RI dua sangat realistis. Meskipun juga ironis. Dalam konteks etika politik, PKB yang berada di koalisi Jokowi tak memungkinkan untuk mendeklarasikan Cak Imin sebagai Capres.

Cak Imin menganggap bahwa hal itu tak etis. Ironisnya, jika Join (Jokowi Muhaimin) resmi di bentuk, kenapa PKB sampai detik ini belum berani deklarasi dukungan ke Jokowi. Ada apa denganmu Cak Imin?

Dalam dunia marketing, teori positioning merupakan teori yang paling penting untuk menegaskan bahwa sebuah produk memang layak untuk di beli, paling tidak untuk di hargai. Apa hubungannya teori ini dengan Cak Imin?

Nah, di situ masalahnya. Dalam dunia politik, banyak orang sepakat bahwa segala hal “halal” di lakukan demi memuluskan apa yang di inginkan. Pendek kata, dalam politik semua mungkin atau tak mungkin terjadi.

Bisa saja Cak Imin hanya mengukur kekuatan lawan-lawan politiknya. Bisa saja Cak Imin berpikir “dengan embel-embel nama Jokowi suara PKB akan kecipratan enaknya”. Dan seterusnya.

Bagi para pendukungnya Cak Imin bak seorang dewa yang kelak akan
menyelamatkan nasib anak dan cucu mereka. Bagi para elit politik, boleh saja mereka menganalisa manuver politik Cak Imin dengan kajian-kajian yang mendalam. Namun bagi orang biasa seperti saya, bisa juga Cak Imin hanya sebatas membuat sejarah. Ketua umum partai pertama dalam politik Indonesia yang gagah berani mendeklarasikan diri sebagai
Cawapres.

Spanduk, banner, baliho dan rentetan deklarasi – deklarasi Cak Imin merupakan bentuk kecil dari sebuah upaya. Cak Imin menegeskan bahwa ia ada meskipun ya… tak ada yang istimewa. Bisa jadi Cak Imin ingin seluruh rakyat Indonesia mengakuinya, bahwa dirinya memang benar kaya raya.

Terlepas dari segala tetek bengeknya itu. Cak Imin hanya manusia biasa. Ia putra bangsa yang bercita-cita mulia ingin berguna bagi bangsanya. Yang tak bisa di ganggu gugat, bahwa Cak Imin telah sukses memberi kita pelajaran bahasa asing yang lucu.

“Who is Muhaimin? Muhaimin Iskandar. Gitu aja kok repot!”

Wahyu Eko Prasetyo
Wahyu Eko Prasetyo
Esais.Bermukim di Jember.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.