Jumat, Maret 29, 2024

Budaya Bunuh Diri di Jepang

Astrid Regina
Astrid Regina
seorang mahasiswa

Sejarah Bunuh Diri di Jepang

Bunuh diri atau dalam bahasa Jepangnya yaitu jisatsu merupakan salah satu fenomena yang terjadi di Jepang. Fenomena bunuh diri di Jepang sudah ditemukan sejak zaman feudal, dimana kekuasaan ada pada kelompok samurai atau bushi, yang disebut seppuku. Seppuku, yaitu upacara bunuh diri di kalangan para ksatria (samurai). Seppuku dianggap cara mati secara terhormat, cara ksatria, dan bukan suatu hal yang hina. Bunuh diri ini dilakukan dengan cara menyobek perut sendiri (hara ‘perut’, dan ‘kiri’ dari kata ‘kiru’ memotong).

Dari sisi gender di negara Jepang, kebanyakan pelakunya adalah pria. Sebagian besar dari pelaku seppuku adalah pria, namun tidak jarang umumnya juga akan disusul oleh pihak Wanita, kalau mereka sudah berkeluarga.

Motif dan alasan terbesar dari pelaku bunuh diri di negara adalah kehilangan pekerjaan, usaha bangkrut, hutang piutang, gangguan kesehatan, masalah tekanan di lingkungan kerja, pergaulan dan masalah di lingkungan sekolah, dan ijime atau bullying. Khusus untuk ijime atau bullying umumnya menimpa di golongan pelajar atau anak-anak.

Ijime jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya tidak jauh dari “diganggu, diejek, di olok-olok atau diteror secara mental oleh orang lain”. Orang lain yang dimaksud dalam hal ini umumnya adalah teman sekolah atau teman sendiri, kakak kelas atau bahkan guru pembimbing.

Dari data yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan PBB, WHO, di tahun 2012 Jepang merupakan Negara ke-3 setelah Republik Korea dan Hungaria yang memiliki jumlah kasus bunuh diri terbesar di dunia. Jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan sebagai pelaku bunuh diri, dengan perbandingan 26,9 adalah laki-laki dan 10,1 adalah perempuan.

Bunuh diri di Jepang merupakan penyebab kematian terbesar kedua, untuk kelompok pemuda dengan rentang umur 15 sampai dengan 29 tahun, sementara pelaku bunuh diri terbanyak adalah kelompok lanjut usia di atas umur 70 tahun. Pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Mereka giat melakukan usaha untuk menurunkan jumlah kasus bunuh diri ini melalui berbagai program. Menurut data statistic Badan Kepolisian Nasional Jepang pada tahun 2014 terdapat penurunan kasus kematian karena bunuh diri menjadi sekitar 25,427 kasus.

Namun di Jepang memiliki tren bunuh diri, tren tersebut merupakan penyebab utama kasus kematian di Jepang. Data umur pelaku bunuh diri juga diketahui yang dari rentang umur 15 sampai 29 tahun, terjadi pergeseran dari jadi berusia 15 sampai 39 tahun, hingga di tahun-tahun terakhir bergeser terbanyak dilakukan oleh lansia.

Menurut data kepolisian Jepang, pada tahun 2008 motif tertinggi adalah alasan Kesehatan sebanyak 15.153 kasus, alasan ekonomi 7.404 kasus, masalah rumah tangga 3912 kasus, dan masalah pekerjaan 2412 kasus. Terutama terjadi pada masa selesai baburu Keizai, Krisi ekonomi sekitar tahun 1997-1998.

Krisis ekonomi dunia ini menyebabkan banyak pemuda yang tidak mendapatkan kesempatan kerja. Ketidakpastian finansial akibat status hanya sebagai pekerja part time atau kontrak, menyebabkan banyak di antara mereka yang mengalami depresi hingga melakukan bunuh diri agar terbebas dari problem hidupnya.

Namun dari data di atas diketahui bahwa faktor penyebab utama tindakan bunuh diri terbanyak karena alasan kesehatan, alasan ekonomi atau finansial, persoalan kehidupan sehari-hari, masalah rumah tangga, dan masalah di lingkungan kerja. Cara yang paling umum dilakukan untuk mengakhiri hidup yaitu dengan meminum pestisida. Namun ada juga cara yang melakukan bunuh diri yang cukup tragis dan membuat repot banyak pihak karena dianggap mengganggu umum, yaitu dengan cara menabrakkan diri ke kereta api yang sedang lewat, atau menerjunkan diri ke rel kereta.

Pengaruh Sistem Lingkungan Menurut Urie Bronfenbrenner

Teori ini dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-2005), ia adalah seorang psikologi dari Amerika. Teori ini menggambarkan tentang proses interaksi beberapa system lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan chronosystem. Pada awal Bronfenbrenner, menyebut teori dengan istilah teori ekologi.

Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada aspek individu dan lingkungan dalam menentukan penyebab orang melakukan usaha bunuh diri. Berdasarkan hal itu, maka peneliti akan menggunakan isitlah teori ekologi seperti yang diungkapkan Bronfrenbrenner dalam bukunya pada tahun 1979.

Definisi ekologi menurut Bronfenbrenner adalah perkembangan manusia melibatkan studi ilmiah tentang progresif, saling akomodasi antara manusia yang aktif dan tumbuh dan perubahan sifat dari pengaturan langsung di mana berkembang orang hidup, karena proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara pengaturan ini, dan oleh konteks yang lebih besar di mana pengaturan berada tertanam.

Kaitan Budaya Bunuh Diri Jepang dengan Sejarahnya menurut Teori Urie Bronfenbrenner

Bunuh diri atau dalam bahasa Jepangnya yaitu jisatsu merupakan salah satu fenomena yang terjadi di Jepang. Fenomena bunuh diri di Jepang sudah ditemukan sejak zaman feudal, dimana kekuasaan ada pada kelompok samurai atau bushi, yang disebut seppuku. Seppuku, yaitu upacara bunuh diri di kalangan para ksatria (samurai).

Seppuku dianggap cara mati secara terhormat, cara ksatria, dan bukan suatu hal yang hina. Bunuh diri ini dilakukan dengan cara menyobek perut sendiri (hara ‘perut’, dan ‘kiri’ dari kata ‘kiru’ memotong). Para ksatria yang gagal menjalankan tugasnya atau merasa malu karena sudah tidak dapat bekerja dengan baik akan melakukan seppuku ini untuk menebus kesalahannya.

Menurut Bronfenbrenner adalah perkembangan manusia melibatkan studi ilmiah tentang progresif, saling akomodasi antara manusia yang aktif dan tumbuh dan perubahan sifat dari pengaturan langsung di mana berkembang orang hidup.

Astrid Regina
Astrid Regina
seorang mahasiswa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.