Senin, Oktober 14, 2024

Buah Hati Ahok dan Kisah Hukuman Arjuna

Damar Senoaji
Damar Senoaji
Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya

Kabar baik datang dari keluarga Basuki Tjahaja Purnama atau yang kerap disapa Ahok. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang sekarang menjabat sebagai salah satu komisaris di Pertamina tersebut dikaruniai seorang anak laki-laki dari pernikahannya dengan Puput Nastiti Devi. Bayi laki-laki tersebut sekaligus menjadi putra keempat Basuki setelah sebelumnya sudah mempunyai tiga orang buah hati.

Putra Basuki yang baru saja lahir diberi nama Yosafat Abimanyu Purnama, yang menarik adalah pemberian nama ‘Abimanyu’ pada anak tersebut. Abimanyu sendiri adalah putra dari tokoh epik tenar India, Mahabharata, yakni Arjuna dengan salah satu istrinya, Subadra.

Dalam foto yang viral beredar di jejaring sosial, tampak hadir menjenguk, Djarot Saiful Hidayat yang menjadi tandem Basuki tatkala menjalankan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta periode tahun 2015 hingga 2017.

Ketika diwawancarai oleh liputan6.com, Djarot turut menjelaskan arti nama Abimanyu yang diberikan pada putra Basuki yang baru lahir, “Diberi nama Abimanyu. Itu anaknya Arjuna dengan Subadra.

Artinya, Abi itu berani. Maka diharapkan dia menjadi anak yang berani tapi tutur katanya santun, tenang dan membela kebenaran. Itu (arti) nama Abimanyu,” tutur Djarot.

Kisah cinta Arjuna dengan Subadra tidak berjalan mulus layaknya perjodohan antar keluarga bangsawan, Arjuna sendiri sebelum menikahi Subadra terlebih dahulu menjalani hukuman bertapa mengasingkan diri sebagai pertapa selama bertahun-tahun. Tradisi menyebutkan bahwa Arjuna mempunyai senjata busur panah sakti pemberian Dewa Agni yang bernama Busur Gandiwa.

Busur Gandiwa tersebut diletakkan Arjuna di kamar Drupadi, istri Arjuna dan keempat saudaranya yang lain. Mahabharata menceritakan bahwa Drupadi menjalankan pernikahan poliandri dengan lima Pandawa karena sebelumnya mematuhi dawuh Ibu Ratu Kunti (ibu para Pandawa), yang tidak sengaja memerintahkan kelima putranya untuk membagi rata Drupadi.

Untuk menjaga kesucian Drupadi, para Pandawa membuat kesepakatan bahwa selama satu tahun, hanya satu orang saja di antara mereka yang boleh masuk ke kamar Drupadi di Kerajaan Indraprastha (versi Jawa: Amarta). Jika ada yang melanggar, maka anggota Pandawa tersebut harus mengasingkan diri bertapa selama bertahun-tahun.

Pada suatu saat, ada versi yang mengatakan bahwa Arjuna mendapatkan laporan dari para pendeta bahwa perguruan mereka diserang oleh raksasa. Versi lain mengatakan bahwa sapi persembahan untuk upacara Rajasuya Indraprastha diganggu oleh Raja Ular, Taksaka. Di Indraprastha, hanya Arjuna yang mempunyai kemampuan untuk mengusir raksasa maupun siluman.

Arjuna terpaksa nekat masuk ke kamar Drupadi untuk mengambil Gandiwa. Padahal pada tahun tersebut, hanya Yudhistira yang mempunyai hak untuk masuk ke kamar Drupadi. Arjuna memasuki kamar permaisuri saat Yudistira dan Drupadi tengah berduaan bermain dadu.

Setelah mengusir raksasa, Arjuna kembali ke Indraprastha dan memohon maaf kepada kakaknya, Yudhistira, dan pada Drupadi. Yudhistira dan Drupadi memaafkan tindakan Arjuna, namun kedua pihak berkomitmen bahwa hukuman akan tetap dijalankan demi memberikan contoh bagi masyarakat.

Arjuna menjalani hukuman mengelilingi daratan India Kuno dan singgah di tempat-tempat suci untuk membersihkan jiwa, menyempurnakan hukuman sebagai perjalanan spiritual. Dalam perjalanan tersebut, Arjuna menikahi dua orang putri, yakni Ulupi dan Citrangada.

Di akhir masa hukumannya, Arjuna memutuskan untuk singgah di Dwaraka, yang menjadi kerajaan tempat sepupu dari pihak ibu sekaligus sahabat dari Arjuna, yakni Krisna.

Krisna menyarankan Arjuna untuk menikahi adik tirinya, Subadra. Subadra sendiri sudah dijodohkan dengan Duryudana, sepupu Arjuna dari pihak ayah. Krisna lebih menginginkan Subadra menikah dengan Arjuna.

Akhirnya dengan saran dari Krisna, Arjuna menculik Subadra dan kemudian menikahinya. Setelah menjalani hukuman dan berkelana melaksanakan perjalanan spiritual. dari pernikahan Arjuna dengan Subadra lahir seorang putra yang diberi nama Abhimanyu.

Basuki Tjahaja Purnama sendiri belum lama ini bebas dari tahanan setelah menjalani hukuman pidana akibat kasus penodaan agama yang menjeratnya pada tahun 2017 lalu. Karena statusnya sebagai narapidana berkekuatan hukum tetap, Basuki harus rela jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dicopot.

Ahok divonis dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara akibat ucapannya yang dinilai menyudutkan agama tertentu tempo hari dalam pidatonya di Kepulauan Seribu.

Kasus penodaan agama oleh Basuki sendiri sempat menyita perhatian publik untuk waktu yang cukup lama dan mengakibatkan polarisasi kuat pada situasi dan kondisi sosial di masyarakat.

Setelah menjalani masa-masa hidup yang berat dan balada perceraian, kini senyuman kembali terpapar di bibir pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur tersebut.

Setelah menyelesaikan masa hukumannya, Basuki menikahi Puput Nastiti Devi, dan pagi ini seorang putra lahir dari buah cinta keduanya. Pemberian nama ‘Abimanyu’ pada putra Basuki dan Puput menyiratkan bahwa Basuki menyamakan dirinya dengan Arjuna yang akhirnya memperoleh kebahagiaan dan kedamaian jiwa kembali setelah menjalani hukuman dan masa-masa sulit.

Basuki seperti menganggap bahwa selama mendekam di tahanan, ia juga mengalami pembersihan jiwa dan perenungan spiritual seperti yang dilakoni Arjuna dalam masa pengasingan ke tempat-tempat suci di India Kuno dan pada akhir masa hukumannya menikah dengan Putri Subadra dan mempunyai anak dengan nama Abimanyu.

Amat mungkin Basuki merasa bahwa nuraninya telah dibersihkan serta disucikan dan menyejajarkan hukuman yang dialaminya dengan perjalanan spiritual Arjuna yang juga dilakoni dalam rangka melaksanakan hukuman dari Yudhistira, kakaknya sendiri.

Perjalanan hidup memang sukar diduga, hari kemarin menyuapkan sepotong daging ke dalam mulut, hari ini menelan remahan biji-bijian. Sekali lagi, selamat kepada keluarga BTP atas kelahiran putra yang diharapkan dapat mengharumkan nama ayahnya seperti Abimanyu yang mengguncang padang Kurusetra dengan hempasan panah-panah yang melesat dengan diiringi doa dan harapan.

Damar Senoaji
Damar Senoaji
Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.