Seniman kesohor di tanah Inggris bernama Banksy sempat berkata begini. “Percaya pada takdir hanya untuk pecundang. Itu adalah cara bagi pecundang untuk mencari alasan untuk menunggu, alih-alih membuat inginnya menjadi nyata.” Meski terdengar kontroversial, ia benar. Berapa banyak manusia yang pasrah saat ditimpa musibah? Atau menyerah begitu saja di kala ada rintangan menghalanginya mencapai inginnya? Para pecundang, bisa anda temukan di mana saja.
Akan tetapi, yang jelas Bradley Lowery bukanlah seorang pecundang. Bayangkan di usia anda yang baru 18 bulan anda sudah harus bergulat melawan kanker neuroblastoma. Sebuah penyakit langka di mana paling memungkinkan terjadi pada bayi dan balita. Setiap tahunnya, ada 100 orang pengidap penyakit ini di Inggris. Serta penyebabnya masih tidak diketahui hingga saat ini begitupula pengobatan paling tepatnya harus bagaimana.
Bayangkan sejak kecil, anda sudah harus menikmati perihnya menyaksikan orang tua anda sendiri berusaha sangat keras menipu anda dengan senyum palsu di wajahnya. Bayangkan wajah dokter yang mendiagnosis anda, dan bualan-bualannya dengan berkata anda akan baik-baik saja. Bayangkan tetangga anda, lingkungan anda, dan wajah iba mereka saat melihat wajah anda. Bayangkan anda di usia muda sudah harus berurusan dengan itu semua.
Bradley memiliki alasan untuk menyerah pada hidupnya sendiri. Saya bahkan tidak bisa membayangkan apa yang saya lakukan jika saya berada di posisi Bradley. Tapi Bradley… ia tidak lakukan cara itu. Ia menunjukkan kualitasnya yang berbeda dengan yang lain.
Lalu apa yang dilakukan Bradley sehingga ia menginspirasi? Ia… ia menolak untuk dikasihani.
Mungkin ada momen di mana Bradley sendiri memikirkan ia hadir di kehidupan ini sebagai suatu kesalahan. Tapi ia adalah contoh nyata mengapa kita tidak harus menerima nasib kita begitu saja selama kita pikir masih ada yang bisa kita upayakan. Apakah Bradley, selama hidupnya, tahu bahwa kemungkinan besar ia takkan berumur panjang? Saya rasa, ia tahu soal ini.
Namun Bradley, saat ia muncul di kamera dan diliput oleh berbagai media Inggris, menunjukkan semangatnya untuk bertahan hidup. Semangatnya untuk menikmati hidup ini selagi sempat. Dan semangatnya untuk bisa membuat orang-orang Inggris sayang padanya.
Atas kualitas dirinya ini, BBC Sport menyematkan dirinya sebagai Personality of The Year. Juga para penggemar sepak bola di seluruh dunia mengirimkan ia 250 ribu kartu ucapan natal agar ia tetap menginspirasi. Sempat menjadi maskot dalam pertandingan Everton. Di Timnas Inggris.
Hingga tim kesayangannya, Sunderland. Bertemu pemain bintang di Premier League. Serta menjadi sahabat karib dari idolanya Jermain Defoe. Orang-orang juga suka berada di sekelilingnya. Mereka mendonasikan uangnya dalam kampanye Bradley’s Fight.
Bradley adalah wujud nyata bahwa dalam hidup usaha kita bisa berhasil, bisa pula gagal. Tapi bukan pada hasil menjadi poinnya. Karena mau sekecil apapun usaha kita, kita selalu temukan alasan untuk menyerah dan gagal. Hidup, lagipula, selalu berusaha menerjang kita. Anda kira di saat kita sudah jatuh hidup usai menerjang? Tidak, kawan… Hidup akan menerjang anda sehingga anda merasa sangat sakit seperti habis berkelahi dengan Brock Lesnar.
Tapi sebagai manusia, kita harus selalu mau mencoba. Karena seperti kata Buya Hamka, “jika hidup hanya sekedar hidup, kerbau juga bisa begitu.” Manusia selalu memiliki kapabilitas untuk melawan rasa ragunya sendiri. Menantang nasib (dalam artian, berani untuk berikhtiar sehingga pada akhirnya Tuhan memberikan apa yang kita inginkan). Karena dalam jiwa manusia selalu ada jiwa pertarung.
Itulah sebabnya mengapa manusia bisa sampai ke bulan. Menciptakan teknologi mutakhir. Hingga menemukan hal-hal yang menjadi tren tapi tidak penting seperti Fidget Spinner. Semuanya adalah hasil melawan keraguan. Keberanian melawan keraguan tidak selalu dibayar dengan kesuksesan. Bradley tahu itu. Tapi ia bertarung dan berjuang mendapatkan apa yang anda inginkan karena ia ingin berdamai dengan dirinya sendiri. Ia ingin berdamai dengan perandaian-perandaian atas hal-hal yang seharusnya ia lakukan tapi ia tidak lakukan. Ia ingin berdamai atas pikiran buruk yang mengganggu kepalanya.
Ia ingin menikmati hidupnya, tanpa keraguan. Dan sekarang ia menikmati itu. Ia tenang di surga, dan surga memang tempat untuk para pemenang. Beruntunglah ia.