Sepertinya istilah fresh graduate sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, fresh graduate merupakan istilah untuk seseorang yang baru selesai kuliah jenjang S1 atau diploma, meskipun hal ini sudah tidak asing lagi, tetapi menariknya seperti ada aturan tidak tertulis yang ditetapkan oleh setiap perusahaan untuk menetapkan batas waktu bagi seseorang masih diklasifikasikan sebagai fresh graduate.
Untuk disebut sebagai fresh graduate, dunia industri rata-rata menetapkan batas waktu 1-2 Tahun dari waktu awal menyelesaikan kuliah. Merujuk ke batas waktu yang biasanya ditetapkan industri sebagai fresh graduate. Masalahnya adalah di Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan krisis dalam sektor politik dan ekonomi yang berpengaruh pada kestabilan lapangan pekerjaan.
Sudah hal yang sangat lumrah bagi mahasiswa setelah lulus dari dunia kuliah, hampir pasti mengambil langkah untuk berusaha secepatnya masuk ke dunia kerja. Tetapi, apadaya jika iklim politik dan ekonomi yang berimbas ke dunia kerja di Indonesia saat ini sangat jauh dari kata kondusif. Mulai dari tagar Indonesia gelap, kabur aja dulu dan banyak sekali hingga rasanya sulit untuk hidup tenang dan mendapatkan kestabilan mental di Indonesia sejak rezim baru dimulai, selalu saja ada berita yang membuat kesal dan geram setiap harinya.
Sebelum berita korupsi seliweran di Tahun 2025, untuk mencari kerja bagi seorang fresh graduate relatif sudah sulit, imbas dari kondisi ekonomi yang sejak era Jokowi sudah diterpa berbagai krisis akibat COVID-19, perang Rusia Ukraina yang memengaruhi kondisi ekonomi secara global. Realitanya ditengah deflasi yang dialami oleh Indonesia akibat daya beli rendah ahir-ahir ini, berimbas pada kesulitan mencari kerja yang semakin bereksponensial.
Meskipun pernyataan Wapres Gibran yang membuat 19 Juta lapangan pekerjaan ketika kampanye, dan pernyataan Ketua DEN (Dewan Ekonomi Nasional) yang menganggap bahwa kondisi Indonesia baik-baik saja dan tidak ada masalah dalam lapangan pekerjaan di Indonesia.
Menariknya, beliau justru membandingkan dengan kondisi di Amerika Serikat yang sedang mengalami hal yang sama, yakni minumnya lapangan kerja. Sehingga hal ini dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar, bukan menjadi masalah. Lalu bagaimana nasib fresh graduate yang minim pengalaman kerja untuk mendapatkan pekerjaan pertama mereka ditengah kondisi saat ini?
Realita Indonesia Saat Ini
Per 18 Maret, IHSG yang anjlok sampai 6,58% ketika bursa saham negara-negara lain di Asia mengalami penguatan. Kemudian Rupiah yang per 25 Maret 2025 terjun ke Rp 16.618 dan menjadi terendah sejak krisis 98. Membuat setiap masyarakat yang tidak memiliki latar belakang ilmu ekonomi pun tau dan menyadari bahwa negara sedang ada dilanda permasalahan yang serius.
Permasalahan dimulai dari mayoritas SDM Indonesia yang kualitasnya hanya bisa disikapi dengan menggelengkan kepala, kualitas pelajar yang menjadi masa depan bangsa juga sepertinya sulit diharapkan lagi. Pendidikan berkorelasi langsung dengan kualitas SDM, tidak ada negara yang maju tanpa memprioritaskan pendidikan sebagai senjata utama dalam meningkatkan kualitas SDM.
Ironisnya di Indonesia saat ini masih banyak pelajar yang bisa dianggap tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai siswa SMP dan SMA. Dari banyaknya konten tentang pelajar, terlihat banyak sekali pelajar yang tidak memiliki wawasan umum atau kompetensi yang sebenarnya sudah selazimnya dimiliki pelajar, tetapi tidak dimiliki oleh pelajar Indonesia. Apalagi jika ditarik kepada tingkat literasi siswa di Indonesia yang sangat menyedihkan. Berkaca pada hasil PISA 2022, skor literasi Indonesia yang hanya mendapatkan 359 dan menjadi skor terendah untuk bidang literasi selama Indonesia mengikuti PISA.
Kondisi lain yang bisa direspons dengan gelengan kepala adalah terungkapnya banyak kasus korupsi dengan nominal yang luar biasa besarnya. Kemudian revisi UU TNI yang mengembalikan dwifungsi TNI, memicu gelombang penolakan dari berbagai pihak. Penolakan yang terjadi membuat iklim politik menjadi semakin tidak stabil dan akan berimbas pada kestabilan ekonomi. Entah apa yang dipikirkan pemerintah saat ini, karena jika bisa bertanya ke pejabat terkait pun rasanya percuma. Peluang rakyat sipil mendapatkan jawaban yang serius dan menjawab isu tersebut hanya 10%, 90% nya hanya jawaban ceplasceplos yang akan pejabat keluarkan.
Seluruh hal tersebut berimbas pada dunia ketenagakerjaan yang akhirnya menjadi masalah serius. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah masyarakat di Indonesia yang menganggur dari kategori lulusan universitas pada Tahun 2024 saja mencapai 842.378 orang.
Lulusan SMA juga tidak kalah mengerikan, jumlah pengangguran di tingkat ini memang lebih, yakni mencapai 2.293.359 orang pada Agustus 2024. Seluruh data ini menunjukan bahwa terjadi masalah yang serius dalam dunia kerja di Indonesia, banyak sekali sarjana yang kesulitan mendapatkan pekerjaan akibat dari tidak imbangnya antara lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah angkatan kerja. Hal ini mengakibatkan kompetisi yang sangat ketat sehingga melahirkan permasalahan lain seperti KKN.
Sudah bukan rahasia lagi rasanya bahwa untuk dapat bekerja di Indonesia akan sangat mudah jika memiliki orang dalam. Kondisi ini bukan kesalahan rakyat yang masih menganggur, hal ini disebabkan kondisi politik negara yang berefek pada kestabilan ekonomi.
Narasi #KABURAJADULU pun menjadi wajar ketika digaungkan oleh masyarakat Indonesia, banyak sekali yang sedang berusaha untuk “kabur” dari Indonesia akibat merasa tidak ada lagi harapan untuk bisa berkembang di tengah kondisi seperti ini dan menolak untuk pasrah. Seluruh kondisi ini membuat wajar, jika investor tidak percaya lagi menitipkan uangnya di Indonesia.
Apa yang Bisa Dilakukan Oleh Fresh Graduate di Kondisi Ini?
Menjadi fresh graduate di waktu sekarang ini, sepertinya memang menjadi kesalahan besar. Situasi politik dan negara yang sedang tidak sehat, berdampak pada semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan upah yang layak. Jika dipikir secara logis, ditengah kondisi krisis ini. Perusahaan mana yang akan merekrut tenaga kerja baru yang masih minim pengalaman kerja, karena ditengah kondisi kritis akan lebih kecil resikonya jika merekrut pegawai yang sudah berpengalaman.
Akibat kondisi ekonomi yang lesu ini, banyak sekali berita pegawai yang di PHK, layoff dan banyak ahli yang memprediksi akan terjadi gelombang PHK yang lebih besar imbas dari anjloknya IHSG. Bisa dibayangkan bagaimana nasib fresh graduate yang belum memiliki pengalaman dalam dunia profesional ini, hal yang paling mungkin bisa dilakukan sebagai fresh graduate di tengah kondisi ini adalah dengan hanya berfokus pada pengembangan diri. Kondisi yang mendekati kekacauan ini, langkah yang sangat realistis untuk dilakukan adalah dengan terus meningkatkan value diri, karena ini menjadi satu-satunya opsi yang bisa dilakukan.
Tidak ada pernyataan dari pejabat yang setidaknya dapat menjadi penenang bagi masyarakat ditengah situasi yang sedang tidak baik-baik ini. Sepertinya, tidak berharap terhadap bantuan pemerintah dan terus meningkatkan value diri dan tidak terjerumus dalam pasrah menjadi hal yang paling bijaksana.