Selasa, Oktober 8, 2024

Bentuk-Bentuk Kemalasan dan Materi Sebagai Kegilaan

khotib
khotib
Sebentuk catatan harian. Daripada endak nulis. Hehehe

Kemalasan itu unik. Identik dengan tidak ada gairah untuk bekerja dan hanya ingin bersantai-santai. Orang mengalami kemalasan dalam bentuk yang berbeda-beda. Bahkan, ada yang terperangkap. Saya menemui orang-orang yang bentuk kemalasannya bermacam-macam.

Menukil tulisan seorang dosen filsafat Universitas Presiden Cikarang, Reza A.A Wattimena, yang mengelompokkan setidaknya ada dua jenis kemalasan. Pertama, kemalasan yang tidak didukung moral. Adalah seorang yang sekadar malas tanpa tujuan, dan hanya  ingin bersantai-santai sepanjang hari. Kedua, kemalasan yang bermoral. Adalah orang yang malas mengerjakan sesuatu, tapi ia punya tujuan yang jelas.

Bagi kemalasan bentuk pertama, kemalasan yang dicerca moral itu, kita kerap menemuinya. Bahkan kita sendiri seringkali mengalaminya. Saya menemukan dua jenis orang yang mengidap kemalasan bentuk pertama. Yang secara garis besar orientasinya terbingkai oleh hal-hal yang tak jauh dari materialistik.

Ada orang yang memang malas bekerja. Ia tidak suka dan tidak mau bekerja. Bahkan mampu menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hidupnya dengan rutinitas yang santai-santai saja. Rutinitas datar-datar saja. Tanpa ada satu pekerjaan pun yang dilakukan sepanjang harinya bisa menghasilkan uang dan apalagi kreatifitas. Wajar kalau ia sulit kaya. Atau kalau ada pekerjaan pun, dia sudah cukup mentok disitu, asal bisa membiayai aktivitas santai-santainya itu.

Ada orang yang karena sangat senang menikmati kemalasan, tapi ia justru mampu bekerja lebih keras. Ia tidak suka bekerja, tapi mau bekerja. Orang jenis ini biasanya rela bekerja seharian suntuk, mengumpulkan uang, tujuannya agar bisa bersantai-santai saja di masa tua bersama keluarganya kelak. Ia bisa semangat melakukan pekerjaan apapun, dimanapun, dan kapanpun, asal bisa menghasilkan uang. Ia sungguh rela menunda kemalasannya hari ini agar bisa menikmati kemalasan yang lebih banyak di hari kemudian.

Dua jenis orang pengidap bentuk kemalasan pertama ini bertebar dimana-mana. Mengidamkan hidup penuh kenyamanan dan fasilitas. Orang-orang jenis ini bisa dianggap terperangkap kemalasan. Mereka sangat ingin memiliki kekayaan harta. Dan uang hanya dimaknai sebagai alat untuk memenuhi segala keinginan. Dibelanjakan hanya untuk fasilitas-fasilitas agar bisa mempermudah dan membuat hidupnya semakin nyaman. Tergantung pada gaya hidup masing-masing.

Alih-alih bawah sadarnya mendambakan kekayaan tanpa bekerja, alias bisa kaya dengan santai-santai saja. Atau minimal kerja enteng tapi uang banyak. Kebanyakan merupakan idaman hidup kaum urban. Berapa persen dari kaum pekerja di kota yang tidak senang saat hari libur tiba? Tentu sedikit. Re-kreasi tidak dimaksudkan untuk benar-benar berkreasi/berkarya kembali. Tapi, rekreasi diartikan hanya sebatas bersantai dan bermalas-malasan saja. Begitu hari libur tiba, mereka memenuhi tempat-tempat wisata.

Kemalasan yang tak bermoral ini terlanjur mengakar pada mental masyarakat kita. Itulah kenapa profesi PNS lebih banyak diminati. Gaji tetap, intensif, dan jaminan pension di masa tua.

Berbeda dengan orang yang mengalami kemalasan bentuk kedua. Kemalasan yang agak bermoral. Orang yang malas tapi menanam tujuan yang jelas dalam dirinya. Ia memang malas bekerja hanya untuk sementara, tapi banyak menghabiskan waktu untuk sungguh-sungguh memperjelas tujuan hidupnya. Merancang strategi seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapainya.

Orang jenis ini kebanyakan punya orientasi yang berbeda. Semacam ada nilai lain yang membuatnya mau untuk mengerjakan sesuatu. Ia tidak suka pekerjaan yang bertele-tele yang tidak menyentuh selain nilai yang ia yakini itu. Jika ia sudah memutuskan untuk mengerjakan sesuatu, ia akan penuh mencintai dan menikmati pekerjaannya itu.

Bahkan, pengidap kemalasan bentuk ketiga ini lebih mudah kaya. Justru karena mereka tidak semata-mata berorientasi uang. Kita bisa lihat Larry Page, Steve Jobs, Bill Gates, Mark Zuckeberg dan Jack Ma, dan yang lain-lain. Fokus dan orientasi utama mereka adalah kebermanfaatan bagi banyak orang.

Selalu haus dengan inovasi-inovasi. Mereka tidak tersandera hidupnya oleh fasilitas-fasilitas, tidak ngiler dengan kenyamanan-kenyamanan, tapi berupaya menciptakan fasilitas. Orang-orang seperti ini cenderung karib dengan spiritualitas dan pemaknaan hidup. Filosofi hidupnya juga menarik perhatian banyak orang.

Mereka mencari ide saat bermalas-malasan, lalu menyatakannya, mungkin gagal berulang kali, kemudian berhasil, lantas bermalas-malasan kembali untuk berburu ide yang baru lagi.

Memilih kemalasan yang manakah kita?

Tentu, tulisan ini tidak bermaksud memaksa Anda untuk menjadi orang seperti Larry Page atau Steve Jobs. Pun tidak dimaksudkan untuk berperilaku sama gilanya dengan mereka. Sebab, menjadi seperti mereka yang hebat karena memberi manfaat bagi banyak orang adalah hal yang amat berat. Justru kita menganggapnya tidak normal.

Tapi, saya coba membayangkan bagaimana seorang Steve Jobs jika dalam dunia ini dia tidak pernah mendirikan Apple. Atau tidak menemukan ide apapun, dan hanya berlaku sebagai Steve Jobs saja.

Ia sudah menjawab,”Hal favoritku dalam hidup tidak membutuhkan uang sama sekali. Sebab, sangat jelas sumber daya yang sangat berharga kita miliki adalah waktu,”. Sementara di lain waktu, ia menukas,”Fokuslah pada produk, jangan pada profit. Begitu produk Anda bagus, profit akan mengikuti,”

Jadi, mungkin, andai Jobs menjadi peternak, ia tetap akan punya gagasan baru di dunia peternakan. Andai Jobs seorang ahli hukum, ia tetap akan punya gagasan baru soal hukum yang sederhana namun efektif dan tidak ribet.

 

khotib
khotib
Sebentuk catatan harian. Daripada endak nulis. Hehehe
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.