Warga net dihebohkan dengan kemunculan Ustadzah dari kebangsaan stasiun Metro TV yang menayangkan syiar kemuliaan. Dalam tayangan itu, terlihat jelas kejanggalan pada ayat-ayat Al-Quran yang terpampang di layar. Terdapat kesalahan fatal dalam penulisan ayat Al-Quran.
Ustadzah Nani Handayani yang disebut-sebut sebagai kader senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tertangkap dua kali salah penulisan ayat al-Quran dalam layar Metro TV.
Kesalahan itu ditengarai bukan disengaja tapi diduga dia memang belum bisa menuliskan huruf arab secara benar. Kesalahan fatal itu saat penulisan ayat al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi “Laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah”.
Dalam tulisan itu tertulis secara tidak benar baik dalam persepektif tajwid maupun gramatika Arabnya. Begitu juga saat penulisan ayat al-Quran Surat Al-Ankabut ayat 45 yang berbunyi; Inna sholata tanha ‘anil fahsya wal munkar.
Selain pengetahuan asbabun nuzul, tajwid, makhroj, seorang diperlukan juga mengetahui ilmu tata bahasa Arab, seperti Ilmu Nahwu dan i’rob. Di mana tata bahasa Alquran sendiri khusus, ada Nahwul Quran dan I’robul Quran.
Karena Alquran adalah sumber dari tata bahasa Arab. Belum lagi balaghah (ilmu sastra Arab). Kaidah menulis Alquran, ilmu rosm. Manfaat Ilmu Nahwu itu sendiri yaitu agar mampu memahami bahasa arab dan struktur kalimahnya yang menjadi bahasa Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang keduanya adalah dasar tuntunan hidup umat islam. Salah dalam membaca suatu harokat dalam dalam bahasa arab dapat merubah arti dan maksudnya bahkan bisa bertentangan.
Memahami al-Quran tidak cukup dengan hanya mengandalkan terjemah. Terjemahan al-Quran yang ada merupakan hasil dari pemahaman bahasa arab pada al-Quran itu sendiri.
Tidak cukup memahami terjemahan lafadz per lafadznya saja tanpa menjelaskan maksudnya.
Nah maksud dari ayat al-Quran dibutuhkan penafsiran sedangkan penafsiran butuh pada ilmu yang berkaitan dengannya. Kita yang berbangsa ajami (non arab), membutuhkan penerjemahannya ke dalam bahasa masing-masing penduduk. Atau mempelajari ilmu bahasa arab untuk mempelajari kitab-kitab tafsir tersebut.
Namun masih dibutuhkan seorang guru yang benar-benar menguasai ilmu bahasa arab agar kita tidak salah paham dalam memaknainya. Dan seorang guru yang memiliki sanad (mata rantai) keilmuan yang bersambung sampai pada ulama pengarang kitab tafsir tersebut, agar tidak menyimpang dari pemahaman yang dimaksud oleh para ulama.
Ibnu Taimiyyah berkata, “seanadainya ilmu nahwunya jatuh (apalagi tdk mau mempelajarinya), maka akan jatuh juga pemahaman al-Quran dan pemahaman hadits, dan seandainya pemhaman alquran dan hadits jatuh, maka jatuhlah Islam “
Ditambah lagi, menurut Gus Nadzir, Nani juga salah dalam menjelaskan jama’ dan qashar. Hal itu diperlukan pemahaman mendalam, tentunya dengan membuka kembali kitab fiqh. Kini mulai marak ‘penceramah’ yang tampil di televisi (TV) lokal maupun nasional. Dan dalam peristiwa ini, entah dari pihak Metro TV atau Nani Handayani, harus memperhatikan, menguasai dan memahami materi-materi yang akan di sampaikan.
Pada zaman modern saat ini, manusia sudah bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan dari manapun dan dari siapapun. Apalagi informasi dan tekhnologi sudah ada di genggaman manusia.
Namun, untuk ilmu agama, umat Islam dianjurkan agar tidak sembarangan menjadikan seseorang atau alat apapun untuk dijadikan guru. Umat Islam jangan sembarangan belajar ilmu agama.
Belajar ilmu agama harus kepada orang atau guru yang ilmunya bisa bersambung kepada Rasulullah. Sehingga ilmu yang didapatkan kelak, bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Jika belajar ke internet, bagaimana ilmu itu dipertanggungjawabkan kepada Allah? maka belajarlah kepada guru yang sanad keilmuannya bersambung kepada Rasulullah sebagai penerima wahyu dari Allah.