Sebagai Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah I (Pulau Sumatera dan Jawa) Nusron Wahid seharusnya tidak terlalu ikut campur di satu tempat atau daerah untuk memenangkan Pilkada serentak tahun depan.
Karena selain di Jawa barat, ada beberapa daerah di wilayah Jawa-Bali yang menggelar pemilihan Gubernur. Ada apa dengan Pilgub Jabar hingga Nusron dengan gagah mengatakan masih membuka calon lain yang notabenya non-Kader Partai.
Padahal sebelumya Partai Golkar telah menutup Pintu untuk Ridwan Kamil, dan sepakat mengusung Dedi Mulyadi sebgai Calon Gubernur Jawa Barat. Apalagi sebelumnya, Pengusungan Dedi Mulyadi telah di sepakati oleh para Pengusus Partai di DPD Jawa Barat, DPD Kabupaten/Kota sampai dengan para pengurus kecamatan dan Desa/Kelurahan di Jawa Barat.
Jika merujuk aturan Formal, pengusungan Dedi Mulyadi telah sesuai dengan mekanisme partai jalur Prosedural. Pernyataan Nusron tersebut jelas melukai kader partai di daerah yang notabenya sudah sangt siap mengantarkan Dedi Mulyadi menuju kemenagan.
Sebagai Koordinator Pemenagan, harusnya Nusron mendengar aspirasi dari bawah bukan mengeluarkan pernyataan spontan dan sepihak. Sepertinya Nusron tidak mengetahui tentang Jawa Barat, dan tidak paham seperti apa Jawa Barat. Seperti yang dikatakan oleh Wakil Ketua Bidang Komunikasi DPD Partai Golkar Majalengka Endin Saepudin, Pilkada Jawa Barat harus di kembalikan kembali pada orang jawa barat, karena yang mengerti jawa barat adalah orang jawa barat sendiri.
Seharusnya Nusron membatu Pilkada Jabar, bukan untuk membuat celotehan membuat gaduh. Ketika Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat memasang target untuk memenangkan target kemenangan 14 daerah dari 16 yang digelar serentak dengan bersama-sama PDIP, maka target tersebut juga merupakan tanggung jawabnya sebagai coordinator pemenangan, bukan membuat kiacauan yang meleburkan.
Selain itu Nusron juga mengajukan nama lain selain Ridwan Kamil (kader Non-Partai) seperti Rahmat Effendi walikota bekasi, Neneng Hasanah Yasin Bupati Bekasi dan Daniel Mutaqqien Anggota DPR RI untuk mendampingi Ridwan Kamil sebagai wakil Gubernurnya.
Rahmat Effendi dengan tegas menolak tidak akan maju menjadi Wakil Gubernur karena sedang melakukan Penjajakan untuk maju kembali di Pilwakot Bekasi. Tetapi timya sudah sepakat dan solid untuk mendukung Dedi Mulyadi.
Begitu juga dengan Neneng Hasanah Yasin mengatakan hal yang sama. Ia focus pada pembangunan di Kabupaten bekasi yang notabenya baru saja terpilih menjadi Bupati untuk Periode kedua. Yang terakhir Daniel Mutaqqien. Daniel merupakan Putra Pantura asli. Bapaknya Yance, yang merupakan mantan Bupati Indramayu.
Dilihat dari elektabilitas Daniel tidak begitu dikenal secara umum, walaupun seorang angguta DPR RI Daniel masih cukup hijau. Ini Jawa Barat, Provinsi yang sangat luas di Indonesia. Dari nama-nama calon yang di ajukan Nusron tersebut, Nusron hanya memafaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi, alih-alih untuk memenangkan pilkada, yang ada jelas untuk membawa kemunduran dan kekalahan
Karena nama-nama yang di ajukan oleh Nusron dengan segala hormat saya katakan masih di bawah level bagi seorang Dedi Mulyadi, baik manajemen kepemimpinan maupun wawasan keilmuan serta pengalamannya. Berbeda sikap yang dikatakan oleh Nusron Wahid, Sekjen Partai Golkar Idrus Marham yang tidak akan terpengaruh oleh pernyataan siapapun.
Idrus dengan tegas mengatakan Partai Golkar adalah Partai yang mandiri dan berdiri diantara aspirasi. Partai Golkar di dalam menentukan calonnya itu melalui mekanisme tersendiri dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada. Bukan atas kehendak pribadi.