Minggu, November 3, 2024

Bahaya Toxic Parents Terhadap Perkembangan Anak

Elang Prasetya
Elang Prasetya
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia
- Advertisement -

Setiap anak lahir berhak lahir dalam keluarga yang lembut, penuh cinta dan kasih sayang. Akan tetapi, pada kenyataannya seringkali orang tua tanpa sadar terlalu protektif, sering menyalahkan, dan memaksakan ego mereka kepada anak sehingga menjadi kasar dan destruktif. Situasi demikian menyebabkan disfungsi keluarga, atau dikenal sebagai Toxic Parents.

Toxic Parents tidak hanya berlaku untuk orang tua yang melakukan kekerasan fisik atau verbal. Toxic Parents juga berlaku untuk orang tua yang melakukan kekerasan dengan kata kata atau nonverbal yang dapat merusak keadaan psikologis. Hal ini lebih berbahaya karena jenis toxic parents ini tidak terlihat, atau bahkan tanpa disadari sang orang tua. Toxic Parents juga sering kali disebabkan oleh orang tua yang otoriter.

Orang tua dengan keadaan toxic parents bisa saja terlihat normal. terlihat seperti kita, menyayangi, memenuhi kebutuhan dan mengingikan yang terbaik untuk anaknya. Akan tetapi, ada beberapa sikap dan perilaku dari orang tua yang menjadi  racun bagi anak.

Sikap dan perilaku yang menjadi racun tersebut sangat berdampak buruk untuk perkembangan hingga psikis sang anak. Anak pun akan mengalami kerusakan emosional dan mental ketika dewasa.

Tanda yang masuk dalam kategori Toxic Parents

1. Egois

Beberapa orang tua percaya bahwa perasaan mereka harus didahulukan selama masalah keluarga, sehingga perasaan orang tua menjadi salah satu tolak ukur dalam segala masalah. Orang tua yang memiliki sikap begini adalah orang tua yang memiliki cara berpikir kuno yang tidak akan mendapat hubungan positif dengan anaknya.  Meskipun orang tua selalu membuat keputusan akhir tentang segala hal, setiap anggota keluarga juga perlu dipertimbangkan perasaannya, termasuk anak-anak.

Sepertinya sepele, akan tetapi tindakan egois seperti ini akan membuat anak merasa terbebani. Mereka merasa harus bertanggung jawab atas perasaan orangtuanya.

2. Overprotektif dan Suka Mengontrol

Mengawasi dan menjaga anak memang sudah menjadi kewajiban orang tua. Namun, orang tua harus tetap menetapkan batasan untuk diri mereka, terutama jika anak sudah remaja. Anak remaja dengan orang tua yang terlalu mengatur dan mengawasi anak akan menimbulkan sifat terkekang, hal ini membuat anak sang akan selalu merasa tertekan dan tidak bebas, membuat sang anak tidak dapat berfikir kreatif karena tidak dapat mengeksplor masa remajanya.

3. Menuntut Berlebihan

- Advertisement -

Mengajarkan anak untuk disiplin juga salah satu kewajiban orang tua. Namun, beberapa orang tua seringkali tidak peduli dengan kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu. Sehingga anak akan merasa tertekan dan hilang rasa percaya diri.

Selain itu, beberapa orang tua juga sering mengungkit tentang besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anaknya. Hal tersebut sering dijadikan alat untuk menuntut sang anak agar mengikuti kemauannya. Sering kali hal tersebut terjadi ketika anak ingin menentukan jalan hidupnya sendiri.

Sebagai anak kita tentu mengerti berapa banyak hal yang sudah dikorbankan orang tua untuk masa depan anak yang indah. Akan tetapi, anak juga berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Jangan memaksa anak untuk mewujudkan mimpi orang tua yang belum tercapai.

4. Suka Memarahi dan Kurang Menghargai

Orang tua sering kali memarahi anak menggunakan fisik atau dengan membentak untuk menerapkan rasa disiplin pada anak. Padahal dengan sikap tersebut tidak bisa memberi rasa keamanan dan kenyamanan untuk sang anak dan juga kekerasan bukan tindakan yang bijak untuk mendidik anak-anak. Dengan dimarahi dan dibentak karena perbuatannya anak sering kali merasa tidak dihargai dan merasa terbatas dalam mengeksplor dunianya.

5. Bercanda yang Berlebihan

Tanpa disadari orang tua sering bercanda dengan sang anak dihadapan teman, ataupun saudaranya. Meskipun lelucon ringan tentang warna kulit, bentuk tubuh atau berat badan, hal ini bisa membuat mereka sedih dan sakit hati. Dampak langsung dari perilaku ini adalah anak bisa menjadi tidak percaya diri dengan dir mereka.

Dampak Negatif dari Toxic Parents

Toxic Parents dapat memberikan dampak negatif yang sangat besar untuk anak-anak. Anak-anak dapat terdampak secara mental. Anak tipe penurut biasanya akan berusaha keras untuk membahagiakan orangtuanya dengan cara menekan segala hal yang mereka inginkan. Akan tetapi, anak tipe pemberontak akan menjadi pembangkang untuk orangtuanya.

Kedua dampak tersebut bukanlah suatu hal yang baik. Toxic parents berdampak pada mental psikologis sang anak. Anak-Anak bisa menderita sakit mental atau bahkan fisik. Mereka dapat mengalami stres berkepanjangan. Efek paling buruknya adalah mereka tidak dapat mengatur emosi dan bisa menjadi pendedam, terutama untuk anak-anak mereka nanti.

Elang Prasetya
Elang Prasetya
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.