Sabtu, April 27, 2024

Asian Games dan Keberlanjutan Infrastruktur di Indonesia

Yovi Arista
Yovi Arista
Alumnus Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro. Saat ini bekerja bersama organisasi masyarakat sipil. Tertarik membahas isu sosial, politik dan pemerintahan.

Perhelatan Asian Games ke-18 yang diadakan di Jakarta dan Palembang telah usai digelar. Ajang olahraga terbesar kedua di dunia yang diikuti 45 negara di kawasan Asia ini sukses memukau banyak orang di dalam pun di luar negeri.

Mulai dari pembukaan yang spektakuler, rangkaian pertandingan olahraga atraktif, acara pendukung yang menarik, hingga penutupan yang juga berhasil memberi kesan pada banyak orang. Dalam klasemen perolehan medali, Indonesia juga berhasil meneguhkan kemampuannya dalam peringkat 4 besar.

Riuh kesuksesan tidak hanya tentang keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games, tetapi juga dalam geliatnya mengukir prestasi di dalam Asian Games 2018. Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 dianggap menjadi satu tolok ukur bagi Indonesia untuk bisa menyelenggarakan ajang olahraga dunia yang lebih besar, seperti Olimpiade.

Kita dapat melihat kesuksesan Asian Games 2018 yang tidak terlepas dari segala persiapan yang dilakukan mulai dari sumber daya manusia hingga kesiapan sarana infrastruktur. Artikel ini akan sedikit fokus menyoroti keterkaitan Asian Games sebagai ajang yang memiliki pengaruh besar tidak hanya pada urusan olahraga, tetapi juga terhadap kemajuan pembangunan, sekaligus menjadi tantangan mencakupi keberlanjutan infrastruktur di Indonesia.

Sebelumnya, Jakarta dan Palembang menggenjot pembangunan dan pembenahan sejumlah infrastruktur olahraga, transportasi dan sejumlah infrastruktur pendukung lainnya. Belum lagi biaya-biaya untuk mendukung situasi penyelenggaraan yang aman dan nyaman. Anggaran yang dikucurkan pun sangatlah besar, kurang lebih 10 triliun khusus untuk pembangunan dan perbaikan venue olahraga dan infrastruktur di Palembang dan Jakarta. Hasilnya

Dampak Besar 

Menilik waktu ke belakang, bagi Indonesia ini adalah kali kedua untuk menjadi tuan rumah pelaksana Asian Games. Pertama kali, di tahun 1962, Indonesia menjadi menjadi tuan rumah pelaksana Asian Games ke-4. Penyelenggaraan Asian Games di Indonesia memiliki dampak yang strategis dalam aspek ekonomi maupun pembangunan jangka panjang.

Sebagai contoh, pada saat penyelenggaraan Asian Games 1962, berbagai infrastruktur untuk menunjang pelaksanaan Asian Games dibangun di Jakarta. Beberapa masih bisa kita rasakan manfaatnya hingga pelaksanaan Asian Games 2018, di antaranya Kompleks Gelora Bung Karno, Monumen Nasional, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi dan Tugu Selamat Datang.

Pada persiapan Asian Games 2018, Kompleks Gelora Bung Karno direnovasi total. Ditambah dengan pembangunan pada beberapa venue lain di DKI Jakarta, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Semuanya dilakukan agar venue olahraga yang digunakan dapat memenuhi standar internasional.

Sementara untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games, sarana pendukung seperti transportasi (Light Rail Transit (LRT) di Jakarta dan Palembang, serta Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta) juga Wisma Atlet juga diggenjot pembangunannya di Jakarta dan Palembang. Meskipun masing-masing memiliki banyak catatan kritis dari hambatan pada tahap penyelesaian dan pengoperasionalannya dalam upaya mendukung penyelenggaraan Asian Games 2018.

Dalam aspek ekonomi, penyelenggaraan Asian Games 2018 berdampak baik bagi pariwisata Indonesia, sekaligus menjadi medium yang strategis untuk mempromosikan potensi-potensi lokal ke dalam sudut pandang internasional. Dengan anggaran yang terbilang besar, penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang semestinya juga berdampak besar pada aspek perekonomian negara ke depan.

Yang juga perlu menjadi catatan kritis adalah modal-modal ekonomi yang sudah diinvestasikan melalui penyelenggaraan Asian Games 2018 harus bisa mendorong pengelolaan modal-modal sosial yang lebih strategis untuk mendukung pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan dan responsif terhadap persoalan-persoalan nasional.

Menghadapi Dinamika Politik

Praktik baik penyelenggaraan Asian Games rasanya jauh dari bayang-bayang praktik buruk penyelenggaran ajang Piala Dunia di berbagai negara, seperti Yunani dan Brasil yang gagal merawat stadion-stadion besar yang menjadi venue peninggalan Piala Dunia. Namun bukan tidak mungkin, hal yang sama juga terjadi di Indonesia apabila tidak dilakukan pengelolaan dan infrastruktur yang baik.

Beragam upaya renovasi dan revitalisasi infrastruktur olahraga juga semestinya dapat meningkatkan prestasi-prestasi atlet Indonesia. Sehingga harusnya sudah menjadi tanggung jawab bagi pemerintah di tingkat pusat-daerah bersama organisasi pengelola olaharaga untuk dapat mendukung aktivitas dan keberlanjutan prestasi olahraga lokal-nasional, secara konkret dalam aspek kebijakan maupun penganggaran dari pemerintah.

Kecenderungan patronase dalam budaya birokrasi yang dinamis juga sangat penting untuk diperhatikan. Termasuk dalam pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur pasca Asian Games 2018 dalam ranah yang lebih politis. Harapannya, tentu agar infrastruktur yang disiapkan untuk Asian Games 2018 tidak menjadi venue musiman dan dapat digunakan dalam jangka panjang dan secara berkelanjutan.

Sistem Kontrol 

Suksesnya penyelenggaraan Asian Games 2018, bukan berarti tidak memiliki catatan kritis atau hambatan yang dihadapi, termasuk menyoal kesiapan infrastruktur dan pengoperasionalannya, seperti melesetnya target penyelesaian MRT dan LRT di Jakarta.

Publik dalam mekanisme yang demokratis juga punya peran strategis dalam hal keberlanjutan infrastruktur. Beragam kritik pada penyelenggaraan Asian Games 2018 dalam berbagai aspek juga penting untuk menjadi bahan evaluasi dan intrumen kontrol bagi INASGOC sebagai panitia penyelenggara, Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan Sumatera Selatan, serta pemerintah pusat sebagai tuan rumah penyelenggara Asian Games 2018.

Pada sisi yang lain, publik juga memiliki tanggung jawab pada tahap pemeliharaan infrastruktur yang dibuat untuk penyelenggaraan Asian Games 2018. Rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan infrastruktur dalam jangka panjang harus dimulai dari persoalan yang paling sepele, misalnya dengan tidak merusak atau membuang sampah pada tempatnya.

Dengan demikian, keberlanjutan infrastruktur dalam jangka panjang sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab dan kepentingan bersama. Tidak hanya bagi unsur negara, namun juga publik. Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 juga buksn hanya menjadi tolok ukur bagi Indonesia untuk mempertanggung jawabkan kredibilitas Indonesia sebagai bangsa yang maju. Namun juga menjadi tanggung jawab terkait pengelolaan dampak ekonomi yang didapat untuk pemanfaatan yang strategis.

Yovi Arista
Yovi Arista
Alumnus Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro. Saat ini bekerja bersama organisasi masyarakat sipil. Tertarik membahas isu sosial, politik dan pemerintahan.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.