Sabtu, April 27, 2024

Arab Dulu, Kini, dan Indonesia Sekarang

Fitrah
Fitrah
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang.

Zaman dahulu kala, khususnya pada zaman Nabi Muhammad, kondisi alam arabia gersang dan tandus karena terdiri dari padang pasir dan bebatuan. Air merupakan kebutuhan primer yang sulit di peroleh secara melimpah seperti sekarang. Oleh karena itu, khususnya di Mekah, pertanian tidak mungkin berkembang. Salah satu mata pencaharian yang mungkin pada saat itu adalah beternak dan berdagang.

Kala itu, para bangsawan kota Mekah dikenal sebagai para pedagang handal dan mereka sering berkunjung ke kota-kota sekitarnya, seperti kota Syam, Yaman, dan Yerusalem untuk melakukan transaksi perdangan dan sekaligus untuk memperluas jaringan lalu lintas perdagangan. Karena kota mekkah berada di jalur perdangan dan tempat singgah para pedagang dari kota-kota di sekitarnya, membuat Mekah mengalami perkembangan yang pesat.

Walaupun kota Mekah berkembang karena banyaknya para bangsawan yang berdagang, tapi kondisi masyarakatnya saat itu lemah dan tidak berdaya. Karena penindasan dan pemerasan yang di lakukan oleh para bangsawan untuk memperluas jaringan perdagangan dan meraup keuntungan sebesar-sebesarnya tanpa mempehatikan etika dan norma bisnis sehingga menghalalkan segala cara dalam melakukan transaksi.

Hal inilah yang melatarbelakangi konsep riba/bunga dalam masyarakat Yahudi di pergunakan sebagaian bangsawan dan pemilik modal untuk menindas masyarakat saat itu, sementara mereka memperlakukan pihak-pihak yang berhutang secara eksploitatif dan kejam.

Sehingga, dimasa awal perkembangan Islam, masyarakat masih terkesan bahwa perdagangan diidentikan dengan riba, karena batas antara perdangan dan riba sudah tidak dapat di bedakan, sehingga Alquran menegaskan, “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Memang saat itu kota Mekah menjadi kota yang berkembang karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Masyarakat arab jahiliyah memiliki sifa positif dan kelebihan seperti sifat pemberani, berdagang, dermawan sederhana.

Tapi sifat sifat positif itu semua sirna karena tidak mampu mempertahankan sikap, perilaku yang beradab pada saat itu. Disebabkan karena masyarakat Arab jahiliyah mayoritas melakukan kejahatan, kemusryikan dan fanatisme antar suku-suku dan menghalalkan segala cara dalam menjalani hidup sehingga sering terjadi konflik antar sesama yang berkepanjangan.

Bangsa Arab jahiliyah percaya dan mewarisi mitos mitos (takhayul dan khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan watsaniyah (paganisme). Mereka percaya pada dewa dewa, hantu, roh jahat, azimat, dll. Di mana hal ini, sering di sinyalir oleh Alqur’an sebagai kemusryikan yang amat di pandang dalam islam. Mayoritas bangsa Arab menyembah berhala berhala, dan mereka juga menyembah matahari, bintang dan pepohonan yang di anggap keramat/memiliki kekuatan magis.

Karena keadaan masyarakar Arab jahiliyah yang kafir, musryik, dan menyembah berhala berhala di sekitar Ka’bah itu membuat Nabi Muhammad dihantui rasa sedih dan gelisah sehingga mencari jawaban yang tepat untuk mengeluarkan masyarakat Arab Mekah dari kejahiliyah-an, maka beliau sering menyendiri, merenung di Gua Hira beberapa waktu lamanya. Di Gua Hira itulah Nabi mendapatkan jawaban dari Allah melalui perantara Jibril dengan turunnya wahyu pertama Surah Al-Alaq ayat 1-5.

Dakwah Nabi Muhammad yang pertama kali kepada masyarakat Qurais di Mekah adalah menanamkan tentang tauhid. Karena dengan penanaman tauhid yang mendasar dan benar maka pasti akan membawa perubahan dalam menjalani kehidupan dari bidang ekonomi, sosial, budaya, dll.

Penanaman tauhid tidak hanya sebatas pada mengenalkan Allah yang maha esa (tauhid) tapi ketika seseorang sudah beriman kepada Allah swt, sikap ketauhidan atau keimanan tersebut dapat dipraktikan dan diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari sebagai landasan perjaungan untuk membela dan memperjangkan agama Allah swt.

Penanaman ketauhidan ini awalnya untuk menghapuskan dan memisahkan kebiasaan masyarakat Arab yang kafir, musryik dan menyembah berhala. Dengan penanaman ketauhidan itu telah membebaskan ke arah yang jalan benar dan akidah yang murni.

Nabi Muhammad dengan waktu sangat singkat dapat melakukan revolusi atau pembebasan kepada masyarakat Arab jahiliyah sehingga masyarakat arab menjadi masyarakat yang beradab, berbudaya, toleransi tinggi, menghargai keberagaman, bahkan kaya akan spiritual dan harta benda. Seperti yang bisa kita lihat dan kunjungi saat ini, yaitu kota Mekah dan Madinah.

Bagaimana Indonesia

Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Tapi kendala utama di umur kita adalah kualitas sumber daya manusianya. Banyak umat Islam yang masih fakir miskin, pencuri, pencopet dan korupsi, dll. Hampir sifat-sifat buruk tersebut semuanya di rasakan oleh umat Islam sendiri.

Saat ini umat Islam mengabaikan posisi agama dalam menjalani kehidupan. Padahal agama merupakan landasan sebagai petunjuk, pedoman, semangat dan cita cita dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara sesuai contoh yg di lakukan oleh Nabi Muhammad pada zamannya.

Umat Islam sebagai masyarakat mayoritas di Indonesia harus menjadi garda terdepan dalam menata, membangun hidup bermasyarakat dan bernegara agar supaya kita bisa mewujudkan negara Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera sesuai cita-cita negara kita Indonesia.

Umat Islam harus menjalin persatuan dan persaudaraan, saling gotong-royong, tolong menolong dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bahkan kondisi umat Islam Indonesia saat ini, masih terlibat konflik internal antar kelompok, saling mencaci maki, merendahkan antar sesama umat manusia. Tenaga dan akal pikiran kita dihabiskan dengan urusan politik kepentingan, sedangkan urusan ekonomi kita terbengkalai.

Kalau melihat realitas umat Islam Indonesia hari ini, betul apa yang di katakan oleh Buya Syafi’i Ma’arif mantan ketua umum PP Muhammadiyah. Buya mengatakan bahwa mayoritas umat Islam Indonesia unggul dari segi kuantitas tapi minim segi kualitas sehingga umat Islam Indonesia menjadi beban sejarah bagi negara indonesia.

Untuk itu, menurut saya, sudah saatnya umat Islam bersatu bahu-membahu menjalin persaudaraan (ukhwah islamiyah) dan menyedekahkan sebagian harta antar sesama agar mencapai negara Indonesia yang sejahtera dan maju.

Tidak ada kemajuan tanpa adanya persatuan dan persaudaran. Wujudkan sinergi demi Indonesia yang berkemajuan.

Fitrah
Fitrah
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.