Setelah keluarnya rekomendasi dari Partai Golkar pada bulan Oktober lalu, kita masih sangat ingat pernyataan Ridwan Kamil yang ingin menjadi bagian dari keluarga besar partai yang berlogo pohon beringin tersebut.
“Saya akan ta’aruf memahami bagaimana partai ini, juga tidak menutup kemungkinan saya berlabuh (di Golkar)” kata Ridwan Kamil kepada media sewaktu menerima rekomendasi dari Golkar
Sinyal Ridwan Kamil yang ingin menjadi keluarga besar Golkar (kader) ditanggapi oleh Ketua Bidang Pemenangan DPP Partai Golkar, Yahya Zaini. Menurut Yahya Zaini, akan ada proses sebelum pendaftaran karena Ridwan Kamil secara ekspresif mau menjadi kader Partai Golkar tanpa diminta (Kompas 10/11).
Selain menjadi kader Golkar, Ridwan Kamil juga menginginkan Daniel Muttaqien untuk menjadi Wakil Gubernurnya pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat tahun 2018.
Sebelum turunnya rekomendasi, pada saat kunjungan ke Indramayu, Ridwan Kamil mengungkapkan kalau dirinya menginginkan duet antara Priangan dan Pantura. Karena kalau itu terjadi, kemungkinan untuk memenangkan pilgub Jabar semakin terbuka lebar. Apalagi, menurutnya, kalau pemilihan di wilayah pantura tidak terlalu besar.
Sinyal dan keinginan Ridwan Kamil akhirnya terdeteksi oleh DPP Partai Golkar. Setya Novanto selaku ketua umum mengusungnya untuk menjadi gubernur dan wakil Gubernur Jawa Barat dari Partai Golkar.
Ada dua intruksi penting yang diperintahkan oleh Setya Novanto kepada Ridwan Kamil. Selain menjadikan pilihan utama menjadi wakil gubernur Jawa Barat diantara calon wakil gubernur (Cawagub) lain diantara Koalisi Partai, seperti PPP dan PKB karena NasDem tidak menyodorkan Cawagub untuk segera melakukan kunjungan ke DPD Golkar Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten/kota.
Dan Ridwan Kamil juga menyanggupi apa yang telah di perintahkan oleh Setya Novanto selaku ketua Umum DPP Partai Golkar. Seiring berjalannya waktu, Ridwan Kamil tidak menepati Janjinya selain menjadi kader Golkar, juga menjadikan Daniel sebagai Cawagub serta berkunjung dan silaturahmi dengan pengurus Golkar di DPD I maupun di DPD II.
Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat yang juga Ketua Bapilu Jawa Barat MQ Iswara yang memberikan ultimatum sampai dengan tanggal 25 November lalu untuk menentukan langkah dan menyatakan sikap untuk segera menetapkan Daniel Muttaqien menjadi wakilnya. Sayangnya, itu semua diabaikan RK. Ultimatum Iswara dianggap angin lalu.
Sampai akhirnya, Iswara mendatangi rumahnya di Jalan Dalem Kaum Kota Bandung dan memberikan teguran serta memberikan surat untuk segera menentukan sikap. Dengan alasan sibuk Ridwan Kamil hanya menjawab, “Beliau menitipkan surat, tapi suratnya belum saya baca” (Kompas 24/11).
Malu Didukung Golkar?
Dengan ditetapkannya kembali Setya Novanto menjadi tersangka oleh KPK karena kasus E-ktp, Ridwan Kamil semakin menjauh dari Partai Golkar sebagai pengusungnya. Selain tidak ada niat baik membangun komunikasi yang lebih intensif, dia juga membredel semua artibut kampanye yang dipasang Partai Golkar.
Reaksi ini memicu kemarahan bagi para kader Golkar di Jawa Barat. Karena tidak patuh dan tidak menghargai Partai Golkar, sebgai partai yang mengusungnya. Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Jawa Barat Sukim Nur Arif kepada media beberapa waktu lalu mengatakan “Saya kira itu tidak pantas ya, cermin tidak menghormati fatsun. Padahal kan jelas, dia sudah diusung oleh Partai Golkar untuk maju dalam Pilgub Jawa Barat!”. Dengan apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, secara langsung dia telah mengingkari janjinya sendiri.
Ingkar Janji Pada PKB dan PPP
Sebelum mengucapkan janji kepada Partai Golkar, ternyata Ridwan Kamil melakukan hal demikian terhadap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kalau Ridwan Kamil siap berpasangan (dalam hal ini Cawagub) dengan kader Partai tersebut.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar memberikan nama-nama seperti yakni Anggota Komisi VII DPR RI Maman Imanulhaq, Ketua DPW PKB Jawa Barat Syaiful Huda, untuk menjadi calon pendampingnya. Begitu juga dengan PPP. Partai tersebut telah menetapkan Ridwan Kamil berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum yang juga Bupati Tasikmalaya tesebut dalam Rekomendasinya yang dikeluarkan secara berbarengan.
Apalagi, elektabilitas Uu Ruzhanul lebih baik dengan elektabilitas Cawagub lainnya yang disodorkan oleh Partai Golkar, maupun PKB. Apalagi, Ridwan Kamil menginginkan pendampingnya memiliki elektabilitas yang baik.
Dengan gonjang-ganjingnya rebutan porsi cawagub diantara partai koalisi, memang kalau kita cermati dari awal merupakan cara Ridwan Kamil main comot dan main klaim secara sepihak, dan apa yang telah dia panen hari ini merupakan benih yang telah ia tabur sebelumnya.
Apakah PDI-Perjuangan juga akan menyodorkan calon Wakil untuk Ridwan Kamil? PDIP adalah partai besar yang jauh lebih memahami dengan dinamika yang terjadi di tubuh koalisi tersebut. Partai pemenang pemilu tahun lalu ini tentunya lebih matang dalam menentukan pilihannya.
Main klaim, sikap ingkar, dan main comot secara sepihak merupakan perbuatan yang sangat tidak beretika. Pada partai-partai pengusungnya saja Ridwan Kamil sudah mengingkari, maka sangatlah dimungkinkan jika masyarakat akan diperlakukan sama.
Dengan tulisan ini, semoga bisa membantu bagi mereka yang mengagumi Ridwan Kamil dengan cara memandang lewat kacamata kuda. Bagi masyarakat, bersikap dewasalah! Pandanglah dengan nurani saat akan memilih para pemimpinnya, siapapun dia. Jangan percaya kemasan, karena itu kerap menyesatkan.