Sabtu, April 27, 2024

Apakah ‘ini’ dosa asal?

Sardjito Ibnuqoyyim
Sardjito Ibnuqoyyim
Penulis Misantropis

Dosa asal merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh para teolog Kristen dalam menjelaskan dosa pertama yang dilakukan oleh manusia. Dosa pertama tersebut diawali ketika nabi Adam melanggar perjanjiannya dengan tuhan, yaitu menjauhi pohon terlarang.

Akibatnya, menurut versi Kristen, setiap manusia yang hidup setelah nabi Adam belum suci dan menanggung dosa yang telah dilakukan oleh manusia pertama itu. Berbeda dengan Yahudi, kaum Yahudi kekinian lebih mentoleransi kejadian tersebut. Alasannya tidak ada kaitannya antara apa yang dilakukan oleh nabi Adam dengan manusia saat ini. Begitu juga yang terjadi di dalam agama Islam, Islam mengajarkan semua tergantung dari manusia dalam bertindak dan memilih takdirnya.

Yang menarik dari dosa asal yaitu kesalahan yang diperbuat oleh Nabi Adam. Beliau terkena bisikan setan dan oleh karena itu, dia mendekati pohon terlarang itu dan bahkan, memakan buahnya. Jadi ada dua hal yang penting dari kejadian tersebut, perjanjian dan bisikan setan.

Perjanjian dapat diartikan sebagai sebuah peraturan karena ada dua pihak yang saling menyepakati. Dalam era modern saat ini, kita bisa melihat berbagai macam peraturan yang telah kita sepakati seperti demokrasi, monarki, maupun sosialisme. Kesepakatan-kesepakatan yang kita buat itu bertujuan untuk membawa kebaikan terhadap kemanusiaan terutama peraturan yang dibuat oleh setiap agama.

Bisikan setan justru lebih menarik perhatian. Bisikan setan ini sudah terjadi pada saat masa awal kemanusiaan, yaitu masa nabi adam. Bisikan setan mungkin lebih tepatnya disebut sebagai “cara melanggar peraturan”. Namun, bukan hanya melanggar saja tapi bisa mendapat banyak keuntungan seperti korupsi, mencuri, berbohong, dan sebagainya.

Dosa asal yang dilakukan manusia pertama (Kejadian 3:1-6) mengakibatkan manusia kehilangan:

  • Rahmat kekudusan
  • Empat berkat preternatural, yang terdiri dari:
  • Keabadian (immortality)
  • Tidak adanya penderitaan
  • Pengetahuan akan Tuhan (infused knowledge)
  • Keutuhan (integrity), yaitu harmoni antara nafsu kedagingan dan akal budi

Dari kejadian dosa asal tersebut, kita kehilangan arah karena tak adanya rahmat kekudusan atau keilahian kita, kita tak abadi, kita sarat akan penderitaan, pengetahuan akan tuhan pun menjadi ambruk, bahkan keseimbangan kita tak selalu stabil.

Dengan ketidakutuhan kita, kita cenderung melanggar peraturan sedangkan agama justru mengingatkan kita agar kita selalu kembali kepadanya (peraturan). Inilah yang terjadi saat ini. Setiap kali kita menciptakan sebuah peraturan demi kebaikan kita sendiri, kita malah berusaha mengambil keuntungan dari peraturan tersebut. Misalnya dalam sebuah perusahaan, peraturan pasti memiliki struktur organisasi dan jabatan. Orang-orang tertentu malah ingin mengejar jabatan tertinggi tersebut alasannya gajinya tinggi, bahkan setelah kita mendapatkan jabatan teratas itu, malah kita menyalahgunakannya.

Jadi dosa asal mengajarkan kita dua hal, yaitu peraturan ilahiah dan sifat alami manusia. Amin Maalouf, seorang penulis asal Lebanon berkebangsaan Prancis, pernah mengatakan di dalam bukunya bahwa kita lebih banyak mengungkapkan pengaruh agama terhadap orang dibandingkan pengaruh orang terhadap agama.

Dengan kecenderungan kita dalam mengungkapkan pengaruh agama terhadap orang, secara otomatis kita mengabaikan pengaruh politik terhadap agama. Seperti telah dijelaskan dalam paragraf di atas bahwa kita memiliki kecenderungan untuk melanggar peraturan karena kita mau diuntungkan dari peraturan tersebut.

Dalam buku yang ditulis oleh Amin Maalouf, in the Name of Identity, penulis menjelaskan berbagai macam proses kebencian dalam sebuah identitas sampai pengaruh orang terhadap agama. Penulis itu bahkan memperlihatkan masa keemasan setiap agama hanya terjadi di awalnya saja, sedangkan pada akhirnya terjadilah sebuah bencana. Perpecahan pun terjadi. Kepentingan-kepentingan pun bermunculan di dalam setiap perpecahan itu, namun kebanyakan kembali lagi kepada sifat alami manusia yaitu nafsu kedagingannnya. Mereka serakah akan kekuasaan dan kekayaan. Apakah ini dosa asal?

Yang paling ekstrim pernah diberitakan oleh Karl Marx, salah satu pendiri partai komunis. Dia menjelaskan bahwa agama merupakan sebuah candu masyarakat. Namun, maksud dari Marx tersampaikan hanya sedikit saja.

Ada dua kata kunci dari kalimat marx tersebut, yaitu agama dan candu. Kedua kata tersebut bisa memicu identitas agama kita. Alasannya Marx mengaitkannya dengan candu sehingga orang yang merasa paling sangat beragama, identitasnya pun merasa terlukai. Tapi bukan berarti itu juga salah. Salah atau tidaknya tergantung kepada orang yang menyampaikannya, dan bagaimana dia menghidupkan kata-kata itu baik itu dia racik dengan emosi maupun moral sentimen.

Amin Maalouf menjelaskan bagaimana cara agar kita bisa merasakan sentimen-sentimen yang mengangkat amarah kita. Caranya sangat sederhana, yaitu memilih satu identitas terhadap korban yang dituju, dan sempitkanlah. Dengan menyempitkannya, orang itu pasti akan marah. Namun, jika kita ingin membuat orang bahagia, maka bukalah identitas yang ia sukai.

Marx ingin memperlihatkan agama yang telah menjadi candu merupakan sebuah alat politik. Jadi, kata candu dan alat politik adalah sama. Di masa saat Marx masih hidup, kaum kapitalis serakah menyalahgunakan peraturan yang telah disepakati. Tentunya jika kita berpikir secara logis, orang yang paling dirugikan oleh struktur peraturan tersebut akan tampak pada jabatan yang paling terbawah. Marx mengkritik agama agar tidak dijadikan sebagai alat politik. Jika dia (baca: agama) digunakan sebagai candu, maka kaum yang dirugikan akan dengan senang hati menerima jabatan tersebut walaupun terzalimi. Ini biasanya terjadi di perusahaan-perusahaan yang sudah mapan. Ketika para pemegang jabatan terendah merasa lelah, maka agama akan menjadi cara untuk membangkitkan semangat mereka lagi.

Apakah semua peraturan diciptakan untuk dilanggar? Apakah dosa asal yang mempengaruhinya? Apakah memang semua peraturan diciptakan untuk keuntungan belaka? Sehingga kita mudah menyalahgunakannya?

Sardjito Ibnuqoyyim
Sardjito Ibnuqoyyim
Penulis Misantropis
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.