Gelaran Pemilu akan dilaksanakan 2024. Kalau kita hitung kurang lebih sekitar 3 tahun lagi pesta demokrasi lima tahunan dimulai. Ibarat acara meriah pemberitahuan sudah jauh-jauh hari. Riak-riaknya dimulai dari gelombang aksi relawan figur Capres.
Jika kita melihat situasi yang berkembang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sampai saat ini belum menetapkan tanggal pelaksanaan pemilu 2024. Sebagai awam nampaknya 3 tahun ke depan masih sangat jauh untuk berbicara pemilu. Tetapi tentu saja tidak bagi elit figur capres ataupun elit parpol untuk ambil momentum
Teringat idiom, “Dalam politik kita tidak boleh berhenti. sedetikpun terhenti akan digilas olehnya” nampaknya ini yang membuat panggung-panggung politik tak pernah sepi.
Gemuruh gerakan relawan
Dalam historiografi politik dikembangkan semenjak tahun 1755 oleh M. Fr. Voluntaire ketika memberi pelayanan kepada tentara yang sedang berperang. Tugasnya adalah mengabdi secara ikhlas tanpa pamrih dalam menjalankan kegiatan.
Istilah relawan dari bahasa jerman, aktivismus yang muncul pada akhir perang dunia I. Istilah itu kemudian digunakan untuk menandai prinsip keterlibatan politik secara aktif oleh kaum intelektual.
Gelombang deklarasi capres oleh relawan dari hari kehari terus menerus digaungkan. Bagaikan jamur dimusim penghujan. Seantero daerah mulai tumbuh simpul-simpul relawan capres.
Secara terang-terangan sejumlah relawan mendeklrasikan calonnya seperti Sahabat Ganjar, Ganjarits, Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES), Relawan Kawan Sandi (RKS), Poros Prabowo-Puan, Relawan Ridwan Kamil, Ada juga relawan Pendukung Cinta Republik (PCR) yang mendukung Luhut Binsar Pandjaitan- Erick Tohir, Relawan Airlangga untuk Indonesia (RELASI).
Kalau kita melihat ke belakang gerakan simpul relawan pilpres ini dimulai dari gerakan masif relawan pilpres 2014 yang dianggap sebagai kemenangan demokrasi partisipatoris non partai. Tidak hanya itu, kekuatan relawan dianggap sebagai mempunyaI daya tawar yang riil dan dapat diperhitungkan.
Menurut Samah dan Susanti (2014) tidak semua relawan politik memiliki visi misi yang sama. Ada tida kategori relawan politik yaitu; pertama relawan narsis adalah mereka yang sekedar mencari popularitas. Kedua, relawan rente, yakni relawan yang sering membuat berbagai kegiatan namun dengan dengan tujuan dan target keuntungan. Ketiga, relawan fans club, adalah mereka yang aktivitasnya memuji-muji apapun yang dilakukan calonnya.
Adanya relawan upaya Deparpolisasi?
Pada masa orde baru, indonesia pernah mengalami deparpolisasi. Upaya pemandulan terhadap partai, tidak mememberi ruang terhadap partai, menghilangkan peran partai, membatasi jumalah partai. Dan itu nyata-nyata terjadi di indonesia pada masa orde baru yang hanya di ikuti 3 partai parpol sah diakui di indonesia.
Sungguh jauh kalau kita menyebut gerakan relawan politik ini tindakan deparpolisasi. Tetapi kalo kita menyebutkan sebagai Contestation antara gerakan partai politik dan gerakan non parpol untuk meraup massa rasanya lebih pas.
Ataukah gerakan relawan politik hanya sebagai bentuk kritik terhadap parpol yang dari tahun ketahun tidak jelas kaderisasinya dan lemahnya memberikan pendidikan politik terhadap rakyat?.
Relawan Capres Underbow Partai?
Tentu saja kalu kita menduga dalam helatan politik itu sah saja. Bisa saja itu terjadi dan ma’fum dalam perpolitikan di indonesia. Politik di negeri ini sungguh amat cair, yang semula oposisi besok bisa saja menjadi rekan koalisi. Bermain dua kaki bahkan empat kakipun sepertinya jadi jurus ampuh untuk menjaga kelangsungan partai politik
Menjadi pertanyaan bersama, apakah selama ini gerakan relawan itu underbow parpol yang malu-malu kucing menetapkan pasangan capres-cawapres sejak dini?. Dalam srategi politik itu bisa saja terjadi. Skema apapun bisa diracik oleh elit parpol untuk mendapatkan dukungan publik diluar parpol melalui kekuatan berbentuk “sukarelawan”.