Laju perkembangan dunia saat ini mengalami banyak perubahan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arsitek sebagai tenaga ahli profesional diharapkan mampu bekerja secara multi disiplin. Hal ini membuat peran arsitek lebih disasarkan pada posisi mitra dalam sebuah hubungan kerja di bidang konstruksi itu sendiri, sebab setiap keahlian memiliki kelebihan tersendiri namun tidak menutup kemungkinan jika kelebihan itu mampu dikuasai bidang keahlian yang lain (Ismadi & Siswanto, 2008).
Arsitek merupakan salah satu profesi yang bergerak di bidang jasa kontruksi yang potensial dalam era globalisasi seperti saat ini. Di era teknologi seperti saat ini, seorang arsitek tak lagi asing dengan media digital dalam membuat design, media digital telah memberikan cara baru untuk para arsitek dalam melakukan pekerjaannya, baik dalam hal proses desain maupun presentasi (Gunagama & Lathifa, 2017). Dengan adanya teknologi komputer seperti saat ini, perkembangan arsitektur jauh terpengaruhi kinerjanya.
Tujuan dibuatnya komputer pertama kali lebih difungsikan sebagai alat hitung, namun hingga saat ini, komputer digunakan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan diluar dari tujuan pembuatannya untuk pertama kali (Zimmerman, 2015). Dunia profesi saat ini tengah mengalami dampak dari adanya kemajuan sistem komputer, salah satunya adalah munculnya Artificial Intelligence atau biasa kita panggil dengan sebutan Teknologi AI.
Menurut McCarthy (2007), AI adalah ilmu buatan yang disalurkan melalui mesin cerdas dan difungsikan dengan tugas dalam menjalankan komputer untuk memahami kecerdasan manusia, tetapi AI tidak terpaku pada metode yang dapat diamati secara biologis.
Pengertian terkait AI ini masih menjadi perdebatan beberapa ahli, AI belum bisa memiliki karakter umum dalam kecerdasan karena mekanisme kecerdasan yang sebenarnya dan komputasi lebih berbeda. Kecerdasan manusia memiliki mekanisme intelektual yang sama. Namun, para ahli tidak bisa menyamakan kemampuan manusia yang memiliki ingatan jangka pendek dengan komputer yang memiliki ingatan jangka panjang dan lebih akurat (Jensen, 1998).
Dalam menjalankan perannya, AI sedang diterapkan dan menjadi sebuah eksperimental sebagai solusi dalam arsitektur dengan pengaplikasian nyata. Sebuah Artificial Intelligence (AI) telah membuat jalur masuk di industri dengan menyediakan setiap kebutuhan pengguna sarana untuk menjawab tantangan baru. Penggunaannya di bidang arsitektur masih dalam tahap awal, namun hasil yang dihasilkan sudah cukup menjanjikan. Teknologi ini lebih dari sekadar peluang, tidak diragukan lagi bahwa AI dianggap menjadi sebuah langkah maju yang menentukan dan mampu mengubah praktik arsitektur.
Kecerdasan buatan (AI) pada dasarnya adalah pendekatan statistik untuk arsitektur. AI tidak hanya mengatasi keterbatasan arsitektur parametrik, tetapi yang paling penting, tampaknya membuka era baru yang mendasar dari desain arsitektur. AI sekarang menjadi alat generasi baru yang terjangkau yang cocok untuk area ini. Perangkat lunak arsitektur saat ini dapat memanfaatkan dan menggandakan potensi yang ada di lapangan.
Namun, potensi AI, yang dikatakan mewakili arsitektur ini, terus bergantung pada kemampuan perancang untuk menyampaikan niatnya ke mesin. Untuk menjadi asisten yang andal, Anda perlu melatih mesin Anda. Ini menghadapi dua tantangan utama: arsitek memilih alat yang tepat di berbagai bidang AI, dan memilih tingkat abstraksi yang tepat dan kualifikasi terukur yang dapat dikomunikasikan ke mesin. Ketika dua prasyarat ini terpenuhi, keberhasilan atau kegagalan bentuk kecerdasan buatan yang kompatibel dengan arsitektur ditentukan.
Dampak dari AI di bidang arsitektur ini pada akhirnya menjadi sebuah penemuan dan inovasi. AI menjadi sebuah aset yang penting dalam perkembangan arsitektur terlepas dari manusia sebagai pemegang utama profesi arsitek. Manusia disini berperan sebagai ‘pemain’ yang menjalankan komputer. Dengan memadukan kepekaan manusia dan kecerdasan komputer maka akan dihasilkan produk bangunan yang baik.
AI dapat bergantung pada mesin untuk memaksimalkan kemampuan arsitektur yang penting sehingga terdapat hasil relevan dalam mereproduksi proses desain. Dalam bidang arsitektur, AI membantu arsitek dalam mebcegah pembengkakan biaya dengan membantu arsitek menganalisis sesuatu yang baru di proyeknya.
Selain itu, AI mampu membantu manusia dalam mendesain bangunan yang lebih baik melalui design 3 dimensi yang memunculkan profesionalitas seorang arsitek dengan pengelolaan bangunan dan infrastruktur yang lebih efisien. Keuntungan atau dampak AI di bidang Arsitektur adalah lebih banyaknya analisis resiko dan perencanaan proyek sehingga produk bangunan yang dihasilkan mampu menunjukkan hasil yang lebih baik.
Dibuat oleh arsitek, alat desain berbasis AI untuk non-profesional ini memungkinkan arsitek untuk memperluas atau memperluas pengetahuan dan pengaruh desain mereka ke area lingkungan bangunan yang saat ini tidak mereka miliki. Ini akan menjadi pengembangan desain berkualitas tinggi yang dapat diakses melalui perangkat lunak desain yang digerakkan oleh AI. Dalam beberapa hal, AI memiliki dampak besar pada cara kita membayangkan, mengekspresikan, mengembangkan, dan membentuk arsitektur yang kita bangun. Saya pikir ini benar-benar titik balik dalam sejarah arsitektur.
Pada akhir kata, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan buatan tidak dapat menduplikasi pemikiran ide dan perasaan arsitek. Namun, risiko aktual terhadap arsitektur tidak ada hubungannya dengan pertimbangan hubungan “manusia-mesin”, tetapi lebih umum dengan persaingan dan kedaulatan pekerjaan.
Pada dasarnya, Arsitek hanya akan memfasilitasi konsolidasi area di sekitar platform cerdas ini yang menunjukkan praktik pembangunan di masa depan. Arsitek perlu memahami bahwa manfaat asisten cerdas lebih mudah daripada yang dipikirkan kebanyakan orang, dan bahwa opsi ini perlu dipertimbangkan dan dicoba secara serius sejak dini.