Perhelatan politik demokrasi tahun 2024 mulai memanas. Beberapa diantaranya mulai membentuk poros koalisi. Bahkan, dibeberapa tempat terlihat beberapa dukungan politik mulai mengalir ke beberapa nama. Tentu hal seperti ini sudah umum dalam peta politik nasional dan lokal di Indonesia.
Peta politik tentu sangat cair sekaligus fleksibel. Sebab, kapanpun bisa berubah sesuai dengan pembacaan politik dan jenis kepentingan yang digagas. Selain itu, politik demokrasi di Indonesia yang syarat dengan model politik identitas biasanya memperlihatkan kekuatan politik yang sulit dibaca.
Hal ini yang kemudian memantik banyak analisis terhadap watak politik demokrasi di Indonesia. Sebagian mengatakan, demokrasi Indonesia dikendalikan oleh para oligark (Winters, 2011). Sementara yang lain mengatakan, demokrasi Indonesia masih dihantui oleh kekuatan elit lama yang bertransformasi dalam agenda demokratisasi (Hadiz dan Robison, 2014).
Tidak hanya dua analisis tersebut diatas, dalam analisisnya, Burhanuddin Muhtadi (2020) menjelaskan persoalan yang hampir sama, bahwa politik demokrasi Indonesia dihantui praktik politik uang (money politics). Sementara, argumen Aspinall dan Berenschot (2019) mengemukkan bahwa, demokrasi di Indonesia dipengaruhi praktik klientelisme.
Namun, terlepas dari berbagai analisis tersebut diatas, politik demokrasi Indonesia mengundang banyak perhatian sekaligus perdebatan yang tidak pernah berakhir. Karena memang watak politik demokrasi Indonesia mencerminkan banyak kekuatan dari berbagai aktor yang tampil dalam gelanggang panggung politik. Itulah mengapa politik demokrasi Indonesia selalu menarik, bukan karena kehadiran berbagai aktor yang saling beradu kekuatan politik. Melainkan pula karena corak kepentingan yang kemudian melahirkan berbagai produk kebijakan dan perampasan ruang hidup warga oleh mereka yang terpilih dari proses demokratisasi.
Akibatnya kemudian yang lahir ialah, ada berbagai rumusan kebijakan yang tidak menguntungkan kepentingan warga, alih-alih syarat dengan kepentingan mereka yang lahir dari proses demokrasi atau mereka yang menyokong mereka yang terpilih. Selain itu, ketimpangan ekonomi semakin melebar dan parahnya korupsi semakin menjalar dalam berbagai institusi dan birokrasi negara.
Kondisi inilah yang kemudian dihadapi oleh warga negara. Lanskap politik demokrasi di Indonesia memang tidak begitu menggembirakan. Sebab, selalu ada kekuatan yang akhirnya melumpuhkan berbagai gerakkan yang berupaya melawan berbagai corak kepentingan yang berwatak oligarkis. Kondisi ini makin menjenuhkan ketika gerakkan masyarakat sipil akhirnya memperlihatkan ketidateraturan alias terpecah kedalam berbagai jenis kepentingan.
Lantas, bagaimana menghadapi situasi yang tidak menentu ini? Bagi saya, kehadiran anak muda dalam politik merupakan keharusan yang memungkinkan agenda demokratisasi berjalan. Anak muda bisa menjadi semacam aktor alternatif yang memungkinkan agenda demokrasi bekerja di Indonesia. Pertanyaannya, apakah dengan itu selesai? Tentu tidak.
Sebab, anak muda yang tidak punya visi tentang perubahan biasanya mudah terserap kedalam kepentingan dari berbagai aktor yang hendak merusak nilai-nilai demokrasi. Tidak hanya itu, anak muda yang mengambang biasanya mudah dilucuti dengan berbagai hal-hal yang akhirnya dininabobokan dengan segala macam tawaran politik yang menguntungkan dirinya sendiri.
Lalu bagaimana? Menurut saya, hal penting ialah, konsolidasi anak muda bersama elemen civil society memungkinkan agenda demokrasi bekerja dengan baik. Konsolidasi memungkinkan anak muda bertransformasi menjadi salah satu kekuatan yang bisa diperhitungkan. Saatnya anak muda melakukan perubahan besar dalam kancah politik demokrasi Indonesia.
Pemilu 2024
Momentum Pemilu 2024 harus diisi dengan baik oleh anak muda. Pemilu 2024 harus senantiasa menghadirkan anak muda sebagai bagian yang memungkinkan agenda demokrasi itu bekerja. Anak muda tidak boleh alergi apalagi apatis dengan politik. Sebab, hal ini akan dikuasai oleh mereka yang punya watak oligarkis.
Pemilu 2024 merupakan momentum yang dapat melahirkan anak muda yang punya visi perubahan. Sudah saatnya anak muda tampil dan menunjukan keberpihakan pada kepentingan warga dan keberlangsungan demokrasi di masa depan.