Kamis, Oktober 10, 2024

AHY, SEO, dan Bye Boomers

Sandi Novriadi
Sandi Novriadi
Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada

Teman-teman pasti ada yang pernah googling nama sendiri. Penasaran kan? Nah, saya sengaja googling nama AHY. Tentu itu bukan nama sendiri. Sosok ini memang sudah lama bikin penasaran. Wajahnya tampan, postur tubuh tinggi dan sosoknya karismatik, selalu bikin dia jadi head turner dimanapun, merata baik bagi pria maupun wanita.

Biasanya pria dengan tongkrongan kayak gini jadi artis, model atau seleb. Followers-nya di IG, Twitter dan FB-nya pun lebih dari cukup banget untuk jadi influencer. Tapi handsome daddy yang satu ini memilih jalan yang terjal: jadi politisi.

Kenapa terjal? Karena hidupnya serba salah. Omongannya harus selalu konsisten, dari masa lalu sampai sekarang –padahal hidup dan pandangan orang kan bisa berubah ya? Ucapan dan tindakannya juga harus selalu benar untuk semua isu dalam segala situasi. Dianggap keseleo lidah, atau ekspresi mukanya dianggap kurang pas, bakal langsung dihujat sejagat raya. Orang bisa berhari-hari membahas cuma sepotong kata dari sejam pidatonya.

Penampilan tentunya harus terjaga. Orang normal boleh salah kostum, tapi politisi harus tampil proper dari sejak bangun hingga menjelang tidur –kalau perlu saat tidurpun. Cara jalan, cara makan, tempat yang dikunjungi, cara salaman, hingga kepala sabuk, potongan rambut, brewok, peci dll harus perfecto. Senyum dilarang copot dari wajahnya, tidak peduli Ibunya lagi sakit, habis bertengkar dengan pasangannya, anaknya rewel, atau simply bad mood –namanya juga manusia. Tapi politisi memang bukan manusia normal. Dia manusia setengah dewa.

Sampai sekarang, masih banyak yang tanya, kenapa sih AHY mundur dari militer? Padahal karirnya lagi bagus-bagusnya, Komandan yang dihargai atasannya, disegani koleganya dan dihormati bawahannya, kabarnya masuk fast track alias jalur cepat dalam karirnya. Jadi Jenderal sih insyaallah –pengen ngomong pasti takut kualat.

AHY sudah jawab berkali-kali sih. Dia ingin lebih baik lagi dalam mengabdi pada bangsa dan negaranya mumpung masih muda, yang tidak dimungkinkan ia lakukan dalam karir militernya sekarang. Tahu sendiri, militer terkenal dengan jalur karir urut kacang dan senioritas yang kuat. Ditanya berkali-kali, AHY jelaskan berkali-kali, tapi tetap saja netijen yang budiman terus bertanya-tanya –bukan netijen sejati kalau cepat puas dan nurut.

Balik ke laptop. Lalu apa hasil googling terhadap Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY ini?

Ada lebih dari 10 juta kueri terkait kata kunci AHY. Paling atas adalah Wikipedia tentang AHY, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Rapi jail. Setelah itu, berita-berita terakhir tentangnya, baik dari sisi politik maupun dari sisi personal.

Maklumlah jaman kiwari. Ngotot soal privacy mah ke laut aja. Lalu muncul hasil pencarian di Instagram dan Twitter, dua kanal media sosial yang rupanya jadi favorit AHY. Facebook memang paling banyak penggunanya, tapi buat anak muda serta buat ngobrol politik, IG dan Twitter lebih pas.

Di bawahnya, ada beberapa video dari youtube termasuk AHY blak-blakan dengan Deddy Corbuzier. Ada dua episode dengan total penonton hampir 1,7 juta. Setelah itu kumpulan berita dengan tagar AHY di sejumlah media online papan atas seperti detik.com dan liputan6.com.

Paling bawah adalah bagian yang sering bikin orang deg-degan: searches related to yang biasanya dipakai orang sebagai rekomendasi pencarian berikutnya. Kenapa? Karena bagian ini benar-benar pasrah terserah pada algoritma Google Search yang kompleks dan selalu beradaptasi itu. Untuk AHY, Google merekomendasikan cari: nama panjangnya, istrinya, adiknya, putrinya dan ayahnya. Keluarga yang kompak ya?

Sebagai pembelajar komunikasi digital, saya melihat hasil pencarian Google ini mencerminkan persepsi yang positif terhadap sosok AHY, baik di media massa, media sosial maupun di web secara umum.

Pada era sekarang, saat mesin pencari memegang peranan penting dalam menentukan input informasi terhadap seseorang atau sesuatu, hasil Google Search AHY ini bagus banget. Setahu saya banyak perusahaan, lembaga maupun individu yang setengah mati atau bayar mahal untuk search engine optimization (SEO) ini. Tidak heran jika industri SEO ini di AS saja diperkirakan akan bernilai US.80 milyar pada tahun 2020.

Ini memang investasi yang tidak main-main. Riset menunjukkan jika SEO dilakukan dengan baik, hasilnya sbb: rata-rata konversinya 14,6%, 75% pengguna berhenti di halaman pertama pencarian, mesin pencari mendorong traffic 10x lipat untuk situs-situs belanja daripada media sosial, Google mendominasi dengan 75% pangsa pasar dan pencarian melalui perangkat seluler (telepon genggam, tablet) meningkat pesat.

Dengan potensi ini, seharusnya AHY mengoptimalkan lagi digital presence-nya, termasuk dengan konten-konten yang bersifat analisa situasi maupun solusi, sehingga menjadi pembeda dengan banyak politisi lainnya.

Apalagi sekarang makin banyak politisi yang memang keren –atau berusaha tampak keren— baik di dalam maupun luar negeri. Penampilan yang menyenangkan mata dan menenteramkan hati ini akan lebih joss saat orang dengan mudah menemukan buah-buah pemikiran yang ciamik dan relevan dengan situasi kekinian. Capek juga lihat para politisi 60-70-an yang masih anteng bertahta tanpa tanda-tanda mau lengser. Alhamdulillah pak SBY kelihatannya punya penerus yang mumpuni dan disukai. Bye..bye..boomers

Sandi Novriadi
Sandi Novriadi
Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.