Jumat, November 8, 2024

Abdullah bin Rawahah Teladan Anti Suap dan Korupsi

Puji Khuwata
Puji Khuwata
Mahasiswa Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Selain sebagai mahasiswa juga aktif di Persyarikatan Muhammadiyah.
- Advertisement -

Salah satu sosok sahabat dari kaum Ansar dari suku Khajraj yang begitu tegas dalam menolak kecurangan adalah Abdullah bin Rawahah, beliau juga salah satu orang yang awal-awal masuk islam. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Rawahah bin Tsa’lab bin Al Harits bin Al Anshari Al Khadraji, biasa dipanggil Abu Muhammad, ibunya Kabsyah bintu Waqid bin Amru dari bani Al Harits bin Al Khadraj dan masuk islam ketika berdakwah di Madinah dibantu oleh Mush’ab bin Umair.

Abdullah bin Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal ditengah masyarakat buta huruf, jikalau ada yang bisa menulis dan membaca merupakan suatu yang langka, namun berbeda dengan Abdullah bin Rawahah yang pandai menulis dan membaca selain itu beliau juga pandai dalam membuat bait syair nan indah rupawan dengan nilai sastra yang tinggi. Bukan itu saja, sejak masuk islam karya sastra nya digunakan untuk khidmatul islam (berjuang untuk islam).

Keteguhannya dalam islam tidak diragukan lagi diantara para sahabat yang lain, Abdullah bin Rawahah merupakan sosok yang taat kepada Rasulullah SAW dan rajin berpuasa, beliau juga mengikuti Ba’iat Aqabah kedua bersama dengan 73 orang lainnya dan mengikuti setiap pertempuran dalam membela islam. Ketika Rasulullah SAW di Madinah, Abdullah bin Rawahah bayak mendapatkan pelajaran langsung dari Rasulullah SAW, sepanjang hidupnya beliau terkenal cepat merespon perintah Rasulullah, jika Rasulullah memerintahkan maka dengan cepat beliau bergegas melaksanakan perintah tersebut.

Sikap Tegas Terhadap Perilaku Korupsi

Diawal sudah disebutkan bahwa Abdullah bin Rawahah merupakan seorang penulis dan penyair yang membuat dirinya berbeda dengan sahabat yag lain, beliau juga terkenal dengan sosok yang kuat pendiriannya, ketika Yahudi Bani Nadhir ingin menyuapnya, dengan tegas beliau menolak suap tersebut.

Ketika Abdulla bin Rawahah menjalankan tugas nya atas perintah rasulullah untuk memungut pajak bumi (kharaj) dari hasil tanaman kurma, waktu itu Rasulullah memutuskan hasil bumi Khaibar dibagi menjadi dua, separuh untuk kaum Yahudi sebagai pengelola dan separuhnya lagi diserahkan kepada kaum muslimin.

Waktu itu beliau di datangi oleh orang-orang Yahudi, mereka mengumpulka perhiasan istri-istri mereka denga niat untuk menyuap Abdullah Bin Rawahah “ini untukmu dan peringanlah pungutan yang menjadi beban kami, bagilah kami lebih dari separuh”, kemudian Abdullah bin Rawahah menjawab “ Hai orang-orang Yahudi, dengarkanlah!, bagiku kalian adalah makhluk yang dimurkai Allah, aku tidak akan membawa perhiasan itu denga harapan aku akan meringankan (pungutan) yang menjadi kewajiban kalian, suap yang kalian lakuka ini merupakan perbuatan tercela dan termasuk harta haram, sungguh kami tidak akan memakannya.”

Sikap beliau menunjukan bahwa korupsi tidak akan dijumpai ketika islam telah mewarnai kehidupan bernegara, hal ini juga diperkuat lagi dengan sangsi dalam islam bagi pelaku korupsi yaitu Hukuman Ta’zir 6 bulan hingga 5 tahun, apabila jumlah yang dikorupsi dapat membahayakan ekonomi negara, maka dapat dijatuhi hukuman mati, tindak pidana ini disebutkan dalam Al Quran Allah berfirman “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau di salib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya), yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia dan di Akhirat mereka memperoleh siksa yang besar.” (Q.S Al Maidah[5] : 33).

Begitulah beliau dan para sahabat Rasulullah yang lainnya meletakan dasar aqidah dan akhlaq di atas segalanya, hal ini juga tidak terlepas dari ajaran yang disampaikan Rasulullah bahwa akhlaq merupakan pondasi seseorang hidup di dunia, Abdullah bin Rawahah di akhir hidupnya, beliau mendedikasikan hidupnya untuk berjuang membela islam denga menjadi panglima perang dalam petempuran, menggantikan Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Thalib, namun pada akhirnya beliau tewas dalam pertempuran Mu’tah, kemudian tempatnya sebagai pangliman perang digatika oleh Khalid bin Walid. Semoga Allah Merahmatinya.

Puji Khuwata
Puji Khuwata
Mahasiswa Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Selain sebagai mahasiswa juga aktif di Persyarikatan Muhammadiyah.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.