Minggu, Juni 22, 2025

4 Pulau Sengketa: Antara Kekayaan Alam dan Tantangan Pengelolaan

Luluk Maesyaroh
Luluk Maesyaroh
Mahasiswa Aktif S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta prodi Manajemen
- Advertisement -

Empat pulau di Samudra Hindia, yaitu Pulau Lipan, Pulau Panjang, Pulau Mangkir Besar, dan Pulau Mangkir Kecil, kini mencuat dalam pemberitaan nasional akibat munculnya indikasi sengketa wilayah dan pemanfaatan sumber daya alam antara pemerintah daerah, pihak swasta, dan komunitas lokal. Sengketa ini bukan hanya persoalan batas administratif, tetapi juga soal siapa yang berhak mengelola dan mendapatkan manfaat dari kekayaan ekologi yang tersimpan di dalamnya.

Profil dan Letak Geografis Pulau

Pulau Mangkir Besar, berdasarkan data dari situs Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), juga dikenal dengan nama Pulau Mangkir Gadang. Pulau ini berada pada titik koordinat 02°08’49’’ LU dan 98°07’29’’ BT, terletak di Samudra Hindia pada sisi barat Pulau Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Pulau ini tidak berpenghuni, memiliki topografi datar, pantai berpasir putih, dan vegetasi dominan berupa pohon kelapa serta bakau.

Pulau Mangkir Kecil (juga dikenal sebagai Pulau Mangkir Ketek) terletak di koordinat 02°08’26’’ LU dan 98°08’37’’ BT, berdekatan dengan Mangkir Besar. Pulau kecil ini juga termasuk wilayah Tapanuli Tengah. Nama “Ketek” yang berarti “kecil” dalam bahasa daerah ditetapkan setelah survei toponim pada tahun 2006 dan verifikasi oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi pada tahun 2007. Pulau ini tidak berpenghuni, memiliki pantai berpasir putih dengan vegetasi kelapa, cemara laut, dan mangrove.

Pulau Lipan merupakan pulau kecil yang memanjang dengan koordinat 02°07’12’’ LS dan 98°09’46’’ BT, berada di gugusan kepulauan barat Sumatra dalam wilayah Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah. Pulau ini memiliki topografi datar, vegetasi bakau, dan pohon kelapa, serta tidak memiliki penghuni tetap.

Pulau Panjang juga berada di Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah. Pulau ini dikenal sebagai destinasi wisata lokal dengan pasir putih, pepohonan kelapa, air laut biru cerah, dan kekayaan terumbu karang. Pulau ini ramai dikunjungi saat libur sekolah dan hari besar, serta menawarkan wahana seperti jet ski, banana boat, dan seluncuran air.

Pengelolaan Lingkungan di Empat Pulau

Keempat pulau ini menyimpan kekayaan ekosistem laut dan pesisir yang luar biasa. Terumbu karang, hutan mangrove, dan spesies vegetasi pantai menjadi komponen penting dalam menjaga stabilitas ekologis. Namun, tantangan datang dari peningkatan aktivitas manusia seperti pariwisata yang tak terkendali di Pulau Panjang dan potensi eksploitasi sumber daya di pulau-pulau tak berpenghuni seperti Pulau Lipan dan Mangkir.

Abrasi, perubahan iklim, dan pencemaran juga mulai dirasakan, terutama di Mangkir Besar dan sekitarnya. Keterbatasan pengawasan dan infrastruktur konservasi memperbesar risiko degradasi lingkungan secara masif.

Eksploitasi Sumber Daya Alam

Potensi perikanan dan tambang menjadi sektor utama yang mengancam keseimbangan ekologis pulau-pulau ini. Di kawasan sekitar Pulau Lipan dan Mangkir Kecil, laporan menunjukkan adanya aktivitas tambang ilegal yang menyebabkan kerusakan vegetasi pesisir dan pencemaran air tanah. Sementara itu, praktik perikanan destruktif masih terjadi karena lemahnya pengawasan di perairan pulau-pulau terpencil.

Dampak terhadap Masyarakat Lokal

Meskipun sebagian besar pulau tidak berpenghuni, masyarakat di wilayah pesisir Manduamas yang mengandalkan sumber daya laut terdampak langsung. Pendapatan mereka fluktuatif, sementara kerusakan ekosistem menurunkan hasil tangkapan. Ketimpangan akses antara masyarakat dan investor besar juga menyebabkan ketegangan sosial dan ekonomi.

Strategi Manajemen Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Pendekatan zonasi laut berbasis ekosistem perlu diterapkan di kawasan ini, sebagaimana yang mulai dikembangkan di Pulau Panjang dengan dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pelibatan masyarakat pesisir dalam program edukasi konservasi dan pengembangan ekowisata berbasis komunitas menjadi kunci pelestarian.

- Advertisement -

Pulau Panjang dapat dijadikan model pengembangan ekowisata berkelanjutan. Sementara itu, Pulau Mangkir Besar dan Mangkir Kecil berpotensi menjadi kawasan konservasi laut dan vegetasi bakau yang dilindungi. Dukungan regulasi, riset, dan keterlibatan aktif pemangku kepentingan sangat dibutuhkan.

Pengelolaan sumber daya alam di Pulau Lipan, Panjang, Mangkir Besar, dan Mangkir Kecil tidak hanya menyangkut isu konservasi, tetapi juga keberlanjutan sosial dan ekonomi masyarakat pesisir. Sinergi antara kebijakan pemerintah, partisipasi warga lokal, dan dukungan akademik serta LSM akan menentukan masa depan ekosistem laut dan darat di kawasan ini.

Luluk Maesyaroh
Luluk Maesyaroh
Mahasiswa Aktif S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta prodi Manajemen
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.