Sebentar lagi kita akan diperhadapkan dengan euforia pesta demokrasi yang akan dilaksanakan pertengahan April mendatang. Seperti kata kebanyakan orang, pertarungan tahun ini yang mempertemukan kembali Pak Jokowi dan Pak Prabowo bakalan seru.
Karena dua orang putra terbaik bangsa ini sama-sama bertekad untuk menang, sama-sama merasa akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik jika terpilih menjadi Presiden. Semua itu tergantung Cebong dan Kampret bagaimana menilai keduanya.
Kalaulah Jokowi menang kembali, maka terbukti bahwa warga sipil pun boleh dua periode jadi Presiden. Kalaulah Prabowo kalah lagi, maka terbukti Pak Prabowo satu-satunya yang dua kali jadi Capres dan dua kali pula kalah dari kalangan militer.
Berarti masih mending, Pak Wiranto yang hanya mencoba sekali lalu kapok (tidak nyapres lagi) dan tau diri (jadi cawapres Pak JK tahun 2009) namun belum beruntung juga. Maka Pak Wiranto memilih jalan lain untuk memperjuangkan hati nurani rakyat. Tapi jangan lupa Pak Prabowo juga maju cawapres kala itu.
Dan Pak Prabowo tak mampu seperti Pak Harto dan Pak SBY. Walau menang, Pak Prabowo masih butuh satu periode lagi untuk menyamai rekor Pak SBY. Berarti ujian kedua hadap-hadapan dengan politisi-politisi muda di 2024. Satu hal yang pasti, Pak Prabowo tidak mampu menyamai rekor Pak Harto.
Nah bicara 2024, konteks pertarungan betul-betul berubah. Ada AHY yang siap dengan segudang amunisi dan pencitraan yang mulai digarap tahun ini, ada Sandiaga Uno dengan ketampanannya dan pasukan emak-emak yang doyang zumba di belakangnya, serta masih banyak lagi tokoh-tokoh yang akan bermunculan di tahun 2024 nanti.
Tapi pernahkah kita berfikir untuk membagi beberapa tokoh-tokoh muda nasional ini ke dalam dua organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia, yaitu HMI dan PMII. Terbesar? Iya karena kedua organisasi ini mengklaim memiliki cabangnya masing-masing di wilayah administrasi pemerintah yang memiliki perguruan tinggi.
HMI dan PMII dalam kancah pertarungan politik nasional tidak boleh dipandang sebelah mata. Kader-kader progresif dan militan mereka bertebaran di beberapa partai politik bahkan masuk sebagai penyelenggara pemilu.
Tokoh-tokoh politiknya yang memiliki basis gerakan akar rumput pun tidak sedikit. Setidaknya ada beberapa nama, kader HMI dan PMII yang namanya malang melintang di media nasional karena advokasi, prestasi dan kontroversi yang dilakukan kader tersebut.
Sejarah mencatat belum pernah kader keduanya mencapai tampuk tertinggi negara ini. PMII tidak boleh mengklaim Gus Dur, tapi HMI boleh mengklaim JK (wakil presiden 2 periode). Justru beberapa kader militan mereka mengalami nasib malang. Sebut saja Anas Urbaningrum dan Surya Darma Ali, yang sama-sama terjerat kasus korupsi.
Walau begitu, kader HMI dan PMII punya kans besar untuk berpose di kertas suara capres 2024 nanti. Bagaimana tidak? Beberapa politisi nasional hari ini, lahir dari rahim dua organisasi tersebut, ada Muhaimin Iskandar, Imam Nahrawi, dan Hanif Dhakiri, Khofifah Indra Parawansa, dari PMII. Ada Romahurmuziy, Abraham Samad, Mahfud MD, Anies Baswedan, dari HMI. Serta masih banyak lagi, bahkan Habib Riziq masuk alumni salah satu organisasi terbesar ini (cek wikipedia HMI dan PMII).
Bisa dibayangkan pertarungan mereka bila betul masing-masing menempatkan kadernya jadi capres 2024. Ini seperti ajang perebutan kader yang sering terjadi di lingkungan kampus antara HMI dan PMII ketika mahasiswa baru mulai berdatangan. Ada saja dinda-dinda yang terpikat pada kanda-kandanya serta sahabati-sahabati yang diam-diam menaruh perasaan pada sahabatnya. Aduh dik, para sahabat dan kanda-kanda ini memang piawai memainkan kata-kata. Namun kali ini skalanya lebih besar, ini level RI 1.
Tidak cukup hanya dengan berkunjung dari kosan satu ke kosan lainnya atau meminjamkan buku untuk dibaca atau membantu mengerjakan tugas kuliah. Tidak, ini lebih dari itu.
Kunjungan ke daerah-daerah untuk mendulang suara, punya koneksi dalam dan luar negeri, memiliki partai pendukung, dan mau tidak mau anda harus memiliki sejumlah uang untuk operasional timses. Jadi bisakah kader HMI dan PMII terpilih mempersiapkan semua itu? Pasti bisa.
Prediksi saya, tahun 2024 jika betul HMI dan PMII akan hadap-hadapan. Maka nama-nama tadi akan mengerucut masing-masing pada satu nama. Yaitu Muhaimin Iskandar dan Mahfud M.D. Keduanya saling menyerang dalam diam. HMI pun tahu mengapa kanda Mahfud-nya batal menjadi cawapres Jokowi.
Semoga jika pertarungan keduanya terjadi, memberi dampak yang baik bagi negeri ini. Bisa bertarung secara sehat, meminimalisir hoax, dan tunduk kepada pancasila dan UUD 1945. Karena Indonesia “Yakin Usaha Sampai” melalui “Dzikir, Fikir dan Amal Saleh”.