Beberapa waktu lalu tantangan dari Facebook yang bertajuk “Bagaimana efek penuaan pada Anda?” Dimana pengguna mengunggah perbandingan foto 10 tahun yang lalu dan mereka saat ini, atau yang sekarang lebih dikenal dengan #10YearChallenge.
Tantangan ini sudah menjalar juga ke Instagram dimana jutaan orang mengikuti tren tantangan ini, termasuk juga para selebriti yang ikut juga meramaikannya. Sehingga membuat heboh dan perhatian para pengguna dunia maya yang berdampak juga pada mereka sehingga juga ingin ikut meramaikan tren tersebut.
Namun, spekulasi muncul tentang adanya motif terkait hebohnya hal ini, apakah tantangan ini taktik yang sengaja dibuat oleh Facebook untuk data pengenalan wajah sebagai bentuk pengujian dari sistem AI. Kate O’Neill, Seorang penulis untuk laman Wired, menulis sebuah op-ed atau “Opinion Editorial” yang membahas kemungkinan hal ini lebih dari sekedar tantangan yang menyenangkan untuk dibagikan ke teman-teman.
“Bayangkan bahwa Anda ingin melatih algoritma pengenalan wajah pada karakteristik terkait usia dan lebih khusus tentang perkembangan usia (e.g., Bagimana orang-orang cenderung terlihat seiring bertambahnya usia.) Idealnya Anda ingin dataset yang luas dan ketat dengan banyak sekali gambar orang. Ini akan membantu jika Anda tahu mereka terpisah dalam beberapa tahun. katakanlah, 10 tahun, ” O’Neill.
Banyak juga orang yang berpendapat bahwa Facebook pasti telah memiliki akses terhadap foto-foto pengguna ini karena tantangan sering meminta orang untuk membagikan foto profil pertama mereka ke foto mereka saat ini.
O’Neill juga berpendapat bahwa orang tidak selalu mengunggah dalam urutan kronologis dan banyak orang memiliki gambar profil selain diri mereka sendiri seperti hewan, kartun dll. Tantangan ini memberikan Facebook kesempatan untuk memiliki versi “bersih” dari siapa Anda menurut konteks yang Anda tambahkan seperti memberi tahu usia Anda di foto, tahun atau informasi tertentu lainnya yang Anda bagikan di postingan.
Kekhawatiran O’Neill juga mendapat dukungan dari banyak pengguna media sosial Facebook. Apalagi belum lama ini Facebook terkena skandal penyalahgunaan data pengguna. Beberapa waktu lalu, Facebook terseret dalam skandal bocornya data pengguna yang melibatkan juga pihak ketiga yakni firma Cambridge Analytic.
Pendapat lain datang dari Amy Webb seorang Profesor dari New York University, Ia berpendapat bahwa tantangan foto ini adalah “badai sempurna untuk pembelajaran mesin. ” Webb saat ini sedang mengerjakan buku yang akan datang tentang bagaimana AI dapat memanipulasi manusia.
Namun dari itu semua Facebook menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam permulaan tantangan ini dan tidak mendapatkan “manfaat” dari hal yang akan viral. “Tantangan 10 tahun adalah meme yang dibuat pengguna yang dimulai sendiri, tanpa keterlibatan kami. Itu bukti kesenangan orang-orang di Facebook dan hanya itu. ” kata perusahaan tersebut.
“Anda dapat menghapus cookie. Anda dapat mengubah browser. Dan anda dapat meninggalkan ponsel cerdas di rumah, tapi Anda tidak bisa menghapus wajah Anda, dan Anda tidak bisa meninggalkannya dirumah. ” kata pakar pengenalan wajah Alvaro Bedoya, direktur eksekutif di Georgetown Law’s Center on Privacy & Technology.
Banyak orang tidak menyadari bagaimana wajah mereka dapat terhubung ke sisa informasi yang tersedia seperti pemeriksaan latar belakang instan, kecuali lebih akurat. Sebuah studi baru-baru ini mengatakan bahwa rata-rata warga Negara Amerika menggunakan kamera rata-rata 75 kali per hari dan setiap hari jumlahnya tumbuh dari mereka yang memiliki teknologi pengenalan wajah. Sementara ini hal tersebut menguntungkan pencegahan kejahatan dan dapat membuat orang tetap aman, ini adalah statistik yang menakutkan.
Ada beberapa kasus penggunaan yang bagus untuk mempertahankan teknologi. Teknologi ini memberi media sosial dalam kesempatan untuk mengenali orang-orang yang telah bertransaksi selama 10 tahun terakhir dan mungkin tidak diakui dalam teknologi pengenalan wajah dari foto-foto sebelumnya. Baru-baru ini, Uber memiliki masalah ketika pengemudi Transgender Uber di Lowa harus melakukan perjalanan 2 jam lebih lama karena aplikasi pengenalan wajah tidak dapat mengidentifikasi identitasnya, Teknologi ini diharapkan dapat membantu mencegah hal ini terjadi lagi.
Skenario kasus lainnya, seperti ditunjukkan oleh O’Neill, yaitu kemampuan untuk menemukan anak-anak hilang yang telah berusia lanjut, Baru tahun lalu, polisi di New Delhi melacak 3.000 anak yang hilang dalam empat hari menggunakan teknologi pengenalan wajah. Namun, ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa muda kita harus melakukan pengenalan wajah dan dimana batas garis antara anak-anak dan orang dewasa dapat dilacak dengan teknologi ini.
Jadi secara individual, semua teknologi pengenalan wajah ini inovatif dan bagus untuk alasan tertentu. Namun, ketika dipadukan mereka bisa menjadi alat berbahaya bagi peretas dan pelacakan. Banyak dari kita memberikan lebih banyak infromasi daripada yang kita tahu ke media sosial kita dan tidak mempertanyakan ke mana informasi itu pergi atau bagaimana informasi itu dipergunakan.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Pew Research Center, pengguna media sosial khususnya remaja tidak memikirkan keamanan mereka saat mengunggah informasi. Data pribadi tersebut seolah biasa saja. Namun, bagi sebagian orang data pribadi bisa menjadi senjata untuk berbuat kejahatan. itulah sebabnya seseorang harus sangat berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan internet.