Senin, Oktober 7, 2024

Siapa yang akan Menyiram Tai Politik?

Setelah Pilpres yang disebut sebagai “pesta demokrasi” itu selesai, kita melihat keramaian lainnya, yakni sebuah “sirkus nasihat” yang berlangsung begitu meriah. Di media massa ataupun media sosial, lidah para politisi kita begitu fasih melafalkan berbagai anjuran penuh pesan moral.

Seperti nabi yang bangun kesiangan, mereka menunjukkan kepada masyarakat cara berbuat kebaikan kepada sesama. Lidah mereka begitu ringan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pertunjukan “sirkus nasihat” ini lebih buruk dari pemandangan anjing bercinta di tengah upacara bendera.

Para politisi yang bermulut manis itu meminta kita untuk kembali bersatu, pentingnya rekonsiliasi, bergandengan tangan, memadamkan api yang sudah membara, atas nama bangsa dan negara. Apalagi setelah pelantikan presiden, penetapan menteri, dan pilihan posisi politik semakin jelas, lidah para politisi semakin lihai dan lincah bicara soal moralitas politik. Konon, tidak ada lagi 01 dan 02. Kabarnya, hanya ada 03 yaitu Persatuan Indonesia. Oh ya?

Media tempo.co (16 November 2019) memberitakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) “berkomitmen memenangkan kompetisi Pilkada 2020 dengan cara bermartabat yakni menolak segala bentuk politik uang, ujaran kebencian, berita bohong, politisasi SARA” dan sebagainya. Baik partai oposisi ataupun pendukung pemerintah, sedang menyanyikan lagu yang sama.

PKS dan partai lain sama-sama munafiknya. Sama-sama penuh tipu daya. Setiap memulai “pertarungan baru”, entah itu Pilkada di pelupuk mata ataupun Pilpres di seberang lautan, partai politik sama-sama berbondong-bondong menampakkan senyum malaikat. Tapi justru dari situ kita tahu ada taring iblis yang sedang mereka sembunyikan. Sebab, pertarungan baru itu bukanlah pertarungan yang benar-benar dimulai dari nol. Pertarungan baru itu justru pertarungan yang telah meninggalkan banyak tai di belakang kita.

Ketika mereka mengucapkan komitmen untuk tidak main SARA dan politik uang di Pilkada 2020, saat itu masyarakat kita sudah terlanjur berada di tengah kondisi “mabuk SARA”. Ini masih sulit disembuhkan cepat. Tak semua tai bisa disiram sekali saja.

Para politisi memang enak meloncat dari satu momen ke momen lain, otak-atik kubu, memutar-mutar kata dan logika, gonta-ganti sudut pandang, semuanya atas nama manuver politik. Ketika dampak buruk manuver politik sebelumnya belum hilang, kini mereka sudah mulai beramai-ramai menjalankan manuver politik bangsat terbaru. Etika politik setan.

Itulah sebabnya, segala pembicaraan optimis tentang potensi kemajuan Indonesia terasa memualkan. Para politisi penuh pesan moral tersebut tidak benar-benar peduli dengan masyarakat kita yang masih mabuk SARA. Mereka begitu semangat dan berbusa-busa bicara masa depan.

Padahal, “senjata SARA” yang mereka bagi-bagikan semenjak Pilpres 2014 dan 2019 lalu masih dipegang erat-erat oleh banyak kelompok masyarakat. “Senjata” itu digunakan untuk kepentingan yang berbeda-beda, mempertajam konflik-konflik yang sudah padam sebelumnya, memperpanjang kepongahan mayoritas atas minoritas dan sebagainya. Telisik kembali kasus-kasus terbaru, seperti intoleransi, jelas sekali diperkuat oleh “senjata SARA” yang dulu diandalkan saat Pilpres yang disebut “pesta demokrasi” itu.

Dalam keadaan seperti ini, apa gunanya mereka menyuruh kita memikirkan persatuan Indonesia? Mereka menyelesaikan acara makan bersama di pesta dengan meninggalkan tai di atas piring. Siapa yang akan menyiram tai politik tersebut? Sejauh ini, karena para politisi bangsat itu hanya sibuk memikirkan pesta baru di depan mata, maka masih saja kita yang diwajibkan menyiram tai politik yang tercecer di mana-mana itu.

Persoalan tai ini bukan tanggung jawab masyarakat sepenuhnya! Mumpung 01 dan 02 sedang menggunakan dress code yang sama, apa salahnya acara potong-potong kue dilanjutkan dengan membicarakan persoalan tai ini. Pertunjukan “sirkus nasihat” saja tidak cukup.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.