Rabu, Mei 1, 2024

Crosshijaber, Antara Teror dan Perilaku Menyimpang

Hascaryo Pramudibyanto
Hascaryo Pramudibyanto
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi pada FHISIP Universitas Terbuka

Indonesia mampu menampilkan hal-hal baru, baru namun bernilai positif, masih bisa ditolerir. Tetapi jika yang baru ini adalah sesuatu yang aneh, tak lazim, dan bahkan seakan menantang regulasi negeri ini, ya jadinya seperti ini: beberapa pria yang mengenakan hijab, lengkap dengan penutup hidung dan mulut atau cadar.

Entah maksudnya apa, yang jelas tampilan model ini mulai disorot dari sisi kepatutan dan estetika. Selain dua hal itu, ulasan ini hanya akan menyoal dari sudut pandang keamanan. Ya memang sisi keamananlah yang masih kita butuhkan. Dengan mengenakan penutup wajah, dan misalnya masih juga ditambah dengan busana serba longgar, kita tak bisa mengenali identitas pria pengguna hijab tersebut, yang banyak disebut sebagai crosshijaber. 

Kita tak bisa dengan mudah memberikan senyum atau salam layaknya sedang bertemu dengan teman karib. Dengan busana yang serba longgar, kita tak bisa mengenali barang bawaan mereka di balik baju longgarnya. Sudah sebegini menakutkankah jika kita bertemu orang atau pria berhijab? Sebagai orang yang sering kedatangan tamu di kantor atau bertemu mahasiswa, saya pun merasakan hal ini.

Ketika di masuk di ruang kerja atau kantor secara keseluruhan, dan saya menemui ada yang masih mengenakan masker karena tamu tersebut baru saja mengendarai sepeda motor, saya pun akan langsung menegur.

Paling tidak, terhadap mahasiswa berhijab tersebut saya bisa menegur dengan sapaan, maaf bisakah maskernya dibuka? Maksud saya hanya simpel saja, supaya saya bisa mengenali tamu yang datang ke meja kerja saya. Tentu dari sisi keamanan, saya merasa yakin bahwa tamu yang datang adalah mereka yang punya niat baik. Bukan yang menimbulkan ketakutan seperti tadi.

Akan tetapi, kita tentu tidak bisa dengan mudah meminta orang lain yang kebetulan berpapasan di jalan, untuk membuka masker penutup hidung dan mulut. Apalagi jika kita tidak begitu yakin terhadap jenis kelamin mereka: perempuan ataulaki-laki karena busananya yang longgar, berhijab, dan mengenakan masker.

Jika benar ternyata perempuan, tentu ia akan merasa tersinggung. Jika patokan kita adalah bentuk dan postur tubuhnya yang kekar, sekarang pun sudah banyak perempuan yang berangkat ke gym untuk mendapatkan bodi kekar.

Sepertinya, agar suasana di lingkungan kita makin nyaman dan tidak diselipi oleh kecurigaan yang tak karuan, perlu ada aturan tegas mengenai maraknya crosshijaber ini. Andai mereka memahami dan tak ingin diusik ketenangannya, sebaiknya tidak perlu mengenakan busana yang demikian ini, jika tidak untuk keperluan yang jelas.

Maksudnya, jika keperluannya adalah untuk ibadah, silakan saja. Namun jika maksudnya adalah untuk menyembunyikan identitas dengan tujuan tertentu, maka pihak keamanan punya kewenangan untuk menjaga situasi aman di lingkungannya.

Secara mudah, tentu sebenarnya mereka pun sudah memahami bahwa ketika seorang pria beribadah (shalat) pun tidak ada kewajiban untuk mengenakan hijab. Dahi pria harus kelihatan ketika shalat.

Begitu juga dengan dua telapak tangannya. Saya yakin bahwa para pria muslim sudah mengetahui hal ini. Jika crosshijaber bermaksud untuk menyempurnakan busana ibadahnya, regulasi atau hadis mana yang dipakai?

Saya potong kompas saja, jika tak ingin dicurigai sebagai pelaku tindak tertentu, sebaiknya tak perlulah berbusana semacam ini. Jika crosshijaber memang sengaja ditujukan untuk semakin menegaskan bahwa pelaku tindak tertentu masih ada di Indonesia, jangan salahkan pihak keamanan kita jika bertindak tegas.

Sebab aturan non agama pun sudah banyak diketahui, meskipun tidak tertulis, bahwa pria lazimnya tidak mengenakan hijab. Silakan ditanyakan pada komunitas masyarakat secara umum. Lazimkah pria mengenakan hijab?

Jika jawabannya adalah lazim, saya akan menanyakan pada komunitas mana Anda menanyakan hal itu. Gampang bukan? Segampang ketika kita bertindak dan berbusana seadanya, selazimnya, dan seperti pada umumnya.

ilustrasi:pixabay

Hascaryo Pramudibyanto
Hascaryo Pramudibyanto
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi pada FHISIP Universitas Terbuka
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.