Senin, April 29, 2024

Ucapan Terima Kasih untuk Kerja Jurnalistik yang Menakjubkan

Limawati Sudono
Limawati Sudono
Bukan nama sebenarnya. Tinggal di Lasem dan nggak punya akun medsos. Sebelumnya menggunakan sketsa "Jane Doe" sebagai foto profil. Atas rekomendasi Dewan Pers, foto tersebut kami hilangkan.

Akhirnya muncul liputan mendalam tentang Livi Zheng, dilakukan secara kolaboratif oleh tim wartawan dari Tirto.id, ditambah Dea Anugrah dari Asumsi.co.

Mereka gigih melacak informasi. Mereka melakukan kerja jurnalistik yang patut dipuji. Mereka manyajikan cerita baru yang terang benderang tentang Livi Zheng—cerita baru yang mestinya membuat malu para pejabat publik yang gampang dibikin mabuk oleh frase “karya anak bangsa menembus Hollywood”; cerita baru yang mestinya juga menyadarkan awak sejumlah besar media massa kita bahwa mereka ada bukan untuk menjalankan fungsi kuda tunggangan bagi narasumber yang ingin menggelembungkan diri.

Barangkali tidak semuanya sengaja menjadikan diri kuda tunggangan, mereka hanya tidak menjalankan prosedur elementer dalam menurunkan berita, ialah memastikan akurasi informasi yang mereka kabarkan kepada publik.

Kita patut berterima kasih kepada Tirto dan Asumsi, yang sudi bekerja keras untuk menjernihkan segala yang remang-remang dan simpang siur tentang Livi. Mereka tidak menyibukkan pikiran untuk mencari tahu siapa sesungguhnya yang telah menulis tentang Livi di Geotimes. Mereka mengarahkan perhatian pada hal yang lebih substansial mengenai subjek yang dibicarakan, sambil menguji apakah artikel-artikel yang ditulis oleh orang dengan nama samaran itu bisa dipercaya.

Dea Anugrah menampilkan karakter Livi begitu hidup di dalam tulisannya, Livi Zheng: Rahasia, Sinema, Kuasa. Membaca tulisan itu saya merasa seolah-olah sedang berhadapan langsung dengan Livi dan menyaksikan ia kebingungan menghadapi pertanyaan-pertanyaan. Livi sepertinya tidak menyiapkan diri untuk percakapan yang lebih rileks dan alami dengan para wartawan. Ia hanya siap menyemburkan apa yang sudah ia hapalkan di dalam kepala. Mungkin ia berbakat menjadi pemain drama monolog (dalam hal ini kita perlu meminta pendapat Butet Kartarejasa), atau bisa juga ia mengadu nasib sebagai stand-up comedian.

Tirto.id melacak sampai jauh, sampai ke seberang lautan, untuk menyajikan informasi tentang Livi dan jejaring yang bekerja menopang kariernya. Informasi tentang kedua orang tuanya ikut dimunculkan justru karena Livi seperti ingin menyembunyikan rapat-rapat siapa mereka. Kenapa mereka harus disembunyikan? Apa yang membuat mereka tidak perlu dimunculkan? Saya yakin inilah yang membangkitkan rasa ingin tahu para wartawan Tirto dan Asumsi.

Maka, kita membaca tulisan utama Tirto tentang Livi, Sisi Gelap Surga Livi Zheng: Koneksi Bisnis Bapaknya di Kemayoran, yang membangkitkan ingatan orang pada kasus Kemayoran. Itu kasus besar, yang melibatkan beberapa nama penting. Tak berhenti di situ, ia juga membawa kita menyusuri perusahaan-perusahaan cangkang (shell corporation) di British Virgin Island tempat orang tuanya memarkir—atau menyembunyikan?—kekayaan mereka.

Di website hukumonline.com, ada artikel berjudul Sisi ‘Gelap’ Kiprah Perusahaan Cangkang (apa boleh buat, juruwarta kita suka sekali dengan sisi gelap) yang menjelaskan kepada kita apa itu perusahaan cangkang dan untuk apa ia ada. Niat buruk perusahaan cangkang bisa kita baca dalam kutipan berikut:

“Perusahaan cangkang atau special purpose vehicle (SPV) kerap berhubungan dengan kegiatan bisnis yang potensial melanggar hukum, seperti penghindaran pajak, pencucian uang (money laundering) hingga penyembunyian/penyamaran dana hasil tindak pidana, seperti korupsi, narkotik dan bisnis ilegal lainnya. Para pelaku sengaja mendirikan perusahaan cangkang hanya untuk menutupi tindak kejahatannya tersebut.”

Saya tidak berpikir bahwa cerita tentang Livi Zheng sudah berakhir setelah munculnya liputan Tirto.id dan tulisan Dea Anugrah di Asumsi.co. Mungkin ia justru baru dimulai, tetapi dalam situasi yang lebih terang, dengan pemahaman yang lebih baik. Dan ketika cerita sudah menjadi lebih terang, tentu saja tidak diperlukan lagi orang yang menulis dengan nama samaran. Karena itu, inilah tulisan terakhir saya—hanya tulisan pendek untuk menyampaikan terima kasih kepada para wartawan yang sudah melakukan kerja jurnalistik menakjubkan.

Limawati Sudono
Limawati Sudono
Bukan nama sebenarnya. Tinggal di Lasem dan nggak punya akun medsos. Sebelumnya menggunakan sketsa "Jane Doe" sebagai foto profil. Atas rekomendasi Dewan Pers, foto tersebut kami hilangkan.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.