Jumat, Maret 29, 2024

Tangkal Narasi Sesat Islamofobia di Indonesia

Abidin Ghozali
Abidin Ghozali
Pembelajar Seumur Hidup Merindukan Indramayu Beradab.

Ada pengajian rutin Kementerian BUMN, Penyelenggaraan Bimbingan Rohani dan Mental (Binrohtal) sebuah konsep pengajian dilakukan di Kepolisian di setiap  tingkatan. Benar apa yang dikatakan Mahfud MD MenkoPolhukam R.I. beberapa hari yang lalu saat mengisi acara kajian rutin “ba’da dzuhur” di Bank Indonesia menjadi salah satu bukti juga bahwa di Indonesia tidak ada Islamofobia oleh negara.

Kejadian serangan seorang pria bersenjata memasuki dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 51 korban dan melukai 40 lainya. Melatar belakangi resolusi yang diperkenalkan di Pakistan melalui Organisasi Kerja sama Islam (OKI), dan ditetapkan oleh  Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa 15 Maret, mengadopsi sebuah resolusi yang menyatakan sebagai Hari Internasional untuk perangi Islamofobia.

Resolusi PBB sebenarnya saat ini lebih terkait dengan fenomena sikap rasis di dunia olahraga yang ditunjukan oleh orang non-Muslim kepada pemain sepak bola Muslim, seperti tindakan rasis dari salah satu fans The Hammers terhadap pemain Liverpool, Mohammed Salah. Aksi rasisme dialami pesepakbola Muslim Moussa Marega striker Porto itu keluar lapangan setelah terdengar kata-kata rasis agama. Lebih lagi ada salah satu kelompok suporter sepak bola paling rasis serta sangat anti muslim terbesar di dunia La Familia.

Akan tetapi, di Indonesia sekelompok kecil tokoh, ulama, dan aktivis lintas ormas Islam melakukan penyebaran opini atau tudingan yang tak berdasar kepada pemerintah yang sah mengaitkan resolusi PBB itu dengan banyaknya Islamofobia di Indonesia.

Serampangan mengatakan nyata adanya Islamofobia, mencontohkan diskriminasi hukum yang menimpa sejumlah umat Islam, mengaitkan dengan populasi kian berkembang di barat yang ketakutan sehingga muncul gerakan anti Islam. Tudingan itu di tepis Imam Besar Istiqlal fenomena Islamofobia tidak ada di Republik Indonesia. Negara tidak membuat kebijakan fobia kepada kelompok nama pun.

Hanya omong kosong dan bertentangan dengan fakta jika dikaitkan di Indonesia ada kebijakan pemerintah yang fobia terhadap Islam [Mahfud MD]. Bahkan, Polri pernah copot Kapolres gara-gara bubarkan pengajian. Justru yang ada di Mabes Polri sering mengundang penceramah kondang semisal Buya Syakur, Dr. Arrazy. H. Zulka dari Sewon pernah hadir pengajian rutin bagi pejabat, karyawan, dan anggota TNI/POLRI. Aparatur sipil negara bangga dengan Islam.

Fasilitas negara di hampir semua kementerian dan lembaga terdapat Masjid dan Musholah, di berbagai tingkat pendidikan ada pendidikan agama. Pemerintah membuat UU pesantren dengan penyediaan dananya yang besar. Di mana Islamofobia?

Abidin Ghozali
Abidin Ghozali
Pembelajar Seumur Hidup Merindukan Indramayu Beradab.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.