Bertahun-tahun hidup berkantor di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta, dan bertetangga dengan STM Penerbangan yang hobi tawuran dengan STM Grafika, SMA Bulungan, dan beberapa sekolah lain membuat saya sangat mengenal bagaimana strategi tawuran anak-anak STM ini.
STM punya cara bertarung dan tawuran yang khas, yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Metode tawuran ini saya kenal karena saya sering menonton mereka tawuran yang biasaya persis di sekitar Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Tirtayasa, dan sekitarnya, di depan dan samping kantor kami.
Mereka bahkan punya grup-grup tempur yang mereka beri nama khusus, seperti bagian serangan, logistik, dan lain-lain.
1. Biasanya yang paling depan adalah grup penantang. Mereka ini biasanya sangat keras kalau berteriak, paling kencang larinya, dan juga paling kotor kalau memaki. Ciri khasnya adalah kalau berlari tidak pernah lurus, selalu zig-zag menghindari lemparan batu.
2. Grup kedua di belakangnya adalah para pelempar batu. Grup ini biasanya juga terdiri dari anak-anak kelas termuda yang dididik buat berani maju tawuran. Grup ini biasanya yang paling cepat juga kaburnya kalau ada polisi.
3. Grp senior biasanya ada di lapis ketiga. Mereka ini bukan bersenjata batu, tapi bisa gir dan rantai, celurit (biasanya di tas dan baru dikeluarkan kalau terpaksa), kayu dan balok, juga roti kalung. Ini grup inti dan pasukan berani mati di dalam pasukan STM. Biasanya anak-anak minimal kelas 2 STM yang sudah terbukti kenekatannya.
4. Grup terakhir adalah grup logistik. Mereka ini pemasok batu, air, dan juga yang selalu berteriak menyemangati grup di depannya.
Di mana para murid STM yang cewek? Mereka biasanya ada di grup paling belakang sebagai pendukung, tapi juga pernah beberapa kali saya lihat sebagai pelempar dan pembawa balok kayu.
Satu sekolah STM bahkan punya grup-grup tukang lempar dan grup inti yang tidak hanya satu. Mereka punya beberapa yang bisa saling bergantian bila ada grup yang kecapekan.
Dan strategi tawuran dari anak-anak ini, selain berlari maju mundur, juga berlari berkelok dan zigzag. Lemparan batunya sendiri biasanya tidak dilempar dalam bentuk lurus, tetapi berbentuk parabola ke atas dan turun ke bawah, sehingga efeknya kalau kena kepala akan lebih fatal.
Berbeda kalau dalam grup, kalau sendirian anak-anak STM ini adalah anak yang ramah dan baik.
Melihat demo kemarin di depan DPR, itu adalah cara tawuran khas STM yang sekarang dipakai buat demo. Bagi saya, ini sangat menarik, karena akan menambah khasanah keceriaan demokrasi di Indonesia.
Dan karena ada grup-grup yang saling mendukung ini, mereka bisa bergantian istirahat, sehingga bisa tawuran atau demo selama berjam-jam. Saya pernah menonton tawuran selama 3 jam nonstop, yang bahkan saya tonton sambil makan sate. Mereka sendiri bisa saling menonton temannya yang tawuran dan memberi komando dari samping, selain juga berteriak-teriak mengejek musuhnya. Tapi pernah saya lihat juga mereka ini menonton tawuran bisa sambil duduk-duduk dan merokok.
Makanya, dibanding mahasiswa, anak-anak STM ini jauh lebih berpengalaman dan terorganisasi tawuran di lapangan. Selain itu, mereka sangat militan per sekolah dan sebagai suporter sepak bola.
Dan kalau anak-anak STM yang kemudian akhirnya turun jadi demonstran, alamat pasukan pengamanan harus bekerja ekstrakeras. Yang mungkin bisa mengalahkan mereka di lapangan adalah emak-emaknya sendiri.
Jakarta pagi, 26-09-2019
Baca juga
Antara Polisi, Marinir, dan Mahasiswa
Hidup Mahasiswa, Hidup Aksi Massa!