Minggu, Oktober 6, 2024

Prabowo Menhan Terlembek dalam Sejarah RI

Kajitow Elkayeni
Kajitow Elkayeni
Novelis, esais

Di zaman Menteri Susi Pudjiastuti, nelayan asing terkaing-kaing. Mereka yang mencoba mencuri ikan, bergidik ketakutan. Emak perkasa, putri laut, seorang patriot, yang senantiasa menjaga warisan leluhur.

Pencuri ikan yang sudah tertangkap di zaman Susi merasa kapok. Suap-menyuap tidak berlaku lagi. Mereka benar-benar menderita di dalam penjara.

Sudah begitu, kapal mereka ditenggelamkan. Hasil ikan curian dilelang murah. Susi adalah dewi samudera yang menakutkan. Seperti Dewi Kali yang perkasa.

Siapapun yang mencoba meberobos batas negara Indonesia, mesti berpikir ulang. Amarah Susi sudah terbayang di pelupuk mata. Jauh sebelum mereka mengangkat sauhnya.

Tetapi zaman berubah. Musim berganti. Menteri kelautan kita, Edhy Prabowo tak berdaya. Penenggelaman kapal jadi isu basi. Suap-menyuap sudah tak terawasi. Saat itulah pencuri ikan mulai coba-coba menyatroni.

Kenapa kapal pencuri ikan tidak ditenggelamkan? Karena bisa dilelang. Siapa yang membeli barang lelangan? Ya yang punya kapal, lewat oknum. Nelayan kecil hanya nama yang dijadikan alasan.

Saya pikir itu cukup jadi nasib sial bangsa ini. Tapi apesnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Menteri pertahanan kita kini, Prabowo Subianto ternyata sama lembeknya.

Jangan membayangkan eks tentara yang garang. Sosok yang tampil di depan publik kali ini mbois. Malu-malu kucing. Sebatas politikus tua yang gagap bersikap.

Komentar pertama yang keluar dari mulutnya, “Cina adalah sahabat.” Itu meluncur di tengah krisis harga diri. Saat kehormatan diinjak negara lain. Dan khalayak yang geram berharap ada ketegasan.

Orang-orang mungkin lupa, Prabowo baru saja berkunjung ke China. Ada kesepakatan bisnis yang menggiurkan. Kita tidak pernah tahu below the line-nya. Tapi jelas ada bau amis di sana.

China adalah negara super power berikutnya, sesudah era Amerika. Laut merupakan salah satu cara menampilkan hegemoni mereka di mata dunia. Selain politik sungai Mekong, yang membuat negara di sepanjang aliran sungai itu tak berdaya.

Dengan laut dan kisah fiksi “Sembilan garis putus” China mencoba show of force. Sebagaimana sejarah Tiongkok-Mongol di masa lalu, saat menghukum raja Singasari, Kertanegara. Raja yang telah memotong telinga utusan mereka.

Alasannya menangkap ikan. Tapi itu tidak logis. Laut seluas itu masih cukup bagi mereka. Tak perlu melaut jauh sampai Natuna.

Tujuan dari melautnya nelayan China itu, adalah untuk mencaplok wilayah laut Natuna. Kali ini uji coba. Jika itu dibiarkan, esok hari akan ada ribuan kapal yang melakukan hal sama.

Hegemoni ini mestinya dilawan. Silakan jadi negara super power. Tapi jangan injak kedaulatan Indonesia. Ingatkan mereka pada sejarah, bahwa upaya menjajah Nusantara itu pernah digagalkan Sanggarama Wijaya, keponakan Kertanegara.

Pasukan Tiongkok-Mongol dihancur-leburkan. Sisanya lari terbirit-birit pulang ke tanah kelahirannya. Dan sesudah itu, kejayaan Majapahit membuat Negeri Tirai Bambu gentar.

Tetapi Prabowo bukan Sanggrama Wijaya. Ia lebih mirip Jayanegara alias Kalagemet. Seorang pemimpin yang lembek. Yang hanya bisa mematut diri di depan cermin. Membayangkan dirinya gagah dan flamboyan.

Oleh sebab itu ia disingkirkan Gajahmada. Dengan membiarkan seorang tabib bernama Ra Tanca yang menghujamkan belati ke ulu hatinya.

Komentar kedua Prabowo lebih payah lagi. Ia mengatakan, “Kita cool saja…” seolah-olah ini hanya soal tetangga sedang mampir minum kopi di teras rumah. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Semua woles. Cool.

Ini tentu ujian yang berat bagi kita. Karena selembek apapun Prabowo, posisinya sangat kuat di samping Jokowi. Mau jungkir balik sekalipun, ada Luhut yang akan selalu membelanya.

Orang yang dijuluki the real president ini, mempunyai kewenangan seluas samudera. Dari hulu ke hilir. Dari soal remeh-temeh, sampai gawat-darurat. Dari soal sampah, sampai pertahanan-keamanan.

Maka tak heran, orang ini juga yang membela Anies Baswedan. Dengan segala kekonyolan gubernur, yang kata Google paling bodoh itu. Barangkali ia menganggap kata-katanya bertuah. Semua orang ketakutan jika ia sampai bersuara.

Karena selama ini memang tak ada yang mampu menggoyahkannya. Tak terkecuali Mak Banteng. Bisnisman sukses ini memegang kendali penuh. The one and only.

Oleh sebab itu, Prabowo akan tetap duduk manis lima tahun lamanya. Bahkan jika Natuna dicaplok China sekalipun, Prabowo akan baik-baik saja.

Kata-kata yang terlepas dari mulut Prabowo itu buru-buru dikejar Dahnil Simanjutak. Seorang komendan yang dulu bikin heboh saat naik kuda kurus.

Sekarang ia adalah jubir. Ahli silat lidah Prabowo. Orang pertama dalam sejarah yang punya jabatan demikian di Kemenhan. Dengan keahliannya itu, ia menyulap kata-kata tadi jadi seheroik mungkin.

Tetapi, yang terlontar secara spontan itu adalah cerminan diri Prabowo sebenarnya. Kejujuran yang pahit. Kata-kata yang mencerminkan kelembekan dirinya.

Membayangkan laut yang mulai dikangkangi pencuri ikan, kita ingat seorang Susi. Orang baik ini disingkirkan, karena ia tak menyenangkan bagi Luhut, JK, dan mafia maritim.

Maka sudah lengkap nasib sialmu wahai jelata Indonesia. Pengganti Susi adalah menteri tak bermutu dalam kabinet Jokowi. Selain itu, ada bonus Prabowo Subianto, Menhan terlembek dalam sejarah RI.

“Tapi yang milih mereka kan presiden?”

“Hush, jangan berisik. Slekethep! Kamu gak dapat jatah ya!?”

Sekian.

Kajitow Elkayeni
Kajitow Elkayeni
Novelis, esais
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.