Polemik hilangnya nama sang tokoh pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari dari kamus sejarah Indonesia menuai banyak kritikan dari berbagai pihak, khususnya warga Nahdliyyin.
Tudingan-tudingan pun dilontarkan kepada Kemendikbud yang dianggap melakukan penghapusan sejarah. Padahal yang kita semua tahu tentang bagaimana perjuangan serta kontribusi yang diberikan oleh KH. Hasyim Asy’ari begitu besar terhadap bangsa ini.
Anehnya lagi, sampul pada buku tersebut terdapat gambar beliau KH. Hasyim Asy’ari, namun isinya tidak ada penjelasan mengenai beliau. Selain itu, nama Abu Bakar Ba’asyir yang ditahan oleh negara justru ada.
Tentunya hal ini semakin menambah geram masyarakat. sejumlah nama tokoh asing seperti Gubernur Belanda HJ Van Mook, tentara dan intelijen Jepang Harada Kumaichi yang dimasukkan dalam kamus sejarah. Nama tokoh komunis pertama di Asia, Henk Sneevliet, ia sebut juga ada dalam kamus.
Menyikapi hal tersebut lantas bagaimana respon dari kemendikbud?
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menyatakan bahwa kamus tersebut belum terbit secara resmi dan dokumen tersebut masih berupa draf yang masih perlu disempurnakan.
Terlebih lagi, naskah itu juga bukan disusun semasa kepemimpinan Mendikbud Nadiem Makarim. Naskah tersebut disusun pada tahun 2017, yakni saat Kemendikbud dipimpin oleh Muhadjir Effendy.
Ia juga menekankan, keterlibatan publik menjadi faktor penting bagi segenap unsur di lingkungan Kemendikbud. Ia berdalih Kemendikbud selalu berefleksi pada sejarah bangsa dan tokoh-tokoh yang ikut membangun Indonesia, termasuk Hadratus Syech Hasyim Asy’ari.
Sebelumnya, Komisi X DPR memandang Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kemendikbud layak untuk ditarik dari peredaran. Buku yang dijadikan salah satu rujukan pengajaran mata pelajaran sejarah itu dianggap banyak mengandung kejanggalan.