Rabu, Desember 4, 2024

Menjegal Ganjar dengan Cara Memalukan

Kajitow Elkayeni
Kajitow Elkayeni
Novelis, esais
- Advertisement -

Belum lama ini, Ganjar dipermalukan. Bantuan yang dia berikan dikembalikan. Sebenarnya bukan kemauan orang itu mengembalikan bantuan tersebut. Tapi ada tekanan dari orang atas. Manusia jahat yang tega hati menghalangi rezeki orang kecil.

Orang yang diberi bantuan itu bernama Fajar Nugroho. Ia adalah kader PDIP yang tinggal di rumah reot. Narasi yang keluar dari mulut Fajar tidak alamiah. Ada kesan settingan. Katanya, ia tidak ingin kemiskinannya dijadikan pencitraan.

Hal ini berbeda dengan sikapnya ketika Ganjar datang ke rumahnya. Wajahnya terlihat cerah. Dan ia dengan penuh bangga menerima kebaikan Ganjar.

Ketika masuk rumah reot milik Fajar itu terlihat sorot keprihatinan yang mendalam di mata Ganjar. Fajar adalah seorang kader PDIP yang hidup sangat sederhana. Ganjar mungkin pernah mengalami terusir dari rumah kontrakannya sewaktu kecil. Namun kondisi rumah Fajar jelas lebih memprihatinkan.

Ganjar duduk di kursi plastik kusam. Ia melihat langit-langit rumah yang berlubang dan penuh sarang laba-laba. Di situlah terlihat raut wajah Ganjar yang sedih. Meski ia berusaha menutupinya dengan mengajak bercanda yang punya rumah.

Ganjar berusaha membesarkan hati Fajar dan adiknya. Yaitu dengan membicarakan seragam loreng satgas PDIP. Ia ingin menunjukkan, bahwa Fajar dan adiknya memiliki kebanggaan. Menjadi bagian dari partai terbesar di tanah air.

Ini adalah watak pemimpin. Ia melihat potensi orang yang ada di bawahnya. Membuatnya bangga. Ia juga melihat kekurangan orang itu. Dan berusaha mencarikan jalan keluar saat itu juga.

Seperti kunjungannya yang lain, Ganjar sering memberikan hadiah pada orang yang ia kunjungi. Ada sembako, mainan, bahkan handphone. Begitu juga dengaan Fajar dan keluarganya. Ganjar datang bukan dengan tangan hampa.

Saat menerima hadiah itu wajah gembira Fajar dan keluarganya terlihat jelas. Sorot mata Suliyah, istri Fajar, dipenuhi kegembiraan yang tak terlukiskan. Ketika mempersilahkan Ganjar masuk, badannya sedikit membungkuk dengan gestur bahagia.

Begitu juga dengan Fajar dan anak-anak yang memandang Ganjar dengan takjub. Ini bukan mimpi. Tapi kenyataan yang sulit terjadi tanpa keajaiban. Barangkali begitu makna tatapan mata itu.

- Advertisement -

Apalagi ketika hendak pergi, Ganjar seperti teringat sesuatu. Ia berhenti sejenak dan berkata, “Saya itu punya peralatan bengkel dan cuci motor. Njenengan mau nggak usaha bengkel dan cuci motor?”

Sontak saja Fajar dan keluarganya terkejut. Mereka tidak menyangka Ganjar akan memikirkan kehidupan mereka lebih jauh. Padahal kesanggupan Ganjar untuk merenovasi rumah Fajar dengan uang pribadinya itu sebenarnya sudah lebih dari cukup.

Tapi lebih dari itu, Ganjar juga memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Untuk itulah Fajar dan keluarganya mengucapkan terima kasih. Berkali-kali mengucapkan terima kasih. Saat itulah mereka menjadi orang paling bahagia di kampungnya.

Namun ke bahagiaan itu bertanggsung cepat. Agaknya ada elite partai tidak berkenan jika Fajar menerima bantuan Ganjar itu. Sebagai bawahan, Fajar akhirnya menurut. Ia mengembalikan bantuan itu ke kelurahan.

Saya membayangkan kesedihan yang dialami Fajar. Terutama anak perempuannya yang sedang bahagia menerima handphone dari Ganjar. Ia bisa menggunakan handphone itu untuk sekolah.

Bagi anak itu, handphone pemberian Ganjar bahkan lebih dari sekadar alat komunikasi. Itu adalah kebanggaan seumur hidup baginya. Tapi kini semua itu direnggut dari tangannya.

Dengan segenap keterbatasanya, Fajar terpaksa melaksanakan perintah, untuk membuat kecewa tokoh yang sebenarnya diidolakannya. Tapi Fajar hanya orang kecil yang jadi tumbal kepentingan elite partai. Mereka yang tidak senang dengan sosok Ganjar dan terus berusaha menjegalnya.

Menurut Sutikno, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Temanggung, pengembalian bantuan itu terjadi karena ada pengurus partai yang tersinggung. Kemudian memerintahkan Fajar mengembalikan bantuan itu kepada Ganjar Pranowo.

Ini memang kejadian yang memalukan. Para pendengki itu menghalalkan segala cara untuk menghalangi Ganjar. Termasuk dengan merekayasa dan memanfaatkan orang kecil.

Oleh sebab itulah Ketua DPC PDI Perjuangan Solo FX Hadi Rudyatmo ngamuk, “Dia (Ganjar) membantu sebagai Gubernur membantu rakyatnya, jadi kalau sampai ada yang menghalang-halangi seperti itu, DPD menekan DPC, DPC menekan pada yang dibantu, Tuhan itu tidak tidur.”

Jika benar yang disebut Rudy, maka apa yang dilakukan oleh elite PDIP terhadap Ganjar itu memalukan. Saya menduga mungkin mereka loyalis Puan. Apalagi kalau membaca komentar Bambang Pacul yang terkesan membenarkan tindakan Fajar itu.

Dengan gayanya yang wagu Bambang Pacul berkelit. Tapi mudah terbaca karena dangkal.

Saya tidak mengerti kenapa mereka membenci Ganjar begitu dalam. Padahal Ganjar adalah kader asli PDIP. Bukan kutu loncat. Ganjar itu, pejah-gesang nderek Bu Mega. Dia juga selalu mengalah dan sabar ketika dizalimi orang-orang separtainya.

Namun orang-orang ini seperti tidak ada puasnya menyakiti Ganjar. Mereka selalu mencari celah untuk mempermalukannya. Meskipun dengan cara yang norak dan kampungan. Mereka ingin mencoreng nama Ganjar, termasuk dengan mengorbankan orang kecil seperti Fajar.

Tapi benar kata FX Rudyatmo, Tuhan itu tidak tidur. Kesabaran dan sikap mengalah akan berbuah kebaikan. Tetap sabar dan teruslah berbuat baik Pak Ganjar. Semesta mendukungmu.

Becik ketitik, olo raine Bam… Eh, maksud saya, olo ketoro. Kebaikan akan kelihatan, kejahatan akan ketahuan.

Kajitow Elkayeni
Kajitow Elkayeni
Novelis, esais
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.