Kita pasti pernah tidak suka pada seseorang karena alasan tertentu. Tidak jarang juga, perasaan tidak suka yang semakin menumpuk akan berubah menjadi perasaan benci hingga menutupi seluruh hati kita.
Saking bencinya terhadap seseorang, kita justru mengungkapkan kebencian tersebut sampai terang-terangan menghina orang itu. Namun, perlukan kita sejauh itu jika harus membenci seseorang? Apakah berfaedah jika kita membenci seseorang sampai menghinanya? Inilah yang akan penulis bahas.
Di zaman yang serba modern ini, dimana berita dan konten mudah sekali kita akses lewat televisi maupun internet, secara otomatis kita mengenal seorang figur publik yang namanya sering digaungkan di media massa. Entah itu selebriti, politikus, atlet, dan lain sebagainya. Kehadiran figur publik ini tidak jarang menimbulkan perasaan suka maupun benci. Sebagai contohnya, disini penulis akan membahas tentang politikus yang perannya sangat besar di dunia politik.
Menjadi politikus terdapat suka dan duka tersendiri. Entah kinerja yang dilakukan bagus atau tidak, pasti ada saja orang-orang yang memujinya maupun menghujatnya. Tidak jarang juga seorang pembenci membuat tuduhan yang tidak benar sehingga menimbulkan polemik bahkan menjadi berita besar. Lantas, apakah suatu kebencian harus dipertahankan jika perasan tersebut sudah tidak tertahankan hingga melampiaskannya dalam bentuk tuduhan?
Menurut pandangan penulis sendiri, tidak ada gunanya membenci orang secara berlebihan, terlebih lagi kita tidak mengenalnya secara langsung. Merasa tidak suka boleh-boleh saja, asalkan kita mampu memposisikan diri kita dan tidak menyuarakan kebencian tersebut secara berlebih hingga membuat tuduhan yang tidak mendasar.
Sebagai contoh, penulis sendiri tidak menyukai beberapa politikus yang ada di Indonesia, dan salah satunya merupakan sosok yang sangat berpengaruh di negeri ini. Secara pribadi, penulis tidak menyukai sosok politikus tersebut karena beliau memiliki kinerja yang kurang untuk memajukan bangsa. Penulis juga berharap beliau dapat memiliki ketegasan dalam menjalankan tugasnya, dan setidaknya lebih mematangkan wawasan berpolitiknya agar dapat mengetahui solusi atas permasalahan negara.
Bagaimanapun juga, meskipun penulis tidak menyukai politikus tersebut, penulis tidak membencinya secara berlebihan apalagi sampai ikut menyebarkan berita bohong tentang beliau. Apabila beliau sukses menjalankan programnya, tentu penulis akan mengakui prestasi dan kesuksesannya itu tanpa harus menutup-nutupinya.
Jadi bagi penulis, kita sebagai manusia setidaknya harus bersikap realistis dan berpikiran terbuka. Bersikap realistis terhadap apa yang politikus itu lakukan, dan berpikiran terbuka terhadap prestasi yang ia toreh. Jadi, janganlah hati dan pikiran kita sampai membutakan kebencian, namun jadikanlah hati dan pikiran kita sebagai sarana untuk menerima kenyataan terhadap segala sesuatu, meskipun mungkin kita tidak menyukainya.