Jumat, April 26, 2024

Menakar Pasca Normalisasi Hubungan Diplomatik UEA-Israel

Firmanda Taufiq
Firmanda Taufiq
Peneliti Islamic Studies, Pemerhati Dunia Islam dan Timur Tengah. Alumni S2 Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kali pertama dalam sejarah konstelasi politik Timur Tengah, salah satu negara kawasan Timur Tengah melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Uni Emirat Arab (UEA) adalah negara yang melakukan tindakan tersebut.

Normalisasi kedua negara difasilitasi oleh Amerika Serikat. Tentu dalam hal ini, AS berusaha membela Israel sebagai “tangan kanan”-nya di Timur Tengah. Peristiwa tersebut tentu memiliki dampak yang signifikan bagi perubahan dan kondisi geopolitik Timur Tengah.

Israel berusaha memperbaiki hubungan dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Usaha itu pun menemukan momentumnya. Uni Emirat Arab (UEA) sebagai salah satu negara Teluk yang kaya akan minyak.

Akhirnya menerima normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Melalui Putra Mahkota Sheikh Mohamed Bin Zayed Al-Nahyan, UEA siap melakukan normalisasi hubungan diplomatik tersebut. Tentu hal ini membuat Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, senang dan gembira atas kesepakatan penting ini. Kedepan akan banyak kerjasama di berbagai bidang yang mampu dibangun antar kedua negara.

Pasca normalisasi hubungan diplomatik UEA-Israel, Palestina merasa telah dikhianati oleh UEA. Sebab perjuangannya selama ini dinilai sia-sia. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan bahwa perdamaian di kawasan tidak akan dicapai dengan cara “melangkahi” Palestina menuju normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel. Kondisi ini tentu membuat Palestina berang dan merasa telah dilangkahi oleh UEA.

Pihak pemerintah AS melalui Menteri Luar Negeri, yakni Mike Pompeo, berinisiatif melakukan lawatan ke negara-negara Timur Tengah untuk melakukan hal yang sama seperti UEA untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Kondisi ini menjadi salah satu kebijakan luar negeri AS untuk mendapatkan simpati dan dukungan negara-negara Timur Tengah. Selain itu, Israel merupakan sahabat dekat AS di kawasan dan satu-satunya negara yang bisa meloloskan segala kebijakan AS di Timur Tengah.

Berdasarkan pengamatan penulis, Israel dan AS akan berusaha menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab lainnya. Beberapa negara-negara yang menjadi tujuan lawatannya, yakni Bahrain, Sudan, Arab Saudi, dan beberapa negara lainnya. Situasi ini akan membuat konstelasi geopolitik Timur Tengah akan berubah.

Persoalan yang mengemuka bahwa tindakan normalisasi hubungan diplomatik Israel dengan negara-negara Arab menjadi sinyal untuk memojokkan Palestina sebagai negara yang telah berjuang mendapatkan haknya atas Israel. Meski ada pilihan dan perhitungan ekonomi yang bakal didapat atas normalisasi hubungan diplomatik tersebut.

Masa Depan Geopolitik Timur Tengah Pasca Normalisasi UEA-Israel

Normalisasi hubungan diplomatik antara UEA-Israel adalah “keputusan” penting ditengah prahara konflik Israel-Palestina. Apalagi kini Palestina merasa dipecundangi oleh Israel, karena akhirnya Israel mampu menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan UEA. Pasca normalisasi kedua negara tersebut akan berdampak pada konstelasi geopolitik Timur Tengah.

Melihat hal ini, dapat diketahui mana negara yang pro dan simpati dengan Palestina ataupun Israel. Meski dari beberapa usulan dan usaha Israel untuk melakukan normalisasi dengan negara-negara Arab, baru UEA yang mengiyakan proposal normalisasi tersebut. Sementara negara-negara lain, termasuk Arab Saudi tidak mau mengikuti langkah UEA untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik.

Bagi Arab Saudi, jika negaranya membuka hubungan diplomatik dengan Israel, maka jalur lalu lintas udara akan dibuka selebar-lebarnya bagi Israel untuk kerjasama, terutama dalam sektor pariwisata.

Poin penting yang menjadi misi AS, melalui Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, melakukan lawatan ke negara-negara Timur Tengah adalah Iran, yang dinilai sebagai satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah yang menjadi musuh dan ancaman bagi AS dan Israel. Pompeo juga akan membahas sejumlah masalah keamanan regional.

AS masih khawatir dengan Iran yang membuat hubungan AS-Israel dengan negara-negara Timur Tengah runyam. Tidak hanya itu, beberapa tindakan Iran yang kontra dengan AS dan Israel juga menjadi salah satu alasan mengapa AS harus siap siaga mengatasi berbagai hal yang dimungkinkan mengancam stabilitas keamanan AS.

Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab-Israel, Mungkinkah?

Jika normalisasi hubungan diplomatik antara UEA-Israel berjalan sukses. Tentu ini akan berdampak bagi negara-negara Arab lainnya untuk mengikuti jejak UEA. Meski ada berbagai perhitungan yang mesti dikalkulasi dengan matang. Jika tidak, maka akan menjadi bumerang bagi negara-negara yang melakukan normalisasi tersebut.

Selain itu, usaha Israel untuk melakukan perbaikan dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah lainnya adalah tak lain untuk mendapatkan dukungan dan mempermudah kerjasama di berbagai sektor. Hal tersebut menjadi keuntungan bagi Israel dan merugikan Palestina.

Meski atas normalisasi hubungan diplomatik ini, pihak UEA melalui Putra Mahkota dan Wakil Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata Abu Dhabi, Sheikh Mohamed bin Zayed, tindakan normalisasi hubungan dengan Israel untuk menghentikan aneksasi lebih lanjut Israel terhadap wilayah Palestina. Uni Emirat Arab juga tetap fokus pada penyelesaian yang diatur dalam rencana perdamaian Arab tentang solusi dua negara dengan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina.

Sementara pemerintah Palestina melalui Presiden Mahmoud Abbas terus mendesak pemerintahan negara-negara Arab untuk tidak melakukan normalisasi hubungan dengan Israel hingga perjanjian damai ada dan Palestina sebagai negara merdeka tercapai. Kondisi ini akan berdampak bagi usaha dan perjuangan yang telah dilakukan oleh Palestina selama ini untuk mendapatkan haknya sebagai negara yang berdaulat. Tanpa adanya intervensi dan tindakan penjajahan dari negara lain.

Normalisasi antara Israel-UEA dapat mengubah peta pertarungan geopolitik di Timur Tengah, yakni poros UEA melawan poros Iran dan poros Turki. Normalisasi hubungan diplomatik Israel-UEA tentu sangat memperkuat posisi poros UEA yang didukung oleh Mesir, Arab Saudi, dan Bahrain melawan poros Iran dan poros Turki.

Bagi Iran dan Turki, kesepakatan damai kedua negara tersebut menjadi ancaman bagi mereka. Atas tindakan normalisasi tersebut, para pemimpin Iran, seperti Pemimpin Spiritual Iran Ali Khamenei, Presiden Iran Hassan Rouhani, dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, sangat mengutuk hubungan resmi antara Israel dan UEA tersebut.

Salah satu poin penting dalam normalisasi hubungan diplomatik Israel-UEA adalah meningkatkan kerja sama militer dan intelijen di Laut Merah. Berdasarkan atas dokumen yang dikeluarkan dinas intelijen Israel, kerja sama militer dan keamanan merupakan prioritas dalam hubungan resmi Israel-UEA. Hal ini tentu berdampak bagi Turki, yang selama ini melakukan kerjasama dengan Libya di Laut Tengah.

Proyek yang bakal dilakukan oleh UEA-Israel. Tentu hal tersebut bakal menyaingi proyek pembangunan pipa di bawah laut Tengah yang akan dibangun Turki-Libya untuk mengalirkan gas dari Libya ke Eropa. Maka, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sangat mengecam keras hubungan resmi Israel-UEA itu. Erdogan bahkan mengancam akan memutus hubungan diplomatik Turki-UEA.

Firmanda Taufiq
Firmanda Taufiq
Peneliti Islamic Studies, Pemerhati Dunia Islam dan Timur Tengah. Alumni S2 Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.