Rusuhnya Papua kemarin membuat beberapa pihak mendadak melonjak senang. Pihak ini, sebut saja kadal gurun. Mereka adalah kelompok agamis yang sudah mengkavling surga bahkan sejak di dunia.
Beberapa teman membuat analisa tentang peran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) dalam kerusuhan Papua itu.
Saya bilang itu bukan mereka. Mereka sama sekali tidak sepintar itu. Kerusuhan Papua yang berawal dari Manokwari dan berakhir dengan bakar-bakar gedung di Jayapura itu adalah operasi intelijen tingkat tinggi.
Operasi seperti ini hanya bisa dilakukan oleh badan intelijen dunia yang sudah lama mempelajari akar konflik di Papua dengan dana yang juga tidak kira-kira.
Nah, HTI, FPI, dan keluarga spesies kadal gurun, adalah penunggang saja di kerusuhan di Papua. Mereka senang ketika Papua rusuh, lalu referendum, bahkan kalau bisa Papua sampai lepas dari Indonesia.
Agenda mereka jika Papua referendum saja, maka mereka akan demo besar-besaran menuntut Jokowi turun dari kursi Presiden. Kalau perlu buat titik-titik rusuh di beberapa tempat supaya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan sekarang menurun.
Karena itulah dengan senang hati mereka membela Papua supaya menuntut referendum, bahkan mendorong-dorongnya. Kadal gurun butuh momentum untuk melakukan aksi demo karena sudah beberapa bulan ini mereka tidak ada pendapatan sebab suasana tenang.
Salah satu bentuk penunggangan mereka adalah dengan menuntut “bubarkan Banser”. Tuntutan ini berawal dari beberapa orang di Indonesia yang pengin mengumpulkan informasi apa tuntutan warga Papua. Eh, yang ditemui malah ustaz HTI yang bernama Fadlan Gemetaran.
Ya, disisipkanlah tuntutan bubarkan Banser, mumpung ada momen bagus.
Sampai sekarang, di media sosial, merekalah yang aktif berteriak, “Mana Jokowi? Mana Banser?” seolah-olah mereka peduli. Mereka juga yang dengan munafik menyebarkan tagar #WeLovePapua, padahal niatnya hanya ingin menghembuskan fitnah belaka.
Kadal gurun ini memang antik. Spesies mereka yang suka sekali dengan apa pun yang berbau Arab memang terdesain untuk hanya mengganggu saja. Itulah kenapa saya suka beternak mereka, sekadar buat mengisi hari-hari rutin yang menjemukan.
Untung mereka lebih suka kencing onta daripada kopi. Jadi, aman kalau saya seruput, mereka gluk gluk gluk…
Baca juga
Bara Papua, antara Agama dan Kemanusiaan
Kalau FPI Dibubarkan, Mau ke Mana Mereka?