Di era digital, media sosial sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang terutama kaun gen z. Media sosial menjadi ruang dimana semua orang bisa berbagi cerita, pengalaman, hingga pemikiran sehari-hari. Tetapi, fenomena oversharing atau membagikan banyak informasi pribadi kepada sosial media ini membuat kita harus berpikir, apakah ini wujud kebebasn berekspresi atau justru menjadi boomerang yang membahayakan bagi kehidupan?
Dalam satu unggahan, seseorang dapat menceritakan detail kehidupannya, mulai dari suasana hati, hubungan pribadi, hingga aktivitas sehari-hari. Terkadang seseorang terlalu oversharing karena mempunyai prinsip dengan bercerita di media sosial akan mendapatkan banyak perhatian dan saran. Tetapi, ketika terlalu oversharing privasi terhadap kehidupan pribadi sudah tidak ada lagi sehingga dapat memicu dampak negatif, mulai dari pencurian identitas hingga penyalahgunaan data.
Salah satu contoh nyata adalah kasus cyberbullying yang kerap terjadi akibat unggahan pribadi. Ketika seseorang membagikan perasaan atau pengalaman tertentu, hal itu dapat menjadi bahan olok-olokan atau bahkan serangan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Lebih jauh lagi, jejak digital dari oversharing dapat berujung pada masalah jangka panjang, seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan karena unggahan yang tidak profesional di masa lalu.
Namun, tujuan orang oversharing berbeda-beda, ada yang melakukannya karena butuh validasi sosial, seperti jumlah “likes” atau komentar positif. Fenomena ini menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga cermin dari kebutuhan psikologis manusia untuk diterima dan diakui.
Lalu, bagaimana kita menyikapi fenomena ini? Penting untuk menyadari bahwa kebebasan berbagi di media sosial harus diimbangi dengan kesadaran akan konsekuensinya. Beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan antara lain adalah memahami batasan informasi yang pantas untuk dibagikan, menggunakan pengaturan privasi dengan bijak, serta mengedukasi diri tentang risiko digital.
Selain itu, membangun budaya refleksi sebelum membagikan sesuatu di media sosial juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari oversharing.
Media sosial adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan kebebasan untuk berbagi dan terhubung. Namun di sisi lain, ia dapat menjadi bumerang yang berbalik menyerang jika digunakan tanpa kehati-hatian. Dalam era digital ini, bijak dalam berbagi adalah kunci untuk memanfaatkan media sosial secara positif tanpa kehilangan kendali atas privasi diri.