Senin, Oktober 7, 2024

Bagaimana Menyikapi Pembakaran Bendera di Garut?

Arman Dhani
Arman Dhanihttp://www.kandhani.net
Penulis. Menggemari sepatu, buku, dan piringan hitam.

Beredar video yang berisi pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid. Bendera hitam yang konon disimbolkan sebagai bendera ISIS itu dirusak sebagai tanda bahwa mereka menolak keberadaan para pemberontak itu. Publik merespons cepat. Ada yang menganggap pembakaran itu sebagai aksi penolakan terhadap paham terorisme dan diperbolehkan. Sementara bagi yang lain itu merupakan penghinaan terhadap Islam, karena pelakunya merusak kalimat yang disucikan oleh kaum muslim.

Bagaimana semestinya kita menyikapi ini?

Pertama, perlu kita perlu mengakui bahwa bagi banyak umat muslim dua kalimat syahadat adalah simbol yang suci, sangat sakral. Maka segala sesuatu yang dilakukan untuk merusak, menghina, atau merendahkan simbol itu pasti akan direspons keras. Pertanyaannya, apakah respons itu perlu dengan kekerasan atau cukup dengan pendekatan kekeluargaan?

Kedua, kita cari tahu pelaku pembakaran bendera hitam itu sedang mengarahkan aksinya kepada siapa? Kepada umat muslim yang cinta damai? Atau kelompok teroris yang menggunakan simbol kalimat tauhid untuk membenarkan perilaku mereka seperti ISIS atau HTI? Apa maksud pembakaran itu dan mengapa mereka merekamnya secara sadar?

Ketiga, kita perlu memahami konteks peristiwa ini dengan mengambil jarak agar tetap bersikap waras. Apa yang membuat kita marah? Apakah pembakarannya dianggap menghina Islam? Jika iya, penghinaannya di mana? Jika tidak mengapa kita marah?

Ada beberapa respons yang muncul saat ini. Ada orang-orang yang menuntut agar para pelaku ini ditangkap, diproses hukum, karena dianggap melakukan penistaan terhadap agama Islam. Tapi apanya yang dinistakan atau dihina? Sebuah kalimat di bendera hitam dibakar, apanya yang menghina?

Ada yang lebih mengerikan daripada sekedar membakar bendera, yaitu bagaimana bendera itu digunakan. Kelompok HTI dan ISIS menggunakan simbol bendera ini. Mereka mengklaim dan mengkooptasi simbol tauhid untuk kepentingan mereka. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan simbol ini, jika kita melakukan kritik atau protes, dianggap melakukannya pada ajaran Islam.

Saya yakin dalam waktu dekat Felix Siauw dan seluruh simpatisan HTI akan merespons video pembakaran ini. Narasi yang akan digunakan: pemerintahan Joko Widodo zalim, membiarkan orang yang membakar kalimat tauhid tanpa proses hukum. Jika diproses hukum pun, dia akan tetap memprotesnya, kok hukumannya ringan? Sesudah semua itu dilakukan, ya jualan khilafah lagi.

Padahal ISIS ya menggunakan bendera rasulullah itu sebagai latar saat melakukan pemenggalan, pembunuhan, peledakan manusia, dan membakar manusia hidup-hidup. Pernah kita dengar orang-orang HTI memprotes ISIS menggunakan kalimat tauhid untuk perbuatan jahiliyah macam itu? Enggak ada.

Ada gejala memprihatinkan dari bagaimana kita merespons pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid itu. Beberapa orang ngotot bahwa bendera itu bukan bendera ISIS, tapi kalimat tauhid yang suci bagi umat islam. Lha iya, secara visual memang sama, tapi sekali lagi apakah bendera itu dibakar sebagai bentuk ekspresi protes menolak HTI/ISIS atau yang lain?

Untuk mengetahuinya ya perlu proses penyelidikan. Saya setuju bahwa orang-orang yang membakar tadi perlu diperiksa. Dipenjara? Ya enggak perlu, tidak ada yang terbunuh dalam proses pembakaran bendera itu. Pun jika ada upaya menggugat penistaan agama, perlu dibuktikan, apakah benar si pelaku berniat menista agama. Jangan sampai kejadian seperti Ahok dipenjara terulang lagi.

Tapi apakah simbol tauhid itu benar-benar penting? Bagaimana jika seseorang membakar masjid atau menggunakan sobekan Qur’an untuk ditempelkan pada senjata? Apakah itu bentuk penistaan bagi ajaran islam? Pertanyaan ini penting untuk mengukur sebenarnya mutu iman kita sejauh mana.

Apakah iman kita turun karena sebuah masjid atau kalimat tauhid dibakar? Jika tidak, mengapa protes? Tentu ada yang akan bilang begini: “Sekarang yang dibakar masjid atau bendera, besok apa?” Ini adalah narasi ketakutan dan kebencian.

Bagi saya, yang perlu ditanya bukan apa yang akan dibakar besok, taoi ada pertanyaan yang jauh lebih penting, “Jika iman dan kesabaranmu demikian mudah hancur karena kalimat tauhid dibakar, sebenarnya seberapa kuat mutu imanmu?”

Dalam sejarah Islam ada orang-orang yang menggunakan simbol agama untuk kepentingannya sendiri. Dalam perang Shiffin, Amr bin Ash menggunakan sobekan Alquran yang ditempel pada lembing untuk memerangi Imam Ali, khalifah sah saat itu. Mereka membuat umat Imam Ali untuk ragu berperang. Mereka takut merusak Alquran sehingga nanti masuk neraka.

Nabi Muhammad sendiri sebenarnya telah memberikan teladan bahwa keimanan tidak diukur dari apa yang tampak. Dua kali ia memberikan contoh bahwa simbol dalam agama bisa jadi tidak penting.

Pertama, saat ada orang badui yang mengencingi masjid, ia tidak marah, malah menganjurkan sahabat untuk membersihkan masjid itu. Kedua, saat pembakaran Masjid al-Dhirar yang dibangun oleh kelompok munafik. Jika memakai standar moral dan iman hari ini, saat ada orang yang kencing dan membakar masjid, bisa jadi orang itu akan dipancung di jalanan.

Tapi apakah dengan ini pembakaran kalimat tauhid diperbolehkan? Ya tentu saja tidak. Semua benar-benar tergantung pada niat. Saat proses pengarsipan Alquran, kitab-kitab yang tidak masuk standar kemudian dimusnahkan. Praktiknya dikubur dan atau dibakar, apakah kemudian para pelakunya menista ajaran nabi?

Di sini kita berlu bersikap dingin. Penegak hukum harus memproses para pembakar bendera itu, menanyakan maksud mereka, mengapa membakar, dan perlu menjelaskan kepada publik. Setelahnya ya meminta maaf jika memang dianggap menyakiti umat islam.

Jangan lupa, banyak dari kita yang ingin Ratna Sarumpaet dimaafkan, masak kita ngga mau memaafkan pelaku pembakaran bendera jika dia tidak berniat jahat?

Arman Dhani
Arman Dhanihttp://www.kandhani.net
Penulis. Menggemari sepatu, buku, dan piringan hitam.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.