Jumat, April 19, 2024

Apakah Perlu Wonder Woman Turun Tangan?

Kurnia Dwi Agustina
Kurnia Dwi Agustina
Penulis "mengkomunikasikan pendidikan dan ketahanan pangan untuk masa depan"

Karakter Wonder Woman awalnya didasarkan oleh DC Comic yang dibuat oleh Willian Mouton Marston, seorang psikolog yang menciptakan pendeteksi kebohongan. Karakter ini kemudian diangkat ke layar lebar pada tahun 2017 yang diproduksi oleh DC Entertainment bekerja sama dengan RatPac Entertainment dan Tencent Picture yang didistribusikan oleh Warner Bros Picture.

Wonder Woman lahir dan besar di Themyscira yang dihuni oleh kaum Amazon. Diana, nama asli Wonder Woman, adalah putri Ratu Hippolyta dari Amazaon dan Zeus, salah satu Dewa Olympus.

Melalui kisah-kisah yang dia dengar ketika dia masih kecil, membuatnya memiliki tujuan dalam hidup untuk mengalahkan Dewa Perang bernama Ares dan membawa perdamaian dunia. Karekter Diana dapat dianalisis dengan mengunakan teori psikologi “Big Five Personality”.

“Big Five Personality Traits Model” dikemukakan oleh seorang psikolog terkenal, Lewis Goldberg. Teori ini terdiri dari 5 dimensi utama yaitu Openness (keterbukaan), Conscientiousness (penuh pertimbangan), Extraversion (ekstraversi), Agreeableness (kesesuaian) dan Neuroticism (neurotisisme).

Untuk membuatnya lebih mudah diingat, dapat diambil dengan huruf pertama dari setiap dimensi untuk menjadi singkatan “OCEAN”. Pada dasarnya, kepribadian dapat didefinisikan sebagai keseluruhan cara seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan lingkungan atau individu lain.

Faktor-faktor yang menentukan kepribadian seseorang dapat berasal dari faktor keturunan; faktor genetik individu dan faktor lingkungan di mana orang tersebut dibesarkan seperti norma keluarga atau teman dan kelompok sosial.

Dalam menganalisis karakter menggunakan pendekatan Big Five Personality, pertama saya akan melihat salah satu dari lima besar kepribadian yang terlihat jelas dalam karakter Wonder woman, yaitu O yang berarti “Openness (keterbukaan)”.

Dalam kisah Wonder Woman, Diana lahir dan dibesarkan di sebuah pulau yang terisolasi dari dunia luar yang dihuni oleh Amazon, mereka adalah wanita pejuang abadi. Orang-orang ini tidak pernah keluar dari pulau karena mereka melindungi salah kekuatan berbentuk kubus yang dapat menghancurkan dunia jika digunakan oleh orang yang salah.

Pertama kali Diana melihat seorang pria yang jatuh dari pesawat dan terdampar di laut tidak jauh dari Themyscira, setelah menyelamatkan pria itu, tanpa berpikir panjang Diana mengambil kesempatan untuk pergi ke dunia di luar; dunia yang kemudian dia tahu dengan bantuan pria itu.

Diana sangat terbuka untuk mencari tahu hal-hal baru yang tidak dia ketahui untuk mencapai tujuan besarnya. Seperti saat dia mencoba membaur dengan menggunakan pakaian yang tidak terlalu mencolok di daerah dan zaman itu, meskipun dengan mecoba banyak pakaian wanita yang tidak cocok dengan karakternya sebagai seorang pejuang.

Kita tahu pada zaman itu wanita pada umumnya menggunakan gaun “ribet” yang memiliki banyak lapis bahan dengan ukuran yang sangat ketat membuat bentukan tubuh atas wanita terlihat seperti boneka. Diana lebih memilih pakaian kantoran yang lebih nyaman walaupun masih menggunakan bawahan rok.

Kepribadian kedua yang dimiliki Diana adalah “Conscientiousness (penuh pertimbangan)”. Tidak ada keraguan bahwa Diana memiliki pertimbangan yang tinggi. Alasan di balik keinginannya untuk keluar dari tempat asalnya ke suatu tempat yang tidak diketahuinya sama sekali yang tidak menutup kemungkinan ada banyak bahaya; itu karena dia memiliki keinginan yang sangat besar untuk menciptakan perdamaian di dunia.

Bahkan, ketika Diana kecil menyadari bahwa berkelahi adalah takdirnya, dia diam-diam berjuang untuk berkelahi dengan bibinya tanpa sepengetahuan ibunya.

Ketika keluar dari Themyscira, tanpa ragu dia menusukkan pedang mitos Amazon yang disebut “God Killer” dan percaya bahwa dia akan memiliki kekuatan legendaris. Keberanian Diana untuk mempertimbangkan dan berani mengambil langkah demi hal yang dia yakini berdampak positif untuk kehidupannya kelak.

Jelas bahwa Diana bukan tipe introvert, yang lebih nyaman bersendiri daripada bergaul dengan orang lain atau membentuk tim, tetapi dia juga tidak terlalu ekstrovert, Diana ada di antara keduanya. Dia tidak keberatan jika harus bekerja dalam tim.

Hal ini terlihat ketika dia pergi berperang dengan Steve, Charlie dan Sameer, dia sangat kooperatif dengan timnya, tetapi ketika situasinya di luar kendali, dia tidak ragu untuk mengambil tindakan walaupun itu mengharuskannya untuk pergi. Dia memang cukup ekstrovert untuk dapat bekerja sama dengan tim, tetapi juga introvert dalam beberapa hal yang dia percaya dan mulai untuk bergerak sendiri.

Diana tampaknya memiliki karakteristik “Agreeableness” (kesesuaian) dan “Neuroticism” (neurotisime) yang rendah; kedua hal ini terlihat ketika Diana diam-diam berlatih berkelahi dengan bibinya meskipun dia dilarang oleh ibunya dan juga terlihat ketika Diana bertindak sendiri meskipun ada strategi yang dibuat oleh timnya. Meski begitu, ini tidak mengarah ke negativitas dan Diana berhasil mengalahkan musuhnya.

Secara emosional, Diana juga memiliki emosi yang stabil. Ketika Steeve meninggal dalam perang, Diana tidak harus mengamuk, dia mengendalikan dan memfokuskan emosinya untuk mendapatkan kekuatan luar biasa dan mengalahkan Ares. Diana berkesempatan untuk membunuh tangan kanan Ares, Dokter Racun, namun ia memilih untuk memaafkannya.

Dalam esai ini, saya telah mencoba menganalisis karakter fiksi menggunakan pendekatan Big Five Personality yang melihat karakter salah satu superhero DC, Wonder Woman. Kepribadian Wonder Woman sangat terkait dengan dua OCEAN, yaitu “Openness” dan “Conscientiousness” karena dia terbuka untuk petualangan baru, memiliki pertimbangan yang besar, berani dalam mengambil tindakan, pekerja keras dan membantu sesama.

Sebagai seorang pahlawan super, Diana memiliki kepribadian yang sangat ideal dengan dua kepribadian positif (keterbukaan dan penuh pertimbangan) dan memiliki satu kepribadian yang berlawanan dengan kepribadian yang identik dengan negatif, “neuroticism”. Dia juga memiliki kepribadian di tengah-tengah untuk “extraversion” dan “agreeableness”.

Bagaimanapun, hal-hal yang dia lakukan dengan semua kepribadiannya berdampak positif pada hidupnya dan banyak orang. Nah, pertanyaannya, dalam situasi negara Indonesia seperti ini, apakah perlu Wonder Woman turun tangan di bumi Indonesia ini, atau memang sudah begini takdir republik ini?

Kurnia Dwi Agustina
Kurnia Dwi Agustina
Penulis "mengkomunikasikan pendidikan dan ketahanan pangan untuk masa depan"
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.