James Hogg adalah seorang sastrawan otodidak, seorang penggembala sejak lahir yang menulis dan bertani hampir sepanjang hidupnya. Dia mengenal Scott dan menulis buku tentangnya. Tergantung pada sudut pandang Anda, The Private Memoirs and Confessions of a Justified Sinner (1824) bisa berupa novel politik tentang iman dan doktrin, atau kisah keagamaan yang bernuansa politis. Namun sebetulnya novel ini lebih banyak tentang kontroversi bagaimana agama mengekspresikan dirinya secara psikologis maupun sosiologis.
Novel ini dimulai dengan kawin paksa. Seorang wanita muda kaya dipaksa menikah dengan pria tua yang juga kaya raya. Pria ini menganut keyakinan yang berbeda dengan si wanita. Dia menghindari mewujudkan aliansi pada malam pernikahan, namun suaminya kemudian mengurungnya dan memperkosanya berulang kali sampai dia melarikan diri ke ayahnya. Celakanya si ayah memukuli putrinya dan mengirimnya kembali ke suaminya. Episode ini, yang dalam banyak hal senapas dengan semangat The Heptameron, hanya memperkuat perlawanannya. Dia dan suaminya tinggal di bagian kastil yang terpisah selama beberapa tahun. Mereka punya dua orang putra. Putra sulung menganut kepercayaan ayahnya, yaitu Gereja Skotlandia (Church of Scotland), sementara yang bungsu mengikuti agama ibunya, yaitu Calvinis.
Keadaan ini membuka jalan bagi persaingan antara saudara kandung. Putra sulung, yang dibesarkan oleh ayahnya secara liberal, dilecehkan oleh adiknya yang merasa sok suci dan suka berbuat onar. Sikap ini didorong oleh ibunya yang penuh kebencian dan mentor agama si ibu. Namun setelah anak bungsu ini dipenjarakan karena kasus pembunuhan, dia meninggalkan sebuah memoar yang menjelaskan tindakannya sebagai kerasukan setan (walaupun Iblis tidak masuk ke dalam dirinya, melainkan menjadi rekannya yang tak tergoyahkan).
Seperti The Tale of Old Mortality, novel Hogg ini berlatar belakang akhir abad ke-17. Ini adalah masa ketika kontroversi agama berkecamuk di Skotlandia disebabkan konflik kelas dan perlawanan daerah. Saat itu juga, seperti dalam The Bride of Lammermoor, penampakan, hantu, tokoh supranatural, dan takhayul adalah kepercayaan umum di antara masyarakat.
Kedua bersaudara ini, George dan Robert, memiliki perbedaan dalam temperamen, agama, dan politik. George adalah pribadi yang sehat, pencinta permainan dan pergaulan, berhati terbuka dan penuh makna. Dia juga merupakan pewaris tanah dan kekayaan keluarga. Sebaliknya, legitimasi Robert dipertanyakan, meskipun dia diakui oleh ayahnya sebagai putranya. Robert sangat menjengkelkan sejak awal. Pertama kali dia memperkenalkan dirinya kepada George dan kepada pembaca dengan ikut campur dalam pertandingan tenis, berdiri di tengah permainan hingga dia terjatuh dan terluka. Dia suka bertindak kasar dan benci kepada George dan anak-anak lain. Dia kerap memburu George tanpa ampun dengan sikap merendahkan dan sok suci.
Menurut narator, dia telah diprovokasi oleh ayah angkatnya, penasihat spiritual ibunya, bahwa dia adalah tipe orang beriman dengan hak istimewa, seorang “pendosa yang dibenarkan” (justified sinner) – yaitu umat pilihan Tuhan, orang yang telah dianugerahi rahmat. Karenanya, tidak ada perbuatan yang dilakukannya di muka bumi yang dapat membahayakan keselamatan. Gagasan ini merupakan perpanjangan logis dari gagasan Calvinis tentang kasih sayang dan karunia.
Setan tentu berpihak kepada kepongahan Robert dan berteman dengannya sebagai tanda bahwa dia termasuk orang-orang pilihan. Robert bertanya tentang teman barunya, namun akhirnya memutuskan bahwa dia pastilah seorang pangeran. Kemungkinan dia adalah Peter yang Agung dari Rusia, yang dikabarkan sedang melakukan perjalanan pada akhir abad ke-17 untuk menempa diri.
Namun, Robert tidak senang dengan teman barunya, bahkan ketika dia mendengarkan sanjungan sang pangeran dan menggunakan kekuatannya untuk membalas dendam lama. Dia menyadari bahwa banyak hal dalam hubungan mereka tidak dapat dijelaskan, lebih-lebih saat dia sendiri merasakan kegelisahan saat ditemani sang pangeran. Tampaknya ada bukti bahwa Robert telah melakukan kejahatan yang tidak dia ingat, entah sang pangeran melakukannya dengan menyamar sebagai Robert, atau Robert melakukannya sendiri dalam keadaan tidak sadar.
Ketegangan dalam novel ini bukan terletak pada siapa rekan misterius Robert, namun pada apakah Robert memahami dan mengakui pandangan salahnya mengenai dirinya sebagai “orang berdosa yang dibenarkan” (justified sinner). The Private Memoirs and Confessions of a Justified Sinner lebih banyak sebuah kisah—narator orang ketiga tidak pernah berkomitmen untuk memverifikasi peristiwa aneh yang diceritakannya, dan novel ini seharusnya membangkitkan sensasi ketakutan gotik dalam diri pembaca.
Meski begitu, Hogg menempatkan setiap kejadian dan karakter dalam batas-batas realistis sejarah Skotlandia yang memang sudah dikenal, termasuk kerusuhan yang terjadi di Edinburgh setelah perselisihan pertama antara George dan Robert. Secara sosiologis, Hogg melihat ini sebagai fungsi loyalitas partai pada periode meningkatkannya semangat partisan. Hogg, meskipun dia adalah anak dari kaum Calvinis, melihat betapa keyakinan agama yang ekstrim cenderung menghancurkan semua rasa kemanusiaan dan menanamkan semangat yang rigid dalam kehidupan politik. Di sinilah, menurutnya, iblis masuk dan kekacauan pun bakal terjadi.
Karya Hogg ini mungkin tampak menakutkan atau tidak wajar pada saat ditulis. Aspek narasinya telah memudar dan kengeriannya tidak lagi begitu mengerikan. Namun pengamatan psikologis dan sosiologis yang dibuatnya belum memudar. Perasaan Robert terhadap mentor jahatnya terdengar seperti kecanduan; sikap membenarkan diri sendiri yang kaku dalam beragama menghasilkan dampak yang sama terhadap masyarakat sipil seperti yang terjadi ratusan tahun yang lalu; pernikahan yang tidak bahagia dan penuh kekerasan juga menghasilkan anak-anak berantakan yang menyukai kekerasan.
Gairah ideologis dalam novel ini tidak memasuki sastra Amerika dari novel-novel Inggris, melainkan dari tradisi Skotlandia bersamaan dengan tradisi keagamaan kelompok Calvinis-Irlandia-Skotlandia.