“I Love you, I Love you”, kalimat ini terus terucap dari mulut Beyonce untuk Adele yang begitu dicintainya. Beyonce mengucapkannya sembari menitihkan air mata. Tubuhnya seolah lumpuh. Hanya mata dan mulut yang memiliki jiwa saat itu. Ajang Grammy Awards bukan melulu soal kompetisi, persaingan, atau yang terbaik. Ini juga soal kekaguman, inspirasi, dan berbagi, juga soal hati perempuan yang tidak main-main.
Piala Grammy Awards tidak lantas membuat Adele merasa begitu hebat, tak terkalahkan. Adele juga Beyonce mencintai musik dan persahabatan lebih dari sekadar penghargaan. Bagi perempuan luar biasa ini, kemenangan telah mereka berdua miliki jauh sebelum pengumuman Grammy Awards.
Adele membuat aksi mengejutkan usai menerima penghargaan Album of the Year di Grammy Awards 2017 yang berlangsung di Staples Center, Los Angeles. Seperti masih tak rela mendapati dirinya menang atas Beyonce, Adele mematahkan piala Grammy yang diterimanya menjadi dua bagian. Sembari tersenyum, ia seolah ingin memberikan bagian lainnya pada Beyonce.
Kekuatan Adele membelah piala monumental itu begitu menakjubkan. Sontak membuat riuh penonton. Adele begitu kuat bak tak terkalahkan. Seperti dikutip dari CNN Indonesia, Adele mengungkapkan apresiasi dan mendedikasikan piala raihannya untuk Beyonce yang menurutnya lebih berpeluang menang dibanding dirinya.
Adele juga memuji dan menunjukkan kekagumannya pada pemilik album Formation itu. Adegan ini akan menjadi memori paling kekal diingatan penonton juga mata dunia. Bagaimana piala yang indah itu akhirnya terbelah dua. Bagian-bagiannya dimiliki 2 perempuan hebat yang juga milik dunia.
Dalam pidatonya, dengan terharu Adele memang memberikan apresiasinya pada Beyonce, musisi yang diidolakannya. Bahwa ia tak menyangka kalau dirinya dapat mengalahkan sang idola.
“Saya tidak mungkin menerima penghargaan ini,” kata Adele yang melanjutkan pidatonya, “Saya sangat bersyukur dan berterimakasih, tapi, Lemonade sangat monumental, indah, dan saya mengaguminya, benar-benar mengaguminya,” kata Adele dengan penuh emosional.
Aksi Adele yang membagi dua pialanya itu seketika mengingatkan akan adegan akhir dari film Mean Girls, ketika pemeran utamanya Cady Heron (yang diperankan Lindsay Lohan) mematahkan mahkota yang diterima dan membagi dengan orang lain. Juga mengingatkan pada tokoh di Indonesia, seperti pedangdut Nassar yang mendapat penghargaan “Peristiwa Pernikahan Selebriti Paling Fenomenal” yang juga mematahkan pialanya sebab pernikahannya telah kandas dengan sang istri kala itu. Tapi, soal Nassar menjadi lain ceritanya.
“Album of the year versi saya adalah Lemonade,” ungkap Adele, seperti dilansir LA Times.
Pada media, Adele juga mengungkapkan bahwa ia mengidolakan Beyonce sejak usia 11 tahun. Pernah suatu kali ketika ia bersama teman masa kecilnya ingin bernyanyi bersama, ia menganjurkan lagu Spice Girls, tapi teman-temannya memutar lagu Destiny’s Child.
“Dia yang membuat musik sepanjang itu, saya merasa inilah saatnya dia menang,” tambah Adele.
“Dan kami, para artis memujamu. Kau merupakan cahaya kami. Dan caramu menciptakan rasa, caramu membuat saudara-saudara kulit hitam merasa diberdayakan, dan kau membuat mereka berdiri di atas kaki mereka sendiri. Dan aku mencintaimu. Selalu,” Adele mengakhiri pidatonya.
Pidato ini membuat saya terharu. Begitu besar arti seorang ketika menjadi idola atau motivator. Ia pasti dilahirkan dengan kekuatan maha dahsyat untuk bisa membangkitkan rasa percaya diri seseorang untuk percaya bahwa ada kekuatan lain yang membantunya untuk bangkit dan berkarya.
Ajang Grammy Awards kali ini benar-benar memukau. Seorang yang “besar” seperti Adele telah membutikan bahwa kompetisi itu mengajarkan hal-hal lain selain kemenangan.