Jumat, April 26, 2024

SDM Indonesia di Luar Negeri Jangan Pulang, Teruslah Berkarya Kuasai Dunia

Bona Simanjuntak
Bona Simanjuntak
Pimpinan Nasional Partai Kebangkitan Nusantara Mahasiswa Doktoral MSDM Universitas Negeri Jakarta Mantan mahasiswa di Germany, Korea Selatan & Taiwan

Sundar Pichai, CEO Alpabet yang menjadi perusahaan induk Google, Satya Nadella CEO Microsoft, Parag Agrawal CEO Twitter, Shantanu Narayen CEO Adobe, Arvind Khrisna CEO IBM dan masih banyak lagi putra/I negara dari negeri India yang memimpin perusahaan teknologi kelas dunia. Mereka mendapatkan support dari negaranya dalam karir mereka hingga mencapai titik puncak.

Berbeda dengan Indonesia yang dengan santainya para pejabat di negeri ini meminta para diaspora untuk kembali dengan narasi ingin membangun negeri tanpa melihat realita bagaimana sustainability dan intelegensi mereka akan terus dapat teroptimalisasi.

Negeri ini tidak kekurangan orang pandai, setiap hari terlahir bayi jenius, balita yang pandai, remaja yang cerdas dan anak muda yang kreatif serta pemuda/I yang produktif yang mampu mengisi kemajuan sebuah bangsa. Belum lagi dengan teknologi yang memungkinkan melakukan percepatan sehingga membuat bangsa ini semakin kompetitif. Dengan prinsip dan budaya asli Indonesia yang penuh dengan kearifan lokal dari pelosok nusantara menjadi kita memiliki keunggulan tersendiri di banding dengan negara lain.

Masalah utama yang terjadi di negara ini adalah kepercayaan dari para oknum pemangku kebijakan yang masih terprovokasi dengan mentalitas bahwa orang di luar negeri lebih “pintar” dari yang ada di dalam negeri dan mereka yang dianggap pintar itu wajib hukumnya dibawa kembali untuk membangun negeri. Model pemikiran seperti ini yang perlu di perbaiki agar kedepan negeri ini bisa lebih luas melihat aset terbesar bangsa ini yakni sumber daya manusia-nya.

Kepercayaan yang menjadi masalah itu berakar dari kualitas para pemangku kebijakan yang terlahir bukan karena wasawan dan intelektualitasnya tetapi karena popularitas. Mereka yang memiliki intelektualitas cenderung lebih banyak diam dan menggerutu kritis di belakang. Mereka selalu melakukan dikotomi antara intelektualitas dan politik sehingga masyarakat dihadapkan hanya pada politik berbasis popularitas dan berakhir pada keputusan keputusan yang sepintas saja berkelas.

Kembali kepada diaspora Indonesia, penulis menyarankan untuk tetaplah berkarya dan teruslah berusaha menguasai dunia di luar sana hingga mencapai titik puncak. Karena dengan mencapai titik puncak merupakan sebuah kebanggan untuk negeri ini, tetapi jangan lupa untuk terus berbagi pengalaman, pengetahuan dan ilmu yang didapat sebagai legasi untuk generasi selanjutnya.

Kepada para pemangku kebijakan, mulailah sadar dan dukunglah aset nusantara diluar sana, pastikan mereka memiliki kesempatan yang sebesarnya untuk mengoptimalisasikan diri mereka sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk negeri ini dan belajarlah mempercayai mereka yang ada di dalam negeri serta membuka komunikasi sebesar besarnya dengan mereka yang di luar negeri.

 

Bona Simanjuntak
Bona Simanjuntak
Pimpinan Nasional Partai Kebangkitan Nusantara Mahasiswa Doktoral MSDM Universitas Negeri Jakarta Mantan mahasiswa di Germany, Korea Selatan & Taiwan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.